Blusukan
adalah masuk-masuk ke tempat tertentu untuk
mengetahui sesuatu. Bagi pemimpin blusukan eetidaknya ada dua tujuan
yaitu untuk mengetahui kondisi rakyat yang
sesungguhnya dan untuk bahan mengambil kebijakan.
Seperti
banyak diceritakan di kitab-kitab tarikh (sejarah) Islam mengenai khalifah Umar
bin Khathab yang sering blusukan.
Suatu
malam ketika beliau melaksanakan kegiatan blusukan tiba-tiba beliau menengar
tangisan anak kecil saat melewati sebuah rumah, beliau mengetuk pintu dan
mengatakan pada ibu si bayi agar mendiamkan anaknya yang sedang menangis di
tengah malam lalu beliaupun melanjutkan inspeksinya
Satu
jam kemudian beliau balik melewati rumah itu, dan masih mendengar tangisan
bayi, lalu berilau menegur sang ibu itu : Kenapa belum kamu diamkan anakmu itu,
kamu benar-benar bukan seorang ibu yang baik.
Kamu
tahu apa, anakku menangis karena aku
menyapihnya sebelum waktunya, supaya dia mendapat jatah bantuan dari Umar,
jawab ibu itu dengan geram, tapi dia tidak tahu siapa laki-laki besar yang
sedang berbicara dengannya
Khalifah
Umar terdiam, dan pergi sambil meneteskan air mata, beliau bergumam dalam hati
: Berapa banyak anak kecil yang telah dibunuh dan didzalimi oleh Umar. Lalu Besok pagi beliau langsung mengeluarkan
keputusan baru bahwa setiap anak yang baru lahir mendapat jatah bantuan dari
negara
Dalam
kisah yang lain diceritakan
bahwa Seorang gadis kecil menangis meminta makan karena rasa lapar, sebab sejak
pagi belum makan hingga sore hari, sementara sang ibu, janda, terpaksa
memasukan batu ke dalam panci untuk menghibur anaknya yang kelapran
Sore itu Khalifah Umar sedang blusukan memantau dan mencari mana
rakyatnya yang kelaparan dan tidak makan. Di depan pintu rumah itu
Khalifah mendengar tangisan gadis kecil
yang kelaparan itu, sementara seorang ibu dari gadis kecil itu di dapur sedang
membalik balikan sesuatu yang ada di dalam panci, Khalifah Umar bertanya : Apa yang anda masak wahai ibu?
Lihatlah sendiri! Jawab ibu itu. Ketika
khalifah melihatnya ternyata ibu itu sedang memasak batu untuk anaknya.
Khalifah Umar bin Khattab menagis, air matanya terus mengalir,
sementara ibu dari anak itu tidak tahu kalau yang ada di depan matanya adalah
khalifah Umar. Ibu itu terus memaki-maki Umar bin Khattab sebagai pemimpin yang
tidak bertanggung jawab. Khalifah Umarpun terus menangis, Ia kemudian pulang ke
Madinah, dan malam itu juga ia memanggul gandum dengan pundaknya sendiri dalam
perjalanan yang cukup jauh.
Sekilas kisah di atas hanya sekedar ingin mengambarkan tentang
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Namun jika difahami
lebih dalam kita akan mendapatkan bahwa kisah di atas selain mengandung
kewajiban seorang pemimpin untuk memperhatikan keadaan rakyatnya atau orang
yang menjadi tanggung jawabnya, terdapat pesan pula kepada seluruh orang
beriman untuk memperhatikan antara satu sama lain
Mengapa demikian?, karena datangnya Khalifah ke rumah ibu tersebut tidak hanya karena motivasi ia sebagai pemimpin yang bertanggug jawab di kala itu, namun lebih kepada sikap untuk saling tolong menolong antara sesama muslim. Kalaupun ia melakukan hal itu karena sekedar ingin menjalankan tugas sebagai khalifah maka mudah saja baginya untuk melibatkan pengawal atau bawahan beliau untuk blusukan di malam hari dan tidak memanggul gandum dengan pundaknya sendiri
Dalam hadits disebutkan
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا
وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ وَمَنْ
سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ
طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ
كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ
Dari Abu
Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda : Barang siapa membebaskan
seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari
suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang
yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan
akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya
di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba
tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah
sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca
Al-Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi
para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya
tidak juga meninggikannya. (H. R. Muslim no. 7028)
Cukuplah seseorang dikatakan sebagai orang dzalim ketika ia malam
harinya telah kenyang bahkan makanan dirumahnya masih tersisa, padahal
tetangganya tidur dalam keadaan menahan lapar karena tidak ada makanan
Cukuplah seseorang dikatakan dzalim ketika ia mampu tertawa terbahak-bahak padahal tetangganya sedang dirundung kesedihan sedang iapun acuh tak acuh dengan keadaannya
Semoga pemimpin-pemimpin kita, siapa saja yang memimpin bisa meniru
kepemimpinan khalifah Umar bin Khathab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar