Apabila imam melakukan sujud sahwi, makmum
wajib hukumnya mengikuti imam, yakni sujud sahwi pula sekalipun makmumnya itu
tidak lupa, sebab dalam shalat berjamaah makmum dituntut untuk mengikuti
imamnya. Jika imam sujud sahwi karena imam meninggalkan sunnah ab'adh shalat,
misalnya saja imam lupa tidak membaca tasyahud awwal, tetapi makmum duduk saja,
tidak mengikuti imamnya, maka shalat makmum tersebut dinyatakan batal.
Keterangan di atas sesuai dengan fatwa
para ulama di bawah ini :
1. Syaikh Zainuddin Al-Malibari berkata
:
وَعِنْدَ سُجُوْدِهِ يَلْزَمُ الْمَسْبُوْقُ وَالْمُوَافِقُ مُتَابَعَتَهُ،
وَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أَنَّهُ سَهَا، وَإِلَّا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ إِنْ عَلِمَ وَتَعَمَّدَ
Ketika imam
melakukan sujud sahwi, maka bagi makmum baik yang masbuq maupun yang muwafiq
mesti mengikutinya sekalipun ia tidak mengetahui bahwa imamnya itu lupa, dan
jika ia tidak mengikuti imamnya, maka shalatnya dinyatakan batal kalau ia
mengetahui dan sengaja. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 26)
2. Syaikh Nawawi Al-Bantani berkata :
فَإِنْ سَجَدَ
الْإِمَامُ لِلسَّهْوِ فِى آخِرِ صَلَاتِهِ وَجَبَ عَلَى الْمَأْمُوْمِ
مُتَابَعَتُهُ وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ مِنْهُ خَلَلًا حَمْلًا عَلَى أَنَّهُ
لَايَفْعَلُ السُّجُوْدَ إِلَّا لِمُقْتَضِيْهِ، فَلَوْ تَرَكَ الْمَأْمُوْمُ
الْمُتَابَعَةَ عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ إِنْ لَمْ يَكُنْ نَوَى الْمُفَارَقَةَ
قَبْلَ السُّجُوْدِ لِلْمُخَالَفَةِ حَالَ الْقُدْوَةِ
Apabila imam
melakukan sujud sahwi di akhir shalatnya, maka wajib atas makmum mengikutinya
sekalipun ia tidak mengetahui kecacatan imamnya, dengan dasar bahwa tidaklah
imam melakukan sujud sahwi melainkan karena ada hal-hal yang menghendakinya.
Jika makmum tidak mengikuti imamnya dengan sengaja, maka menjadi batal
shalatnya jika ia tidak berniat mufaraqah (memisahkan diri dari imam) sebelum
imamnya sujud sahwi, sebab ia dipandang menyalahi imam, padahal ia berstatus
sebagai makmum. (Kitab Niyahatuz Zain, halaman 85)
3. Imam Nawawi berkata :
(فَرْعٌ)
ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّ الْإِمَاَم إِذَا سَهَا وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ لَزِمَ
الْمَأْمُوْمُ السُّجُوْدَ مَعَهُ قَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدٍ وَبِهَذَا قَالَ
الْعُلَمَاءُ كَافَّةً إِلَّا ابْنَ سِيْرِيْنَ ..... دَلِيْلُنَا قَوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ
(Sebuah cabang
masalah). Kami telah menuturkan bahwasanya madzhab kami (Syafi'i) telah
menegaskan jika imam lupa, lalu sujud sahwi, maka makmum pun mestilah melakukan
sujud sahwi beserta imam. Syaikh Abu Hamid berkata : Ini adalah pendapat
seluruh ulama, kecuali pendapat Ibnu Sirin ...... Adapun dasar pegangan kami
adalah sabda Nabi saw : Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti oleh makmum.
(Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab Juz IV, halaman 413)
Secara lengkap hadits yang disebutkan di
atas adalah :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهِ نَاسٌ يَعُوْدُوْنَهُ فِى مَرَضِهِ فَصَلَّى بِهِمْ
جَالِسًا فَجَعَلُوْا يُصَلُّوْنَ قِيَامًا ، فَأَشَارَ إِلَيْهِمِ اجْلِسُوْا ،
فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ إِنَّ الإِمَامَ لَيُؤْتَمُّ بِهِ ، فَإِذَا رَكَعَ
فَارْكَعُوْا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوْا ، وَإِنْ صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا
جُلُوْسًا . قَالَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ قَالَ الْحُمَيْدِىُّ هَذَا الْحَدِيْثُ
مَنْسُوْخٌ لْأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخِرَ مَا صَلَّى
صَلَّى قَاعِدًا وَالنَّاسُ خَلْفَهُ قِيَامٌ
Dari Aisyah rah
bahwa Nabi saw pernah dijenguk oleh beberapa orang ketika beliau sakit,
kemudian beliau mengerjakan shalat sambil duduk, maka orang-orang pun ikut
mengerjakan shalat sambil berdiri, lalu beliau memberi isyarat supaya mereka
juga duduk, seusai shalat beliau bersabda: Sesungguhnya dijadikannya Imam itu
untuk diikuti, apabila dia ruku' maka kalian juga harus ruku', apabila dia
mengangkat kepala maka kalian juga harus mengangkat kepala, apabila dia shalat
sambil duduk maka kalian harus shalat sambil duduk. Abu Abdullah berkata; Al-Humaidi
berkata; hadits ini hukumnya mansukh (terhapus), karena Nabi saw di akhir
hayatnya selalu mengerjakan shalat sambil duduk, sementara orang-orang yang di
belakang beliau shalat sambil berdiri. (H. R.Bukhari no. 5657)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar