Keberadaan tempat ibadah seperti masjid, biara, gereja,
sinagog (tempat ibadah orang Yahudi) tercantum dalam Al-Qur'an :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم
بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ
فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيراً وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَنْ يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ
لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Dan sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi
dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S. 22 Al Hajj 40)
Semua tempat di
bumi ini boleh digunakan untuk shalat, sebagai mana hadits nabi saw :
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيْتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ قَبْلِى، نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِىَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا،
وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ،
وَأُحِلَّتْ لِىَ الْغَنَائِمُ، وَكَانَ النَّبِىُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ
خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً، وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ
Jabir bin
Abdullah berkata, Rasulullah saw bersabda: Aku diberikan lima perkara yang
tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong
melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi
dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang
laki-laki dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan
harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya
sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafa'at.
(H. R. Bukhari no. 438)
Tidak ada
larangan tempat shalat, kecuali di tujuh tempat, dan barang siapa shalat di
tujuh tempat itu, maka shalatnya tidak sah, sebagai mana disebutkan dalam
hadits Nabi saw :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ
يُصَلَّى فِى سَبْعَةِ مَوَاطِنَ فِى الْمَزْبَلَةِ وَالْمَجْزَرَةِ
وَالْمَقْبُرَةِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيْقِ وَفِى الْحَمَّامِ وَفِى مَعَاطِنِ
اْلإِبِلِ وَفَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ اللهِ
Dari Ibnu
Umar, bahwasanya Rasulullah saw melarang menunaikan shalat di tujuh
tempat, yaitu di tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan (hewan),
kuburan, di tengah-tengah jalan, di kamar mandi, di kandang unta dan di atas
(bangunan) ka'bah. (H.
R. Tirmidzi no. 347, Ibnu Majah no. 795 dan lainnya)
Dalam hadits di atas kita diperbolehkan shalat di mana saja
kecuali di tujuh tempat, dan di situ jelas tidak disebutkan gereja atau tempat
ibadah non muslim lainnya.
Mengenai hukum memasuki dan atau mendirikan shalat di gereja
atau tempat ibadah lainnya para ulama berbeda pendapat, ada yang
memperbolehkan, ada yang memakruhkan dan ada pula yang melarangnya
Kementerian Waqaf dan Urusan KeIslaman
اختلف الفقهاء في جواز دخول المسلم معابد الكفّار على أقوالٍ : ذهب
الحنفيّة إلى أنّه يكره للمسلم دخول البيعة والكنيسة , لأنّه مجمع الشّياطين , لا
من حيث إنّه ليس له حق الدخول . ويرى المالكيّة والحنابلة وبعض الشّافعيّة أنّ
للمسلم دخول بيعةٍ وكنيسةٍ ونحوهما . وقال بعض الشّافعيّة في رأيٍ آخر : إنّه لا
يجوز للمسلم دخولها إلا بإذنهم
نصّ جمهور الفقهاء على أنّه تكره الصّلاة في معابد الكفّار إذا دخلها
مختاراً , أمّا إن دخلها مضطراً فلا كراهة . وقال الحنابلة : تجوز الصّلاة فيها من
غير كراهةٍ على الصّحيح من المذهب ....... وقال الكاساني من الحنفيّة : لا يمنع
المسلم أن يصلّي في الكنيسة من غير جماعةٍ , لأنّه ليس فيه تهاون بالمسلمين ولا
استخفاف بهم
Mayoritas ahli fiqih memutuskan hukumnya makruh (kurang
baik), seorang muslim shalat di tempat-tempat ibadah orang kafir jika ia
menginginkannya. Tetapi tidak makruh jika terpaksa. Mazhab Hambali membolehkan
shalat di tempat-tempat itu, tidak makruh. ..... Al-Kasani dari Mazhab Hanafi
malah mengatakan : Tidak boleh melarang muslim shalat sendirian (tidak
berjamaah) di gereja. Itu bukan melecehkan atau merendahkan kaum muslimin. (Kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah
Al-Kuwaitiyyah, Juz XXXX,
halaman 159)
Syaikh
Ibnu Qudamah menjelaskan dalam kitabnya :
وَلَا بَأْسَ بِالصَّلَاةِ فِي الْكَنِيْسَةِ
النَّظِيْفَةِ، رَخَّصَ فِيْهَا الْحَسَنُ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ
وَالشَّعْبِيُّ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَسَعِيْدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ وَرُوِيَ
أَيْضًا عَنْ عُمَرَ وَأَبِي مُوْسَى، وَكَرِهَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَمَالِكٌ
الْكَنَائِسَ؛ مِنْ أَجْلِ الصُّوَرِ. وَلَناَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي
الْكَعْبَةِ وَفِيْهَا صُوَرٌ، ثُمَّ هِيَ دَاخِلَةٌ فِي قَوْلِهِ عَلَيْهِ
السَّلَامُ: فَأَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ، فَإِنَّهُ مَسْجِدٌ
Al-Hasan, Umar bin
Abdul Azis, Sya’bi, Awza’i dan Sa’id bin Abdul Azis, serta riwayat dari Umar
bin Khattab dan Abu Musa, mengatakan tidak mengapa shalat di dalam gereja yang
bersih. Namun Ibn Abbas dan Malik memakruhkannya karena ada gambar di dalam
gereja. Namun bagi kami (Ibn Qudamah dan ulama yang sepaham dengannya) :
Bahwasanya Nabi saw pernah shalat di dalam Ka’bah dan di dalamnya ada gambar. Ini
juga termasuk dalam sabda Nabi : Jika waktu shalat telah tiba, kerjakan shalat
di manapun, karena di mana pun bumi Allah adalah masjid. (Kitab Al-Mughni,Juz
III, halaman 231)
Al-Imam Ibnu Muflih Al-Maqdisi menjelaskan dalam kitabnya :
وَلَهُ دُخُوْلُ بِيْعَةٍ وَكَنِيْسَةٍ
وَنَحْوِهِمَا وَالصَّلَاةُ فِي ذَلِكَ ....... وَقَالَ ابْنُ تَمِيْمٍ لَا بَأْسَ
بِدُخُوْلِ الْبِيَعِ وَالْكَنَائِسِ الَّتِي لَا صُوَرَ فِيْهَا وَالصَّلَاةِ فِيْهَا
Dan seorang Muslim
diperbolehkan memasuki sinagog, gereja, dan sebagainya, serta diperbolehkan
melaksanakan shalat di dalamnya....... Ibnu Tamim berkata : Tidak apa-apa
memasuki sinagog dan gereja yang di dalamnya tidak terdapat gambar, serta
diperbolehkan shalat di dalamnya. (Kitab Al-Adab Asy-Syar'iyyah, Juz IV,
halaman 122)
mam
Syihabuddin Al-Qalyubi Al-Mishri dan Imam Syihabuddin Ahmad Al-Burullusi
Al-Mishri menjelaskan dalam kitabnya :
لَا يَجُوْزُ لَنَا دُخُوْلُهَا
إلَّا بِإِذْنِهِمْ وَإِنْ كَانَ فِيْهَا تَصْوِيْرٌ حَرُمَ مُطْلَقًا
Kita tidak
diperbolehkan memasuki gereja kecuali atas izin mereka, sedangkan jika di dalam
gereja tersebut ada gambar maka hukum memasukinya haram secara mutlak. Hasyiata Qalyubi wa 'Umairah, juz XV, halaman 492).
Jadi kesimpulannya menurut mazhab Hanafi hukumnya makruh, menurut mazhab Maliki, Hanbali, dan sebagian ulama mazhab Syafi’i hukumnya boleh, sedangkan menurut sebagian ulama lain dari mazhab Syafi’i hukumnya tidak boleh, kecuali ada izin dari mereka.
Tapi bagaimanapun hukumnya, kalau kita tidak ada keperluan yang mendesak, sebaiknya kita tidak usah masuk apalagi mendirikan shalat di gereja atau tempat-tempat ibadah non muslim lainnya
Berikut video yang berkaitan dengan judul :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar