Seorang laki-laki boleh meninggalkan shalat berjamaah di masjid
atau mushalla karena beberapa halangan berikut ini :
1. Karena hujan yang menyusahkan perjalanan ke tempat berjamaah
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِى سَفَرٍ فَمُطِرْنَا فَقَالَ لِيُصَلِّ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فِى
رَحْلِهِ
Dari Jabir ia berkata : Kami berangkat bersama Rasulullah saw dalam
suatu perjalanan, kemudian hujan mengguyur kami, lalu beliau mengatakan; Siapa
diantara kalian yang hendak shalat, hendaknya dikerjakan di persinggahannya. (H.
R. Muslim no. 1636, Ahmad 14720 dan lainnya)
2. Karena angin kencang
عَنْ
نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ أَذَّنَ بِالصَّلَاةِ فِي لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ وَرِيْحٍ
فَقَالَ أَلَا صَلُّوْا فِي الرِّحَالِ ثُمَّ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا
كَانَتْ لَيْلَةٌ بَارِدَةٌ ذَاتُ مَطَرٍ يَقُوْلُ أَلَا صَلُّوْا فِي الرِّحَالِ
Dari Nafi' bahwa Ibnu Umar pernah mengumandangkan adzan shalat di
malam yang sangat dingin dan berangin kencang, maka dalam adzannya ia
mengucapkan; Alaa sholluu fir rihaal (Tidak sebaiknyakah kalian shalat di
persinggahan kalian?) kemudian katanya; Rasulullah saw juga pernah
memerintahkan mu'adzinnya jika malam sangat dingin dan terjadi hujan lebat
untuk mengucapkan; Alaa sholluu rir rihaal (Tidak seebaiknyakah kalian shalat
di persinggahan kalian?). (H. R. Muslim no. 1632, Nasa'i no. 653 dan lainnya)
3. Karena lapar dan haus, sedangkan makanan sudah tersedia. Begitu
juga ketika sangat ingin buang air besar atau kecil
عَنِ ابْنِ أَبِى عَتِيْقٍ قَالَ تَحَدَّثْتُ أَنَا وَالْقَاسِمُ
عِنْدَ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا حَدِيْثًا وَكَانَ الْقَاسِمُ رَجُلاً
لَحَّانَةً وَكَانَ لأُمِّ وَلَدٍ فَقَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ مَا لَكَ لاَ
تَحَدَّثُ كَمَا يَتَحَدَّثُ ابْنُ أَخِى هَذَا أَمَا إِنِّى قَدْ عَلِمْتُ مِنْ
أَيْنَ أُتِيتَ. هَذَا أَدَّبَتْهُ أُمُّهُ وَأَنْتَ أَدَّبَتْكَ أُمُّكَ - قَالَ
- فَغَضِبَ الْقَاسِمُ وَأَضَبَّ عَلَيْهَا فَلَمَّا رَأَى مَائِدَةَ عَائِشَةَ
قَدْ أُتِىَ بِهَا قَامَ. قَالَتْ أَيْنَ قَالَ أُصَلِّى. قَالَتِ اجْلِسْ. قَالَ
إِنِّى أُصَلِّى. قَالَتِ اجْلِسْ غُدَرُ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ
وَهُوَ يُدَافِعُهُ اْلأَخْبَثَانِ
Dari Ibnu Abi Atiq dia berkata, (Pada suatu ketika) aku
bercakap-cakap dengan al-Qasim di sisi Aisyah rah. Al-Qasim adalah seorang
laki-laki yang gagu (kurang tersusun tutur katanya), dan ia anak satu-satunya
bagi ibunya. Aisyah bertanya kepadanya. Mengapa kamu tidak dapat bicara seperti
keponakanku ini? Aku tahu sebabnya dari permasalahan apa. Keponakanku ini
dididik oleh ibunya, sedangkan kamu dididik oleh ibumu. Dia berkata, Maka
al-Qasim marah dan jengkel kepada Aisyah. Tatkala dia melihat meja Aisyah yang
telah dihidangkan makanan, maka dia pergi. Maka Aisyah bertanya, Hendak ke mana
kamu? Jawab al-Qasim, Aku hendak pergi shalat. Kata Aisyah, Duduklah dahulu!
Jawab al-Qasim, Aku hendak pergi shalat. Kata Aisyah, Duduklah dahulu! Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda, Tidak sempurna shalat seseorang apabila
makanan yang telah dihidangkan, atau apabila dia menahan buang air besar atau
kecil. (H. R. Muslim no. 1274)
4. Karena baru memakan maakanan yang berbau busuk, dan baunya sukar
dihilangkan, seperti bawang,petai, jengkol, dan sebagainya
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الْبَقْلَةِ الثُّوْمِ - وَقَالَ مَرَّةً
مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّوْمَ وَالْكُرَّاثَ - فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا
فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُوْ آدَمَ
Dari Jabir bin Abdullah dari Nabi saw beliau bersabda, Barangsiapa
yang makan sayur bawang putih ini, -dan pada kesempatan lain beliau bersabda,
Barangsiapa makan bawang merah dan putih serta bawang bakung- janganlah dia
mendekati masjid kami, karena malaikat merasa tersakiti dari bau yang juga
manusia merasa tersakiti (disebabkan baunya). (H. R. Muslim no. 1282)
5. Karena sakit yang menyusahkan berjalan ke tempat berjamaah
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ
عَنْهَا قَالَتْ لَمَّا مَرِضَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَرَضَهُ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ أَتَاهُ بِلاَلٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلاَةِ فَقَالَ
مُرُوْا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ. قُلْتُ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ أَسِيفٌ،
إِنْ يَقُمْ مَقَامَكَ يَبْكِى فَلاَ يَقْدِرُ عَلَى الْقِرَاءَةِ . قَالَ مُرُوْا
أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ. فَقُلْتُ مِثْلَهُ فَقَالَ فِى الثَّالِثَةِ أَوِ
الرَّابِعَةِ إِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ، مُرُوْا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ.
فَصَلَّى وَخَرَجَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَادَى بَيْنَ
رَجُلَيْنِ، كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَخُطُّ بِرِجْلَيْهِ الْأَرْضَ، فَلَمَّا
رَآهُ أَبُوْ بَكْرٍ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ أَنْ صَلِّ،
فَتَأَخَّرَ أَبُوْ بَكْرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ وَقَعَدَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جَنْبِهِ، وَأَبُوْ بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ التَّكْبِيْرَ
Dari Aisyah berkata, Ketika Nabi saw dalam kondisi sakit yang
membawa kepada kematiannya, Bilal datang menemui beliau mengabarkan bahwa waktu
shalat telah datang. Beliau lalu berkata: Kalian suruhlah Abu Bakar untuk
memimpin shalat. Aku berkata, Sesungguhnya Abu Bakar orang yang lemah lembut,
jika ia menggantikan posisi tuan, maka dia akan menangis dan tidak akan bisa
membaca Al-Qur'an. Beliau berkata lagi: Kalian suruhlah Abu Bakar untuk
memimpin shalat. Aku lalu menyampaikan jawaban yang sama. Maka pada ketiga atau
keempat kalinya beliau bersabda: Sungguh kalian ini seperti isteri-isterinya
Yusuf. Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat. Akhirnya Abu Bakar pun shalat
(sebagai Imam). Kemudian Nabi saw keluar dengan diapit oleh dua orang laki-laki
dan seolah aku melihat beliau berjalan dengan menyeret kakinya di atas tanah.
Ketika Abu Bakar melihat kedatangan beliau, dia pun berniat mundur. Tetapi
beliau memberi isyarat kepadanya seolah berkata: Tetaplah shalat. Abu Bakar
kemudian bergeser dan Nabi saw duduk disampingnya, lalu Abu Bakar
memperdengarkan suara takbir kepada jama'ah. (H. R. Bukhari no. 712)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar