Sebagai kelanjutan tulisan yang lalu,
yaitu tanda-tanda dekatnya keruntuhan atau kehancuran sebuah negeri yaitu :
4.
Masyarakat yang Suka Bermak siat dan Ingkar Nikmat
Adakalanya, membanjirnya berbagai kemudahan dan kenik matan hidup dalam sebuah negeri tidak selalu menjadikan penduduknya bisa bersyukur. Alamnya yang subur, laut yang luas dan dan kaya, barang tambang yang melimpah, margasatwa yang beraneka ragam; semua itu malah membuat mereka takabur. Mereka eksploitasi habis-habisan segala kekayaan itu hanya untuk dipakai berfoya-foya dan berbuat maksiat.
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezqinya datang kepadanya melimpah-ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah” (Q.S. An-Nahl: 112).
Gaya hidup masyarakat yang tidak bisa
bersyukur atas nikmat Allah Ta’ala menjadi
(foya-foya), konsumeris (boros) dan akhirnya menjurus kepada kehidupan
yang (serba boleh). Kemaksiatan
men-jalar di mana-mana dan dianggap sebagai sebuah kewajaran, hukum rimba sudah
menjadi ketentuan dan saling memeras telah mentradisi.
“Dan berapa
banyaknya (pen-duduk) negeri yang dzalim…” (Q.S. Al-Anbiyaa: 11).
Bila kondisi masyarakat telah separah
itu, maka saat-saat kehancuran negeri itu telah dekat.
“…karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (Q.S. An-Nahl: 112).
“…karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (Q.S. An-Nahl: 112).
“Dan berapalah
banyaknya (penduduk) negeri yang men-durhakai perintah Tuhan mereka dan
rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras,
dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan.” (Q.S Ath-Thalaq: 8).
5. Terjadinya
penyimpangan seks
Deviasi seksual (penyimpangan seksual) bisa
terjadi bila seseorang menjadi budak dari syahwatnya. Segala cara dipakai untuk
memenuhi dorongan syahwatnya yang menggebu-gebu. Di antara bentuk-bentuk
deviasi seksual adalah lesbian, homoseks, free seks, prostitusi dan yang
lain-lain. Peristiwa deviasi seksual pernah terjadi pada masa Nabi Luth, yaitu
berhadapan dengan kaumnya yang mengidap penyakit homo-seksual.
“Nabi Luth
berkata: ‘Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeri)ku! Mereka lebih suci
bagimu, maka bertaqwalah kepada Allah…” (Q.S. Huud: 78).
“Mereka
menjawab: ‘Sesung-guhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap puteri-puterimu, dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang
sebenarnya kami kehendaki.” (Q.S. Huud:
79).
Bila deviasi seksual telah menjamur bahkan
telah dilegalkan oleh hukum dan dilindungi masyarakat, maka saat-saat
kehancuran negeri itu telah dekat.
“Maka tatkala
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi.” (Q.S. Huud: 82).
6. Hilangnya Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Bila tidak ada lagi amar maruf nahi munkar
dalam sebuah negeri, maka itu adalah tanda akan turunnya adzab Allah swt.
kepada seluruh penduduknya. Tidak adanya amar maruf nahi munkar bisa
dikarenakan banyak sebab. Di antaranya, manusia sudah terlanjur senang
berge-limang dosa dan menganggap aneh perbuatan yang baik. Sehingga perbuatan
maruf men-jadi sesuatu yang janggal dalam kehidupan, sebaliknya perbuatan yang
munkar meru-pakan tradisi yang digemari. Bisa juga manusia meninggalkan beramar
maruf nahi munkar karena takut akibat yang bakal ditim-bulkannya bisa mengancam
jiwa dan keluar-ganya. Bisa jadi dia akan diintimidasi, dikucilkan, dimusuhi,
dicekal, dipenjara, diputus mata-pencahariannya; bahkan sampai dibunuh.
Sehingga manusia enggan melakukan amar maruf nahi munkar. Jika amar maruf nahi
munkar telah hilang dari sebuah negeri, tidak ada lagi suasana dialogis dan
kompromi, semua masalah diselesaikan dengan tekanan dan kekerasan; maka sudah
dekat kehancuran negeri tersebut.
“Dan Kami tidak membi-nasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.” (Q.S. Asy Syu’ara: 208-209).
“Dan Kami tidak membi-nasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.” (Q.S. Asy Syu’ara: 208-209).
7. Banyak
Orang Munafik
Salah satu sebab hancurnya umat adalah
karena banyaknya orang munafik yang memegang urusan kaum muslimin. Orang
munafik adalah orang yang menampak kan Islam namun memendam kekufuran,
meme-rangi wali-wali Allah, para da'i di jalan Allah, para ulama dan
orang-orang yang istiqamah menjalan-kan agama. Allah swt. berfirman,
"Dan bila
dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu mem-buat kerusakan di muka bumi".
Mereka menjawab, "Sesungguh nya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan". (Q.S.
Al-Baqarah:11)
Mereka mengaku sedang melakukan perbaikan, sebagian dari mereka berkata sebagaimana yang dikatakan Fir'aun kepada pengikutnya, dalam firman Allah, artinya, "Biarkanlah aku mem-bunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama-agamamu atau menimbul kan kerusakan di muka bumi". (QS Ghafir:26)
Mereka mengaku sedang melakukan perbaikan, sebagian dari mereka berkata sebagaimana yang dikatakan Fir'aun kepada pengikutnya, dalam firman Allah, artinya, "Biarkanlah aku mem-bunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama-agamamu atau menimbul kan kerusakan di muka bumi". (QS Ghafir:26)
8. Berwala' (Setia) Kepada Kaum Kufar
Memberikan wala' (loyalitas) kepada
orang kafir dan tidak bersikap setia kepada orang mukmin masih banyak terjadi
di masyarakat. Mereka setia kepada musuh-musuh Allah dan bangga dapat membantu
serta menolong mereka. “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka
pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para mus-limin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Q.S. Al-Anfal: 173)
Maksudnya jika orang mukmin tidak berwala'
dengan orang mukmin, tidak berwala dengan penyeru penyeru kebaikan, tidak
berwala' dengan ahli ilmu dan ahli takwa, maka itu akan menyebabkan fitnah di
muka bumi dan kerusakan yang besar.
9. Penghacuran
Masjid
Di antara sebab hancurnya sebuah negeri
adalah jika masjid-masjid dirobohkan. Merobohkan masjid sebagaimana dikatakan
Imam asy-Syaukani ada dua macam:
a. Takhribul
hissi , yakni mero-bohkan masjid
secara fisik.
b. Takhribul ma'nawi, yakni menelantarkan dari tujuan diba-ngunnya masjid,
tidak ada kajian, ta'lim, muhadharah, digembok setiap saat, orang dilarang
masuk dan lain-lain.
"Dan
siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama
Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu
tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut
(kepada Allah)." (Q.S.
Al-Baqarah: 114)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar