وَلَا يَأْكُلَ
اْلمُضَحِّيُ شَيْئًا مِنَ اْلأُضْحِيَةِ الْمَنْذُوْرَةِ وَيَأْكُلُ مِنَ
الْمُتَطَوِّعُ بِهَا
Orang yang
berkurban tidak boleh memakan daging kurbannya sedikitpun dari kurban yang dinadzarkan, dan boleh memakannya
dari kurban tathawwu' (sunah). (Imam Taqiyuddin Al-Husaini : Kifayatul Akhyar,
Juz 2, hal. 241)
وَأَمَّا الْأَكْلُ
مِنْهَا فَيُسْتَحَبُّ وَلَا يَجِبُ، هٰذَا مَذْهَبُنَا
وَمَذْهَبُ الْعُلَمَاءِ كَافَّةً ، إِلَّا مَا حُكِيَ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ
أَنَّهُ أَوْجَبَ الْأَكْلَ مِنْهَا، وَهُوَ قَوْلُ أَبِي الطَّيِّبِ اِبْنِ
سَلَمَةَ مِنْ أَصْحَابِنَا
Adapun memakan
dari padanya
(memakan daging kurbannya sendiri) hukumnya sunah, tidak wajib. Demikian menurut madzhab kami (Syafi'i)
dan madzhab ulama secara keseluruhan, kecuali apa yang diceritakan dari
sebagian ulama salaf. Sungguh mereka mewajibkan memakan sebagian dari padanya
(memakan daging kurbannya sendiri), itu adalah pendapat Imam Abu Thalib bin
Salamah, dari sahabat kami. (Imam Nawawi : Syarah shahih Muslim, Juz 13, hal.
131)
وَمِمَّنِ اسْتَحَبَّ
اَنْ يَأْكُلَ ثُلُثًا وَيَتَصَدَّقَ بِثُلُثٍ وَيُهْدِيَ ثُلُثًا اِبْنُ
مَسْعُوْدٍ وَعَطَاءٌ وَاَحْمَدُ وَاِسْحَاقُ
Di antara
orang yang memandang sunah memakan sepertiga, menyedekahkan sepertiga dan
menghadiahkan sepertiga adalah Ibnu Mas'ud, Imam Atha, Imam Ahmad dan Imam
Ishaq. (Imam Nawawi : Al-Majmu' Syarah Al-Muhadz-dzab, Juz 8, hal. 419)
وَاْلأَفْضَلُ
التَّصَدُّقُ بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ
مِنَ اْلكَبِدِ
Dan utamanya
adalah menyedekahkan semua, kecuali beberapa potong, untuk mengambil berkah
karena memakannya dan hendaklah yang dimakannya itu "hatinya". (Syekh
Zainuddin Al-Malibari : Fathul mu'in, hal. 63)
وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ
الْكَبِدِ أَيْ وَاْلاَفْضَلُ أَنْ تَكُوْنَ اللُّقَمَاتُ مِنْ كَبِدِ الْاُضْحِيَةِ،
لِمُوَافَقَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Hendaklah ada
dari hatinya, maksudnya utamanya pada beberapa potong daging kurban bagiannya
itu dari hati binatang kurbannya, supaya sesuai dengan amalan Nabi saw. (Imam
Sayid Bakri Syatha Ad-Dimyathi : I'anatuth Thalibin, Juz 2, hal. 333)
وَلَهُ اِطْعَامُ
اَغْنِيآءَ
Dan boleh
baginya (yang berkurban) memberi makan kepada orang-orang kaya. (Syekh
Zainuddin Al-Malibari : Fathul mu'in, hal. 63)
وَقَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدٍ يَأْكُلُ
الثُّلُثَ وَيَتَصَدَّقَ بِالثُّلُثِ وَيُهْدِي الثُّلُثَ لِلْأَغْنِيَاءِ
Syekh Abu
Hamid telah berkata : Orang yang berkurban memakan sepertiga, menyedekahkan
sepertiga dan yang sepertiganya lagi dihadiahkan kepada orang-orang kaya. (Imam
Taqiyuddin Al-Husaini : Kifayatul Akhyar, Juz 2, hal. 242)
وَيَجُوْزُ أَنْ
يُطْعِمَ مِنْهَا كَافِرًا وَبِهٰذَا قَالَ الْحَسَنُ وَ أَبُوْ ثَوْرِ وَأَصِحَابُ
الرَّأْيِ
Dan boleh
memberikan sebagian daging kurbannya kepada orang kafir. Dan dengan ini telah
berkata Imam Al-Hasan, Imam Abu Tsauri dan para ulama rasionalis (para ulama
Kufah). (Imam Ibnu Qudamah : Al-Mughni Wasy-Syahrul Kabir, Juz 3, ha. 583)
Termasuk ulama Ash-habarra'yi adalah
Imam Abu Hanifah. Dan yang dimaksud dengan kafir di sini adalah kafir dzimmi
(yang tidak memusuhi Islam), bukan kafir harbi. Mereka berkata bahwa daging
kurban itu adalah makanan, maka kita boleh memberikannya, sebagaimana makanan
yang lain. Hukumnya sama dengan sedekah sunah, boleh diberikan kepada orang
kaya dan orang yang tidak beragama Islam. Akan tetapi Imam Malik dan Imam
Al-Laits memahrukan memberikannya kepada orang yang bukan muslim
Sedang dalam madzhab Syafi'i, boleh
memberikannya kepada mereka apabila kurbannya itu kurban sunah, dan tidak boleh
apabila kurbannya itu kurban wajib atau nadzar. (baca kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadz-dzab Juz 8, hal.
425)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar