Hukum memakan
daging anjing laut itu halal. Oleh karena itu, boleh memakannya. Allah swt
telah berfirman dalam Al-Qur'an :
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعاً لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُماً وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan
makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi
orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang
kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. 5 Al Maa-idah 96)
أَبَا
هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ
مَعَنَا الْقَلِيْلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا
أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ.
Abu Hurairah berkata; Ada seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata; Wahai Rasulullah,
kami naik kapal dan hanya membawa sedikit air, jika kami berwudhu dengannya
maka kami akan kehausan, apakah boleh kami berwudhu dengan air laut? Maka
Rasulullah saw menjawab: Ia (laut) adalah suci airnya dan halal
bangkainya." (H. R. Abu Daud no. 83, Nasa'i 59 dan lainnya)
Imam Asy-Syaukani, ketika mengomentari hadits ini, khususnya sabda
Rasulullah saw : Halal bangkainya, beliau berkata :
( الْحِلُّ مَيْتَتُهُ ) فِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى
حِلِّ جَمِيْعِ حَيَوَانَاتِ الْبَحْرِ حَتَّى كَلْبِهِ وَخِنْزِيْرِهِ وَثُعْبَانِهِ
وَهُوَ الْمُصَحَّحُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ ، وَفِيْهِ خِلَافٌ
(Halal bangkainya), padanya terdapat dalil
tentang halalnya semua binatang laut, termasuk anjing laut, babi laut dan ular
laut. Qoul itulah yang dipandang shahih oleh para ulama madzhab Syafi'i.
Padanya terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama. (Kitab Nailul Authur,
Juz I, halaman 20)
وَلَاخِلَافَ
بَيْنَ الْعُلَمَاءِ فِي حِلِّ السَّمَكِ عَلَى اخْتِلَافِ أَنْوَاعِهِ،
وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوْا فِيْمَا كَانَ عَلَى صُوْرَةِ حَيَوَانِ الْبَرِّ
كَالْآدَمِيِّ وَالْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ، فَعِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَهُوَ
قَوْلٌ لِلشَّافِعِيَّةِ أَنَّهُ يُحَرَّمُ ، وَالْأَصَحُّ عَنِ الشَّافِعِيَّةِ
الْحِلُّ مُطْلَقًا وَهُوَ قَوْلُ الْمَالِكِيَّةِ ، إلَّا الْخِنْزِيْرَ فِي
رِوَايَةٍ . وَحُجَّتُهُمْ عُمُوْمُ قَوْلِهِ تَعَالَى : { أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ
الْبَحْرِ } وَحَدِيْثُ { هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ }
أَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَأَصْحَابُ السُّنَنِ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَابْنُ
حِبَّانَ وَغَيْرُهُمَا
Sudah tidak
terdapat perselisihan pendapat di kalangan para ulama dalam hal halal ikan
dengan beraneka ragamnya. Namun, yang mereka perselisihkan adalah jika keadaan
ikan berbentuk binatang darat, seperti manusia, anjing dan babi. Menurut
pendapat ulama madzhab Hanafi dan sebagian Qoul dari ulama madzhab Syafi'i,
yang demikian itu hukumnya haram. Menurut pendapat yang lebih shahih dari ulama
madzhab Syafi'i, hukumnya halal secara mutlak, terdapat pula qoul yang seperti
itu dari ulama madzhab Maliki, kecuali babi menurut suatu riwayat. Adapun dalil
yang digunakan atau dipegang oleh ulama madzhab Syafi'i ialah keumuman firman
Allah swt yang artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut. Dan sebuah
hadits yang artinya : Ia (laut) adalah suci airnya dan halal bangkainya. Hadits
Riwayat Imam Malik dan Ashabus Sunan yang dishahihkan olen Imam Ibnu Khuzaimah,
Imam Ibnu Hibban dan lainnya. (Kitab Nailul Authur, Juz IX, halaman 28)
Perlu kami
ungkapkan, bahwa madzhab Hanbali pun sama denagn madzhab Maliki dan Syafi'i,
yakni sama-sama berpendapat anjing laut itu hukumnya halal. Namun, menurut Imam
Hanbali anjing laut harus disembelih terlebih dahulu. Sedangkan menurut Imam
Maliki dan Imam Syafi'i tidak perlu disembelih, tak ubahnya seperti ikan biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar