Sudah biasa di kalangan pesantren, apabila ada seorang kyai atau ulama lewat, mereka berdiri untuk menghormati kyai
tersebut. penghormatan ini dilakukan
untuk menghormati ilmu dan kealiman kyai atau ulama tersebut. bagaimana
hukum berdiri itu?
Mayoritas ulama membolehkan berdiri untuk
menghormat seseorang yang datang. Mereka berdalil dengan firman Allah
swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيْلَ انشُزُوْا فَانشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 58 Al Mujaadilah 11)
Ketika
menjelaskan maksud ayat ini, Syeikh Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan :
ذَهَبَ جُمْهُوْرُ الْفُقَهَاءِ إِلٰى
جَوَازِ الْقِيَامِ لِلْقَادِمِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا مِنْ أَهْلِ الْفَضْلِ
وَالصَّلاَحِ عَلىٰ
وَجْهِ التَّكْرِيْمِ لِأَنَّ احْتِرَامَ الْمُسْلِمِ وَاجِبٌ وَتَكْرِيْمُهُ
لِدِيْنِهِ وَصَلاَحِهِ مِمَّا يَدْعُوْا إِلِيْهِ الْإِسْلاَمُ لِأَنَّهُ
سَبِيْلُ الْمَحَبَّةِ وَالْمَوَدَّةِ وَقَدْ قَالَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
(لاَتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْأً وَلَوْ أَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ
وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلِيْهِ بِوَجْهِكَ). (روائع البيان فى تفسير آيات الأحكام،
ج2 ص 545)
"Mayoritas ulama
mengatakan bahwa boleh berdiri untuk (menghormat) orang yang datang (atau lewat), jika yang datang itu adalah orang Islam
yang mulia dan baik, dengan tujuan
untuk menghormatinya. Karena menghormati seseorang karena agama dan
kebaikannnya termasuk perbuatan yang sangat
dianjurkan oleh agama. Dan karena perbuatan itu merupakan jalan untuk
menambah rasa cinta dan kasih sanyang . Nabi saw bersabda : Janganlah kamu meremehkan perbuatan baik (yang
dilakukan seseorang), sekalipun (dalam bentuk) kamu berbicara kepada
saudaramu dengan wajah yang
berseri-seri." (Rawaa-i' Al-Bayan fi tafsir
ayat Al-Ahkam, juz 2, halaman 545)
Dalam kitab ta'lim muta'allim, Syeikh
Zarnuji menerangkan :
وَمِنْ تَوْقِيْرِهِ تَوْقِيْرُ
أَوْلاَدِهِ وَمَنْ يَتَعَلَّقُ بِهِ، وَكاَنَ أُسْتَاذُنَا شَيْخُ اْلإِسْلاَمِ
بُرْهَانُ الدِّيْنِ صَاحِبُ الْهِدَايَةِ يَحْكِى أَنَّ وَاحِدًا مِنْ كِبَارِ
أَئِمَّةِ بُخَارٰى كَانَ
يَجْلِسُ مَجْلِسُ الدَّرْسِ وَكَانَ يَقُوْمُ فِى خِلاَلِ الدَّرْسِ أَحْيَانًا،
وَسَأَلُوْهُ عَنْهُ وَيَقُوْلُ : إِنَّ ابْنَ أُسْتَاذِيْ يَلِعَبُ مَعَ
الصِّبْيَانِ فِى السِّكَّةِ، فَإِذَا رَأَيْتُهُ أَقُوْمُ لَهُ تَعْظِيْمًا
لِأُسْتَذِيْ (تعليم المتعلم 9 )
Termasuk salah satu cara
menghormati guru adalah menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai
hubungan dengannya. Guru kami Syaikhul Islam Burhanuddin pengarang kitab
Al-Hidayah pernah berkata, bahwa seorang ulama besar dari Bukhara sedang duduk
dalam suatu majlis pengajian, sekali ia
berdiri dan duduk lagi. Ketika ditanyakan kepadanya mengenai sikapnya itu, ia menjawabnya " Sesungguhnya saya
melihat putra guruku sedang bermain-main di
jalanan bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya maka saya berdiri,
karena saya mengagungkan guruku". (Ta'lim Al-Muta'allim halaman 9)
Lalu
bagaimana dengan hadits yang seakan-akan menyatakan keharaman berdiri untuk
menghormati seseorang?
عَنْ
أَبِى مِجْلَزٍ، قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Dari Abi Miljaz, Rasulullah
saw bersabda : "Barang siapa yang senang dihormati
orang lain dengan cara berdiri (ketika ia datang), maka bersiaplah untuk
menempati tempatnya di neraka". (H.R. Abu Dawud).
Mengomentari hadits ini, Syeikh Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan :
فَلَيْسَ فِيْهِ دَلِيْلٌ
لَهُمْ، لِأَنَّ الرَّسُوْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمْ يُطْلِقِ اللَّفْضِ
وَإِنَّمَا قَيَّدَهُ بِوَصْفٍ يَدُلُّ عَلىٰ الْكِبْرِيَاءِ وَحُبِّ الظُّهُوْرِ (مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ
لَهُ النَّاسُ قِيَامًا) وَلَمْ يَقُلْ صَلَوَاةُ اللهِ عَلَيْهِ (مَنْ قَامَ لَهُ
النَّاسُ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ) وَلاَ شَكَّ أَنَّ هٰذَا
الْوَصْفَ لاَ يَنْطَبِقُ إِلاَّ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ الْمَغْرُوْرِ، وَالْفَرْقُ
دَقِيْقٌ بَيْنَ هٰذَا
اللَّفْضِ فَلاَ يَنْبَغِى أَنْ يُغْفَلَ عَنْهُ. (روائع
البيان فى تفسير آيات الأحكام، ج2 ص 546)
"Hadits tersebut tidak dapat
dijadikan dalil untuk melarang perbuatan ini. Karena Rasul saw tidak
menyebutkan secara mutlak, tapi menggunakan kata-kata yang mengindikasikan
adanya sifat-sifat sombong dan ingin dipuji,
(barang siapa yang senang dihormati manusia dengan cara berdiri). Rasul
saw tidak mengatakan (barang siapa yang dihormati manusia dengan cara berdiri,
maka bersiaplah untuk menempati tempatnya di neraka).
Tidak diragukan lagi bahwa penyebutan ini menunjukkan bahwa yang
dimaksud adalah orang-orang sombong yang tertipu. Perbedaan antara dua kata ini
sangat tipis, karena itu jangan sampai lengah". (Rawaa-i' Al-Bayan fi tafsir ayat
Al-Ahkam, juz 2, halaman 546)
Dibawah ini kami sajikan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai berdiri untuk menghormat seseorang yang
dianggap mulya
حَدَّثَنَا
أَبُو الْوَلِيْدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ أَنَّ أَهْلَ قُرَيْظَةَ
نَزَلُوْا عَلىٰ حُكْمِ سَعْدٍ فَأَرْسَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِ
فَجَاءَ فَقَالَ قُومُوْا إِلٰى سَيِّدِكُمْ
أَوْ قَالَ خَيْرِكُمْ فَقَعَدَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .......
Telah
menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah
dari Sa'd bin Ibrahim dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif dari Abu Sa'id bahwa
penduduk Bani Quraidlah telah menetapkan hukum yang akan diputuskan oleh Sa'ad.
Maka Nabi saw mengutus seseorang untuk memanggilnya, ketika dia datang beliau
bersabda: "Berdirilah kalian untuk menghormati pemimpin kalian -atau
beliau bersabda- orang terbaik kalian." Lalu Sa'd duduk di dekat Nabi
saw, …….. (H.R. Bukhari
No. 6262)
Andai ada orang yang mengatakan bahwa dalam penghormatan
terhadap seseorang terdapat pengagungan kepada seseorang itu sendiri sebagaimana pengagungan terhadap sesuatu yang
disembah. Maka tidaklah diragukan
bahwa hal tersebut adalah kemusyrikan kepada Allah, namun kami tidak
menjumpai seorang pun yang melakukannya
atau punya niatan seperti itu.
Dengan mengkaji illah atau sebab hukum yang bisa dijadikan sebagai landasan penilaian dalam masalah ini,
sangatlah jelas bahwa orang yang
memberikan penghormatan dengan cara berdiri terhadap seseorang tidaklah
bermaksud dengan maksud-maksud di atas (penyembahan). Namun hanya bermaksud
menghormatinya saja. Seperti yang telah tercantum dalam Al-Qur'an bahwa para
malaikat tidak hanya berdiri bahkan bersujud kepada nabi Adam, tapi sujud para
malaikat itu tidak dalam rangka penyembahan
atau menyamakan nabi Adam dengan Allah swt tapi hanya sekedar
penghormatan. Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar