Di bawah ini kami sampaikan beberapa hadits yang menerangkan para sahabat tabarruk dengan bekas air wudhu Nabi :
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ
بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ قَالَ
أَخْبَرَنِي الزُّهْرِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ عَنِ
الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ وَمَرْوَانَ يُصَدِّقُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا حَدِيْثَ
صَاحِبِهِ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ r
زَمَنَ الْحُدَيْبِيَةِ ......... فَرَجَعَ
عُرْوَةُ إِلٰى أَصْحَابِهِ فَقَالَ أَيْ قَوْمِ وَاللهِ لَقَدْ وَفَدْتُ عَلَى الْمُلُوْكِ
وَوَفَدْتُ عَلىٰ قَيْصَرَ وَكِسْرٰى وَالنَّجَاشِيِّ وَاللهِ
إِنْ رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ
مُحَمَّدٍ r مُحَمَّدًا وَاللهِ إِنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً
إِلَّا وَقَعَتْ فِي كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ
وَإِذَا أَمَرَهُمُ ابْتَدَرُوْا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوْا يَقْتَتِلُوْنَ
عَلىٰ وَضُوْئِهِ وَإِذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوْا أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ وَمَا
يُحِدُّوْنَ إِلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيْمًا لَهُ وَإِنَّهُ قَدْ عَرَضَ
عَلَيْكُمْ خُطَّةَ رُشْدٍ فَاقْبَلُوْهَا ......
Telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin Muhammad telah
bercerita kepada kami 'Abdur Rozzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar
berkata telah bercerita kepadaku Az-Zuhriy berkata telah bercerita kapadaku 'Urwah bin Az-Zubair dari Al-Miswar bin
Makhramah dan Marwan dimana setiap perawi saling membenarkan perkataan
perawi lainnya, keduanya berkata; Rasulullah saw keluar pada waktu perjanjian Hudaibiyah ……. Maka 'Urwah pun kembali kepada
sahabat-sahabatnya lalu berkata: "Wahai kaum, demi Allah, sungguh
aku pernah menjadi utusan yang diutus mengahap raja-raja, juga Qaisar (raja
Romawi) dan Kisra (raja Parsia) juga kepada
raja An-Najasiy. Demi Allah, tidak pernah aku melihat seorang rajapun yang begitu diagungkan seperti para sahabat Muhammad
saw mengagungkan Muhammad. Sungguh tidaklah dia berdahak lalu mengenai telapak seorang dari mereka kecuali
dia akan membasuhkan dahak itu ke wajah dan kulitnya dan jika dia
memerintahkan mereka, maka mereka segera
berebut melaksnakannya dan apabila dia berwudhu' hampir-hampir mereka saling
membunuh karena memperebutkan sisa air wudhu nya itu dan jika dia berbicara
maka mereka merendahkan suara mereka (mendengarkan dengan seksama) dan tidaklah mereka mengarahkan pandangan
kepadanya karena sangat menghormatinya. Sungguh dia telah menawarkan kepada kalian satu tawaran yang
membawa kepada kebaikan, maka terimalah". …. (H.R. Bukhari no. 2731 dan 2732)
أَخْبَرَنَا هَنَّادُ
بْنُ السَّرِيِّ عَنْ مُلَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ بَدْرٍ عَنْ
قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ عَنْ أَبِيْهِ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ خَرَجْنَا وَفْدًا إِلٰى النَّبِيِّ r
فَبَايَعْنَاهُ وَصَلَّيْنَا مَعَهُ وَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّ بِأَرْضِنَا بِيْعَةً
لَنَا فَاسْتَوْهَبْنَاهُ مِنْ فَضْلِ طَهُوْرِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ
وَتَمَضْمَضَ ثُمَّ صَبَّهُ فِي إِدَاوَةٍ وَأَمَرَنَا فَقَالَ اخْرُجُوْا فَإِذَا
أَتَيْتُمْ أَرْضَكُمْ فَاكْسِرُوْا بِيْعَتَكُمْ وَانْضَحُوْا مَكَانَهَا بِهٰذَا الْمَاءِ وَاتَّخِذُوْهَا مَسْجِدًا قُلْنَا إِنَّ الْبَلَدَ بَعِيْدٌ
وَالْحَرَّ شَدِيْدٌ وَالْمَاءَ يَنْشُفُ فَقَالَ مُدُّوْهُ مِنَ الْمَاءِ
فَإِنَّهُ لَايَزِيْدُهُ إِلَّاطِيْبًا فَخَرَجْنَا حَتّٰى قَدِمْنَا بَلَدَنَا
فَكَسَرْنَا بِيْعَتَنَا ثُمَّ نَضَحْنَا مَكَانَهَا وَاتَّخَذْنَاهَا مَسْجِدًا
فَنَادَيْنَا فِيْهِ بِالْأَذَانِ قَالَ وَالرَّاهِبُ
رَجُلٌ مِنْ طَيِّئٍ فَلَمَّا سَمِعَ الْأَذَانَ قَالَ دَعْوَةُ حَقٍّ ثُمَّ
اسْتَقْبَلَ تَلْعَةً مِنْ تِلَاعِنَا فَلَمْ نَرَهُ بَعْدُ
Telah mengabarkan kepada kami
Hunnad bin As-Sariy dari Mulazim dia berkata; telah menceritakan kepadaku
'Abdullah bin Badr dari Qais bin Thalaq dari bapaknya Thalaq bin 'Ali dia
berkata; "Kami datang kepada Rasulullah saw sebagai utusan, lalu kami
berbaiat kepadanya dan shalat bersamanya. Aku kabarkan kepada Rasulullah saw bahwa
di daerah kami ada tempat ibadah (kuil) milik kita, maka aku hendak meminta
sisa air wudhunya. Beliaupun meminta air lalu berwudhu dan berkumur, kemudian
menuangkan air ke dalam ember dan menyuruh kami untuk mengambilnya. Beliau lalu
bersabda, `Keluarlah (pulanglah) kalian. Bila telah sampai ke negeri kalian,
maka hancurkan kuil itu dan siramlah puing-puingnya
dengan air ini, lalu jadikanlah sebagai masjid'. Kami berkata,
"Negeri kami jauh dan sangat panas sekali, sedangkan air ini akan
mengering'. Rasulullah saw bersabda. 'Perbanyaklah airnya. Air ini tidak akan menambah apa-apa kecuali kebaikan'.
Kamipun keluar hingga ke negeri kami, lalu kami menghancurkan kuil itu
dan menyiramkan air tersebut ke puing-puing bangunannya. Kemudian kami jadikan
sebagai masjid dan kami mengumandangkan
adzan." la berkata lagi, "Pendetanya adalah laki-laki dari
Thayyi'. Ketika mendengar adzan, ia berkata, `Ini dakwah yang hak'. Kemudian ia
pergi ke tempat yang tinggi yang ada di daerah kami, dan kami tidak pernah
melihatnya lagi setelah itu." (H.R. Nasa’i no. 700)
Tidak ragu lagi bahwa
dalam jiwa perutusan itu terdapat rahasia (semangat) yang amat kuat yang
mendorong mereka minta air bekas wudhu Rasulallah saw. Padahal kota Madinah tidak pernah
kekurangan air dan didaerah tempat tinggal orang itu sendiri banyak air.
Mengapa mereka mau bersusah payah membawa sedikit air dari Madinah ke daerahnya
yang menempuh jarak cukup jauh dan dalam keadaan terik matahari? Tidak lain
adalah bertabarruk pada Rasulallah saw dengan bekas air wudhu beliau.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمٰنِ بْنُ يُوْنُسَ قَالَ حَدَّثَنَا
حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ عَنِ الْجَعْدِ قَالَ سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيْدَ
يَقُوْلُ ذَهَبَتْ بِي خَالَتِيْ إِلَى النَّبِيِّ r فَقَالَتْ يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّ ابْنَ أُخْتِيْ وَجِعٌ
فَمَسَحَ رَأْسِيْ وَدَعَا لِيْ بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ تَوَضَّأَ فَشَرِبْتُ مِنْ وُضُوْئِهِ
ثُمَّ قُمْتُ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَنَظَرْتُ إِلٰى
خَاتَمِ النُّبُوَّةِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ مِثْلَ زِرِّ الْحَجَلَةِ
“Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin
Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Al-Ja'd
berkata, aku mendengar As-Sa'ib bin Yazid berkata, "Bibiku pergi bersamaku
menemui Nabi saw, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya putra saudara perempuanku ini sedang sakit."
Maka Nabi saw mengusap kepalaku dan memohonkan keberkahan untukku.
Kemudian beliau berwudlu, maka aku pun minum dari sisa air wudlunya, kemudian
aku berdiri di belakangnya hingga aku melihat ada tanda kenabian sebesar telur
burung di pundaknya” (H.R. Bukhari
no. 190)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ
قَالَ حَدَّثَنِيْ عُمَرُ بْنُ أَبِيْ زَائِدَةَ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي
جُحَيْفَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيِّ r وَهُوَ فِي قُبَّةٍ حَمْرَاءَ مِنْ أَدَمٍ وَرَأَيْتُ بِلَالًا
أَخَذَ وَضُوْءَ النَّبِيِّ r وَالنَّاسُ
يَبْتَدِرُوْنَ ذَاكَ الْوَضُوْءَ فَمَنْ أَصَابَ مِنْهُ شَيْئًا تَمَسَّحَ بِهِ
وَمَنْ لَمْ يُصِبْ مِنْهُ شَيْئًا أَخَذَ مِنْ بَلَلِ يَدِ صَاحِبِهِ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah
dia berkata; telah menceritakan kepadaku Umar bin Abu Za`idah dari 'Aun bin Abu
Juhaifah dari Ayahnya dia berkata; saya
menemui Nabi saw ketika beliau tengah berada di tenda besar yang terbuat
dari kulit, dan saya melihat Bilal tengah
mengambilkan tempat air wudhu Nabi saw sementara orang-orang berlomba-lomba
untuk mendapatkan bekas wudhu beliau, dan
siapa yang mendapatkannya maka ia akan membasuhkannya namun bagi yang
tidak mendapatkannya, maka ia mengambil dari sisa air yang menetes dari
temannya”. (H.R. Bukhari no. 376)
Kalau kita cermati, perbuatan para
sahabat Nabi ini seakan-akan diluar nalar, betapa tidak, di Madinah waktu itu
tidak kekurangan air untuk diminum, kenapa mereka malah minum air bekas wudhu
Nabi, ini tidak lain hanyalah
untuk mengambil berkah air yang telah menempel di kulit Nabi saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar