Mandi
wiladah (mandi sehabis melahirkan) adalah wajib. Akan tetapi sekalipun telah
mandi wajib, statusnya tetap masih berhadats besar (belum suci). Dengan
demikian, dilarang shalat, puasa. Sampai ia habis masa nifasnya dan mandi
nifas.
Di
bawah ini ada beberapa farwa ulama :
1.
Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini
وَمِنَ الْأَسْبَابِ اْلمُوْجِبَةِ لِلْغُسْلِ اَلْوِلَادَةُ
Dan di antara sebab-sebab yang mewajibkan mandi ialah melahirkan.
(Kitab Kifayatul Akhyar, Juz I, halaman 38)
2.
Syaikh Zainuddin Al-Malibari
وَيَجِبُ اْلغُسْلُ أَيْضًا بِوِلَادَةٍ وَلَوْ بِلَا بَلَلٍ
Dan wajib pula
mandi dengan sebab melahirkan sekalipun tidak basah. (Kitab Fathul Mu'in,
halaman 10)
3. Al-Qadhi Ahmad Al-Ashfahani
وَالَّذِى يُوْجِبُ
اْلغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ : ثَلَاثَةٌ تَشْتَرِكُ فِيْهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ
وَهِيَ : إِلْتِقَاُء الْخِتَانَيْنِ وَإِنْزَالُ الْمَنِيِّ وَالْمَوْتُ. وَثَلَاثَةٌ
تَخْتَصُّ بِهَا النِّسَاءُ، وَهِيَ : اَلْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَاْلوِلَادَةُ
Adapun hal-hal yang mewajibkan mandi berjumlah enam macam : Tiga
macam berbarengan pada laki-laki dan perempuan, yaitu bertemunya dua khitan
(hubungan suami istri), keluar sperma, dan kematian. Dan yang ketiga macam lagi
khusus bagi perempuan, yaitu haid, nifas, dan wiladah (melahirkan). (Kitab
Al-Ghayah Wat-Taqrib, halaman 4)
4.
DR. Syaikh Musthafa Bagha
لِأَنَّ اْلوَلَدَ
الْخَارِجَ مُنْعَقِدٌ مِنْ مَنِيٍّ، وَاْلغَالِبَ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهُ دَمٌ
Karena anak yang
dilahirkan itu terjadi (berasal) dari sperma, lagi pula biasanya bersamaan
dengan lahirnya anak tersebut, keluar pula darah. (Kitab At-Tadzhib Fi Adillati
Matni Ghayah
Wat-Taqrib, halaman 23)
Terima kasih ilmu ust
BalasHapus