DR. Qardhawi dalam kitabnya berfatwa :
الْيَانَصِيْبُ
ضَرْبٌ مِنَ الْقِمَارِ : وَمَا سُمِّيَ بِالْيَانَصِيْبِ هُوَ لَوْنٌ مِنْ اَلْوَانِ
الْقِمَارِ، وَلَا يَنْبَغِى التَّسَاهُلُ فِيْهِ وَالتَّرْخِيْصُ بِهِ بِاْسِم اَلْجَمْعِيَّاتِ
الْخَيْرِيَّةِ وَالْأَغْرَاضِ الْإِنْسَانِيَّةِ. إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَبِيْحُوْنَ
الْيَانَصِيْبُ لِهٰذَا
كَالَّذِيْنَ يَجْمَعُوْنَ التَّبِرُّعَاتِ لِمِثْلِ تِلْكَ اْلأَغْرَاضِ بِالرَّقْصِ
الْحَرَامِ وَالْفَنِّ الْحَرَامِ. وَنَقُوْلُ لِهٰؤُلآءِ : إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَايَقْبَلُ إِلَّا
طَيِّبًا
Undian harapan
adalah salah satu bentuk perjudian. Apa yang disebut dengan yanashib (undian
harapan) merupakan salah satu bentuk dari maca-macam perjudian, tidak
dibenarkan mempermudah dan memperbolehkannya atas nama yayasan bantuan sosial
(kebaikan), dan tujuan kemanusiaan. Sesungguhnya orang-orang yang membolehkan
undian harapan karena dasar ini, tidak ubahnya dengan orang-orang yang
mengumpulkan dana untuk maksud tersebut dengan mengadakan pertunjukan tarian
dan kesenian yang haram. Kepada mereka kami patut berkata : Sesungguhnya Allah
itu Dzat yang Maha Suci, Ia tidak menerima kecuali yang suci (halal). (Kitab
Al-Halal wal Haram fil Islam, halaman 321-322)
Kalau sudah nyata undian harapan itu
termasuk judi, berarti uang yang dihasilkan dari undian harapan itu haram.
Allah tidak akan menerima amal baik
seseorang yang bersumber dari harta haram. Dalam hadits disebutkan :
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ
بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ إِلاَّ أَخَذَهَا
الرَّحْمَنُ بِيَمِيْنِهِ
Dari Said bin
Yasar, bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda :
Tiada seorangpun yang termasuk bersedekah dengan suatu sedekah dari harta yang
halal, Dan Allah tidak menerima kecuali yang suci (halal), melainkan Allah yang
bersifat Rahman akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya (Allah benar-benar
menerimanya). (H. R. Muslim no. 2389, Nasa'i no. 2524)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
Dari Abu Hurairah,
ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah
itu Dzat yang Maha Suci, Ia tidak menerima kecuali yang suci (halal). (H. R.
Muslim no. 2393, Tirmidzi no. 3257)
Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah
Shahih Muslim, Juz VII, halaman 98 dan 100, ketika mengomentari kedua
hadits di atas, khususnya mengenai lafadz thayyib ada yang dinisbatkan
kepada Allah dan ada yang dinisbatkan kepada harta.
Mengenai lafadz thayyib yang dinisbatkan
kepada Allah, beliau berkata :
قَالَ الْقَاضِي : الطَّيِّبُ فِي صِفَةِ اللهِ تَعَالَى بِمَعْنَى
الْمُنَزِّهِ عَنْ النَّقَائِصِ، وَهُوَ بِمَعْنَى الْقُدُّوْسِ
Imam Al-Qadhi
berkata : Arti thayyib dalam menyifati Allah Ta'ala ialah sucinya Allah dari
segala kekurangan, dengan kata lain Allah Ta'ala itu ialah Dzat Yang Maha Suci.
Sedangkan lafadz thayyib yang
dinisbatkan kepada harta, Imam Nawawi menjelaskan sebagai berikut :
قَوْله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَلَا يَقْبَل اللهُ
إِلَّا الطَّيِّبَ ) اَلْمُرَادُ بِالطَّيِّبِ هُنَا الْحَلَالِ
Sabdanya saw : (Dan
Allah tidak menerima kecuali yang suci), Yang dimaksud dengan thayyib di sini
ialah harta yang halal
Imam Nawawi menambahkan penjelasannya :
وَفِيْهِ : اَلْحَثُّ عَلَى الْإِنْفَاقِ مِنَ الْحَلَالِ، وَالنَّهْيُ
عَنِ الْإِنْفَاقِ مِنْ غَيْرِهِ
Dalam hadits
tersebut terkandung motivasi (dorongan) agar menginfakkan harta yang bersumber
dari harta yang halal dan terkandung larangan menginfakkan harta yang bersumber
dari harta yang tidak halal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar