Pada saat ini tidak sedikit
penjual menawarkan dagangannya dengan dua macam harga (kredit dan kontan).
Menjual barang dengan dua macam harga jika dilakukan dalam satu akad, maka
hukumnya tidak boleh atau tidak sah. Tetapi jika dilakukan dengan akad mustaqil
(akad yang terpisah), maka hukumnya boleh atau sah.
Disebutkan dalam hadits Nabi
saw :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
عَمْرٍو وَابْنِ عُمَرَ وَابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى حَدِيْثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ
الْعِلْمِ وَقَدْ فَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالُوا بَيْعَتَيْنِ فِي
بَيْعَةٍ أَنْ يَقُوْلَ أَبِيْعُكَ هَذَا الثَّوْبَ بِنَقْدٍ بِعَشَرَةٍ وَبِنَسِيْئَةٍ
بِعِشْرِيْنَ وَلَا يُفَارِقُهُ عَلَى أَحَدِ الْبَيْعَيْنِ فَإِذَا فَارَقَهُ
عَلَى أَحَدِهِمَا فَلَا بَأْسَ إِذَا كَانَتْ الْعُقْدَةُ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمَا
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَمِنْ مَعْنَى نَهْيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ أَنْ يَقُوْلَ
أَبِيْعَكَ دَارِي هَذِهِ بِكَذَا عَلَى أَنْ تَبِيْعَنِي غُلَامَكَ بِكَذَا
فَإِذَا وَجَبَ لِي غُلَامُكَ وَجَبَتْ لَكَ دَارِي وَهَذَا يُفَارِقُ عَنْ بَيْعٍ
بِغَيْرِ ثَمَنٍ مَعْلُوْمٍ وَلَا يَدْرِيْ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى مَا
وَقَعَتْ عَلَيْهِ صَفْقَتُهُ
Dari Abu Hurairah ia
berkata; Rasulullah saw melarang melakukan dua penjualan dalam satu kali
transaksi. Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abdullah bin Amru. Ibnu Umar
dan Ibnu Mas'ud. Abu Isa (Tirmidzi) berkata; Hadits Abu Hurairah adalah hadits
hasan shahih dan menjadi pedoman amal menurut para ulama. Sebagian ulama
menafsirkan hadits ini, mereka mengatakan; maksud Dua penjualan dalam satu
transaksi adalah perkataan seseorang; Aku menjual pakaian ini kepadamu dengan
tunai seharga sepuluh dan kredit seharga dua puluh tanpa memisahkannya atas
salah satu dari dua transaksi. Jika ia memisahkannya atas salah satu dari kedua
transaksi tersebut maka tidak apa-apa selama akadnya jatuh pada salah satu dari
keduanya. Asy Syafi'i berkata; Termasuk makna dari larangan Rasulullah saw tentang
dua transaksi dalam satu kali jual beli adalah perkataan seseorang; Aku menjual
rumahku kepadamu dengan harga sekian dengan syarat kamu menjual budakmu
kepadaku dengan harga sekian. Jika budakmu sudah menjadi milikku berarti
rumahku juga menjadi milikmu, tata cara jual beli seperti ini berbeda dengan
tata cara jual beli barang yang tidak diketahui harganya dan salah satu dari
keduanya (penjual dan pembeli) tidak mengetahui tansaksi yang ia tujukan. (H.
R. Tirmidzi no. 1276)
Syaikh
Al-Islam Zakariyya Al-Anshari dalam
kitabnya mengatakan :
(وَ) عَنْ (بَيْعَتَيْنِ فِي
بَيْعَةٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرِهِ وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيْحٌ (كَبْعِتُكَ)
هَذَا (بِأَلْفٍ نَقْدًا أَوْ بِأَلْفَيْنِ لِسَنَةٍ، فَخُذْهُ بِأَيِّهِمَا شِئْتَ
أَوْ شَاءَ وَعَدَمُ الصِّحَّةِ فِيْهِ لِلْجَهْلِ بِالْعِوَضِ
Dan tentang dua penjualan
dalam satu kali transaksi, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi
dan lainnya dengan kualitas matan hasan dan sanad shahih, adalah seperti : Aku
jual barang ini seribu secara kontan atau dua ribu untuk jangka waktu setahun. Maka
ambillah, yang mana yang anda atau ia sukai. Ketidak absahan pola penjualan
ganda seperti ini, adalah karena tidak diketahuinya pengganti yang sepadan
(dengan selisih harga yang ada). (Kitab Fathul Wahhab, Juz I, halaman 283)
BACA
JUGA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar