Dalam
hadits disebutkan :
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ
فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ.
Dari Abu
Qatadah, bahwanya Rasulullah saw
bersabda: Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka
hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk. (H.R. Muslim no. 1687 dan
Bukhari no. 444)
Syaikh
Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya menjelaskan :
(وَ) يُسَنُّ (رَكْعَتَا تَحِيَّةٍ) لِدَاخِلِ مَسْجِدٍ
وَإِنْ تَكَرَّرَ دُخُوْلُهُ أَوْ لَمْ يُرِدِ الْجُلُوْسَ ..... وَتَفُوْتُ التَّحِيَّةُ
بِالْجُلُوْسِ الطَّوِيْلِ، وَكَذَا الْقَصِيْرُ إِنْ لَمْ يَسْهُ أَوْ يَجْهَلْ
..... لَا بِطُوْلِ قِيَامٍ أَوْ إِعْرَاضْ عَنْهَا ..... وَكُرِهَ تَرْكُهَا مِنْ
غَيْرِ عُذْرٍ. نَعَمْ، إِنْ قَرُبَ قِيَامُ مَكْتُوْبَةِ جُمْعَةٍ أَوْ غَيْرِهَا،
وَخَشِيَ لَوِ اشْتَغَلَ بِالتَّحِيَّةِ فَوَاتَ فَضِيْلَةِ
التَّحَرُّمُ، اِنْتَظَرَهُ قَائِمًا ..... وَيُسَنُّ لِمَنْ لَمْ يَتَمَكَّنَ مِنْهَا
وَلَوْ بِحَدَثٍ أَنْ يَقُوْلَ: سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ
الْعَظِيْمِ، أَرْبَعًا
Sunnah shalat tahiyatul masjid dua rakaat bagi seseorang yang masuk
ke dalam masjid, sekalipun telah berulang kali masuk ataupun tidak akan duduk
di dalam masjid. ..... Kesunnahan shalat tahiyatul masjid berakhir dengan
sendirinya, bila telah duduk dalam waktu lama,atau dalam waktu pendek jika
tidak lupa atau tidak tahu. ..... Kesunnahan shalat di sini tidak dapat hilang
dengan adanya berdiri dalam waktu lama, atau berpaling diri dari tidak
melakukannya. ..... Makruh meninggalkan shalat tahiyah tanpa ada suatu
halangan. Memang boleh, jika ternyata telah dekat dilaksanakan shalat Jum'at
atau lainnya, serta merasa hawatir akan tertinggalkan dari takbiratul ihram
imam jika melakukan shalat tahiyah dahulu, maka dalam suasana seperti ini
hendaklah menantikan dengan tetap berdiri. ..... Sunnah bagi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan shalat tahiyah sekalipun hal itu harena hadast,
mengucapkan : SUBHANALLOH WAL HAMDULILLAAH WALAA ILAAHA ILLALLOOH WALLOOHU
AKBAR WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM (Maha Suci
Allah, segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar dan tiada upaya serta kekuatan
melainkan atas pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)
sebanyak empat kali. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 52)
Shalat tahiyatul masjid makruh atau tidak dianjurkan dalam
beberapa hal, Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya menjelaskan :
وهي ركعتان قبل الجلوس لكل داخل متطهر مريد الجلوس فيه لم يشتغل بها
عن الجماعة ولم يخف فوت راتبة ولا تسن للخطيب إذا خرج للخطبة ولا لمن دخل آخر
الخطبة بحيث لو فعل التحية فاته أول الجمعة مع الإمام
Shalat tahiyatul masjid adalah shalat dua rakaat
sebelum duduk bagi orang yang masuk masjid dalam kondisi suci dan ingin duduk,
serta tidak khawatir tertinggal shalat berjamaah dan shalat sunnah rawatib.
Shalat tahiyatul masjid tidak disunnahkan bagi khatib yang mau langsung
khotbah, dan tidak disunnahkan juga bagi orang yang masuk masjid pada khotbah
terakhir, bisa dipastikan kalau mengerjakan tahiyatul masjid dulu shalat Jum’at
bersama imam akan luput. (Kitab Nihayatuz Zain, Juz I, halaman 104)
Bahkan
dilarang mengerjakan shalat tahiyatul masjid ketika iqamah untuk shalat wajib
telah dikumandangkan, dalam hadits disebutkan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ صَلاَةَ إِلاَّ
الْمَكْتُوْبَةُ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw bersabda : Apabila iqamah untuk shalat
(wajib) telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib (H. R.
Muslim no. 1678)
BACA JUGA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar