Ada hikayat
tentang ketekunan ibadah seorang pemuda pada masa Bani Israel. Suatu saat
ketekunan ini terusik oleh realitas prilaku suatu masyarakat yang
menyembah-nyembah pohon besar. Ia tidak mungkin membiar-kan hal ini, sebab
menegakkan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban agama dan
bagian dari ibadah. Usut punya usut dalam pikirannya, sang pemuda mene-mukan pangkal
penyebabnya, yakni pohon besar itu. Semangat dan ghirah keagamaannya
benar-benar telah menyatu dengan tekad untuk menebang pohon tersebut.
Suatu hari berangkatlah pemuda itu
dengan menentang kapak besar di tangan, tujuan cuma satu, tumbangkan pohon
karena jadi sumber kesesatan. Di tengah jalan, ia dihadang oleh Iblis yang
menjelma manusia. Sekedar basa-basi sebentar, lantas Iblis laknat menanyakan
tujuan pemuda tersebut. Dengan kekuatan aspirasi keikhlasan, pemuda itu
menjawab, menumbangkan pohon. Tetapi sang Iblis tetap menghalang-halangi. Maka
terjadilah duel, antara pemuda yang sholeh itu dan manusia jelmaan Iblis. Tidak
disangka sang Iblis untuk kesekian kali terpukul mundur, sampai
terjungkal-jungkal karena bantingan pemuda ikhlas tadi.
Duel memang benar-benar tidak seimbang.
Sang Iblis merasakan ada kekuatan ekstra luar biasa yang menyelimuti diri
pemuda. Sebelum terlalu dipecundangi oleh pemuda ini, Iblis sadar, bahwa untuk
mengalahkan pemuda ini, maka sumber kekuatan yang luar biasa itu harus diputus.
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah
itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah
orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik”. (Q.S. Al Israa' 19)
Okey, okey, saya menyerah. Aku kapok.
Iblis mulai memasang taktik. Pemuda sholeh dan lugu ini menghentikan
serangannya. Iblis dengan lagak benar-benar telah damai mendekati pemuda.
Persoalan masyarakat terlalu rumit.
Walaupun pohon itu anda tumbangkan, toh masih ada banyak pohon. Saya melihat
anda tidak pernah memikirkan diri sendiri. Tampaknya anda ini orang yang miskin
butuh uang. Memang aku miskin, memangnya kenapa? Pemuda ini mulai terpancing
oleh logika yang dipasang oleh Iblis. Saya kasihan dengan keadaanmu ini.
Masalah menebang pohon masih banyak waktu, silahkan ditebang. Tetapi kalau hari
ini anda membatalkan penebangan dan kembali ke rumah, saya berjanji, setiap
habis tidur, di bawah bantal anda akan ada uang yang cukup untuk belanja hidup
anda setiap hari, mendengar penuturan Iblis yang menyamar manusia ini, sang
pemuda menjadi tertarik. Ia mulai berpikir bahwa penundaan penebangan cukup masuk
akal; toh masih ada waktu. Itu pertama. Yang kedua, apa salahnya membuktikan
ucapan orang ini. Yang pertama berdasarkan pertimbangan rasional, dan yang
kedua dilandasi oleh tamanni (membayang kan sesuatu yang belum tentu hasilnya).
Baiklah, tawaranmu aku terima. Jawab sang pemuda. Sang Iblis menarik nafas lega
dengan sedikit menarik urat keningnya sambil berkata dalam hati: Kena, kau
pemuda!”Barang kali begitu reaksi Iblis.
Racun Iblis dipastikan telah memenuhi
pikiran dan hati. Yang dinanti-nanti cuma satu; kapan datang malam dan bangun
tidur. Benar, saat pemuda itu bangun tidur, langsung ia membalik bantal, uang.
Sang pemuda tersenyum. Besuknya, begitu juga, uang. Dan sampai pada hari
ketiga, begitu juga, Iblis telah masang uang. Tetapi saat memasuki hari
berikutnya. Sang pemuda, kecewa berat. Karena di bawah bantal tidak ada uang.
Ia merasa dikhianati. Maka kemarahan hatinya meluap. Tekad telah bulat untuk
menumbang kan pohon besar tersebut; sebuah azam yang tertunda. Di tengah jalan,
sang Iblis muncul; lebih santai, rilek dan penuh kepercayaan diri. Mau ke
mana, wahai pemuda! Kau mengingkari janji. Perjanjian telah putus. Aku akan
merobohkan pohon tersebut,” sentak pemuda. Ketika hendak melangkah, sang Iblis
mengha-langi. Kalau kau bisa melangkahi tubuhku, silahkan, Iblis menan-tang
duel. Tak pelak, perkelahian terjadi. Tetapi kondisi sangat bertolak belakang
dengan pertarungan awal. Pada pertempuran kali ini, malah sang pemuda yang
menjadi bulan-bulanan Iblis, beberapa kali pemuda itu dibanting oleh Iblis.
Seluruh kekuatan telah dikerahkan, tetapi sia-sia. Iblis tampak lebih unggul.
Akhirnya ia menyerah kalah. Hari ini engkau begitu kuat, jauh di atas saya. Aku
mengaku kalah. Tetapi bagaimana bisa terjadi, padahal tempo hari kau
benar-benar tidak berdaya, pemuda ini mengeluhkan keadaannya.
Wahai pemuda, ketahuilah. Aku ini Iblis,
pada pertarungan awal engkau digerakkan oleh semangat keikhlasan karena Allah.
Aku tidak akan mampu menjungkalkan hamba yang dipenuhi oleh kemurnian ibadah
semata-mata karena Allah. “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab
Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semua-nya.” (Q.S. Al Hijr 39)
“kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Q.S. Al Hijr
40)
Tetapi semangat merobohkan pohon kali
ini, engkau digerakkan oleh semangat kekecewaan karena tidak mendapatkan uang
di bantal.”Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami
kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir.” (Q.S.
Al Israa' 18).
Ibadahmu telah kau kotori dengan aspirasi
duniawiyah. Dan itulah yang membuat agamamu melenceng dan bagai debu-debu yang
berterbangan. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang ber-terbangan.”(Q.S. Al Furqaan 23)
Begitulah Iblis, begitu pula kemampuannya
memanej dunia untuk menyesatkan hamba-hamba Allah.
Alam materi diberikan Tuhan tidak dalam keadaan gratis, tanpa mengurangi jatah akhirat. Tidak pernah. Dunia dan akherat adalah satu kesatuan. Apa yang ditarik ke arah bumi, maka jatah yang di atas akan berubah dan berkurang. Rasulullah SAW dan para sahabat benar-benar memahami hukum Allah ini. Kalau seandainya dunia ini tidak mengurangi jatah akhirat; semakin banyak yang ditarik di bumi semakin banyak pula kekurangan di akherat, maka tawaran Malaikat Jibril untuk merubah gunung Uhud menjadi emas akan diterima oleh Rosulullah saw. “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (Q.S. Huud 15)
“Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka ker-jakan.” (Q.S. Huud 16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar