Membaca
Al-Qur’an tentunya pula ada tata kesopanan (adab) nya, dan diantara adab-adab
membaca Al-Qur’an adalah :
1. NIAT
IKHLAS
Pertama-tama
yang diperintahkan adalah ikhlas ketika membacanya hanya karena Allah semata,
tidak dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan lain, untuk itu
niatnya harus ditata lebih dahulu, dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَيَقُولُ إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Dari Umar bin
Khoththob ra, katanya dia mendengar Rosulullah saw, bersabda : Tiap-tiap amal
tergantung dengan niatnya. Balasan bagi setiap amal manusia, ialah pahala bagi
apa yang diniatkannya. (H. R. Bukhari no. 1
dan Muslim no. 5036)
2. BERWUDHU
Sebelum membaca
Al-Qur’an hendaklah kita mengambil air wudhu terlebih dahulu, disamping badan
menjadi segar wudhu juga dapat menghapus kesalahan-kesalahan yang telah kita
perbuat, disebutkan dalam hadits :
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ
الْوُضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتّٰى تَخْرُجَ مِنْ
تَحْتِ أَظْفَارِهِ
Dari Utsman
bin Affan dia berkata, Rasulullah saw bersabda : Barang siapa berwudlu, lalu
membaguskan wudlunya, niscaya kesalahan-kesalahannya keluar dari badannya
hingga keluar dari bawah kuku-kukunya. (H.R. Muslim 601)
3. BERSIWAK
Seyogyanya
apabila seorang mau membaca Al-Qur’an lebih dahulu membersihkan mulut dengan
bersugi (bersiwak) atau lainnya, suatu kesempatan Nabi pernah bersabda :
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَيِّبُوْا اَفْوَاهَـكُمْ
بِالسِّوَاكِ فَإِ نَّهُ طَرِيْقُ الْقُرْآنِ
Nabi saw,
bersabda : bersihkan mulut kalian dengan bersiwak, karena sesungguhnya mulut
adalah jalan (membaca) Al-Qur’an. (Kitab Lubabul Hadits – Syekh Jalaluddin
As-Suyuti).
4. MEMBACA
TA’AWWUDZ DAN BASMALAH
Sebelum membaca
Al-Qur’an hendaklah membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebagai perlindungan
kepada Allah swt, dalam Al-Qur’an disebutkan :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Apabila
kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allahdari
setan yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl : 98).
Setelah
membaca ta’awwudz disunahkan membaca basmalah, kecuali pada awal surat Al-Fatihah dan surat
At-Taubah, serta di tengah-tengahnya kedua surat tersebut.
5. TARTIL
Dalam kitab مع القران الكريم karangan Syeikh Doktor Sya’ban Muhammad
Isma’il, beliau mengemukakan :
قَالَ الله تَعَالٰى: وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا ( اَلْمُزَّمِّلْ
:4 ) فَإِنَّ الْمُرَادَ بِالتَّرْتِيْلِ تَجْوِيْدُ الْحَرْفِ وَاِتْقَانُ
النُّطْقِ بِالْكَلِمَاتِ فَقَدْ سُئِلَ عَلِيُّ بْنُ اَبِى طَالِبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ التَّرْتِيْلِ فِى هٰذِهِ اْلآ يَةِ
فَقَالَ: اَلتَّرْتِيْلُ تَجْوِيْدُ الْحُرُوْفِ وَمَعْرِفَةُ الْوُقُوْفِ،
وَقَوْلُهُ تَعَالٰى: وَرَتِّلْ، اَمْرٌ وَهُوَ هُنَا لِلْوُجُوْبِ
Allah Ta’ala
telah berfirman : وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا (dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil, surat Al-Muzammil ayat 4),
yang dimaksud dengan tartil itu ialah mentajwidkan huruf dan membunyikan kalimat-kalimat
Al-Qur’an itu dengan mantap. Saidina Ali ra, sungguh telah ditanya tentang arti
tartil dalam ayat ini, beliau menjawab : Tartil ini maksudnya mentajwidkan
huruf dan mengetahui waqof. Dan firman allah Ta’ala : Warottil adalah fi’il
amar dan dia itu di sini untuk menunjukkan perintah wajib. (Kitab Ma’al Qur’anil karim).
6. TADABBUR,
KHUSYU’ DAN KHUDHU’
Seyogyanya
seorang pembaca Al-Qur’an hendaklah bersifat dan berlaku tadabbur (memahami
maknanya), khusyu’ (tentang lahir dan batin dengan konsentrasi yang baik), dan
khudhu’ (rendah diri).
7. MENANGIS
DAN MEMPERINDAH SUARA / MELAGUKAN
Disunahkan
menangis (pada ayat yang seharusnya menangis) atau berbuat agar menangis bagi
yang tidak dapat langsung menangis, karena menangis itu adalah sifat para
‘arifin, orang tersebut pertanda hamba-hamba Allah yang shaleh. Dalam Al-Qur’an
disebutkan :
وَيَخِرُّوْنَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
Dan mereka
menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan (bacaan Al-Qur’an) itu mereka
bertambah khusyu’. (Q.S.
Al-Isro’ :109).
Disunahkan juga
memperindah suara ketika membaca Al-Qur’an, asalkan jangan sampai keluar dari
batas-batas qiro’ah dengan memanjangkan kelewat batas, misalnya jika membacanya
sampai-sampai menambah huruf atau mengurangi huruf, haram hukumnya. Tersebut
dalam hadits Nabi :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ قَدِمَ
عَلَيْنَا سَعْدُ بْنُ أَبِيْ وَقَّاصٍ وَقَدْ كُفَّ بَصَرُهُ فَسَلَّمْتُ
عَلَيْهِ فَقَالَ مَنْ أَنْتَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ مَرْحَبًا بِابْنِ أَخِيْ
بَلَغَنِيْ أَنَّكَ حَسَنُ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ هٰذَا الْقُرْآنَ
نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوْهُ فَابْكُوْا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوْا فَتَبَاكَوْا
وَتَغَنَّوْا بِهِ فَمَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِهِ فَلَيْسَ مِنَّا
Dari
Abdurrahman bin As-Sa`ib ia berkata, Sa'd bin Abu Waqash datang menemui kami
sementara matanya telah buta, maka aku pun mengucapkan salam kepadanya, ia
berkata : Siapa kamu? Maka aku pun kabarkan kepadanya (siapa kami). Ia pun
berkata, "Selamat datang wahai anak saudaraku, telah sampai kepadaku bahwa
suaramu bagus ketika membaca Al-Qur`an. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Al-Qur`an turun dengan kesedihan, jika kalian membacanya maka
bacalah dengan menangis, jika kalian tidak bisa menangis maka berpura-puralah
untuk menangis. Dan lagukanlah dalam membaca, barang siapa tidak melagukannya
maka ia bukan dari golongan kami. (H.R. Ibnu Majah no. 1398)
8. MENJADI
HAK AYAT
Apabila ia
melewati ayat sajadah, maka ia sujud, demikian juga apabila ia mendengar ayat
sajadah dari orang lain maka ia sujud, maksudnya adalah sujud tilawah. Dalam hal ini Imam Syafi’i
mengatakan bahwa sujud tilawah dalam bacaan Al-Qur’an di luar shalat dapat
diganti dengan mambaca :
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلٰهَ اِلَّا اللهُ
وَاللهُ اَكْبَرُ ×3 لَاحـَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
9. MENGERASKAN / MENYARINGKAN
BACAAN
Keterangan
tentang keutamaan menyaringkan suara ialah bahwa membaca Al-Qur’an merupakan
amalan terbesar dan manfa’atnya bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk
orang lain yang mendengarkannya.
Membacanya
dengan suara nyaring, dapat membangunkan hatinya yang lalai, membangkitkan
gairah agar menggunakan akal fikiran, memalingkan pendengarannya hanya kepada
Al-Qur’an, menolak perasaan ingin tidur dan mengembalikan semangat. Dalam
sebuah hadits disebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَا أَذِنَ اللهُ
لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ
بِهِ
Dari Abu
Hurairah bahwa mendengar Rasulullah saw bersabda : Allah tidak
memberi izin terhadap sesuatu, sebagaimana memberikan izin kepada Nabi-Nya
yang melagukan Al-Qur’an dengan suara keras. (H.R. Muslim no. 1883)
10.
MENGGUNAKAN MUSHAF AL-QUR’AN
Membaca
Al-Qur’an dengan menggunakan mushaf lebih utama dari pada membacanya di luar
kepala (hafalan), tetapi apabila membaca dengan hafalan itu lebih mantap, tadabbur,
tafakkur dan konsentari maka dengan hafalan lebih utama, apabila sama saja maka
menggunakan mushaf lebih utama.
11. IBTIDA’
DAN WAQAF
Disunahkan
apabila memulai membaca dipertengahan surat ,
ia memulai dari awal kalimat (pembicaraan) yang berkaitan ayat demi ayat.
Demikian pula ketika mewaqafkan (selesai membaca) disunahkan pada ayat yang ada
hubungannya dengan ayat sebelumnya dan pada ayat yang mengahiri suatu babak
persoalan.
Dari keterangan
di atas, maka para ulama’ berpendapat bahwa membaca satu surat
secara keseluruhan lebih utama dari pada membaca sebagian surat walaupun banyak ayatnya sebanding,
dikarenakan irtibath (kaitan ayat sebelum dengan ayat yang
dibaca, dan ayat yang sedang dibaca dengan ayat yang tidak dibaca karena sudah
berhenti) oleh kebanyakan orang tidak banyak diketahui.
12. DO’A
KETIKA KHATAM AL-QUR’AN
Disunahkan
berdo’a ketika khatam Al-Qur’an, berdo’a memohon dengan menyebut
perkara-perkara penting dan kalimat-kalimat yang luas maknanya.
Dan masih banyak
lagi adab-adab dalam membaca Al-Qur’an yang lain, dan tentunya tidak dapat
dimuat semuanya ditulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar