Rumah tangga ibarat dua sisi mata uang,
suatu saat ia datang dan menjelma menjadi taman surga yang membuat semua
penghuninya merasa betah di dalamnya, namun bisa saja ia datang sebagai tambang
derita yang seolah-olah mau membunuh kita secara perlahan. Lalu bagaimana
keluarga yang kita bina bisa datang dengan wajah taman surga
Inilah
yang menjadi idaman setiap insan. Namun apakah mereka semuanya berhasil atau
malah banyak yang menemukan jalan buntu, baik yang berkecukupan secara materi
maupun yang tersorang-sorang? Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa keba-nyakan
dari kita sulit mewujudkannya? Bahkan tidak jarang yang mewarnai rumah tangga
adalah percekcokan dan pertengkaran yang berujung pada terancamnya keutuhan
rumah tangga dengan bahasa lain yakni perceraian.
Allah
SWT menyebutkan perjanjian untuk membangun rumah tangga sebagai perjanjian
yang sangat kuat dan kokoh yaitu “mitsaqan ghalidlo”. Allah swt menyebutkan
kalimat tersebut hanya dalam dua hal yaitu dalam membangun rumah tangga yang
terdapat dalam surat An nisa’: 21,
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,
padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami
isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang
kuat.” (Q.S. 4 An Nisaa' 21)
Dan dalam membangun misi kenabian.
Rosulullah SAW sendiri bersabda: “Perbuatan halal yang dimurkai oleh Allah
adalah perceraian.” Ada makna yang cukup tersirat dan rahasia dalam dawuh
tersebut. Tidak ada satu perbuatan halal yang Allah murkai kecuali perceraian.
Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Inilah yang menjadi PR kita. Tentu
masing-masing dari kita tidak ingin dimurkai sehingga rahmat Allah menjauh dari
rumah kita.
Alhasil bangunan rumah tangga ibarat
bangunan misi kenabian. Sehingga keluarga sakinah yang menjadi impian setiap
manusia tidak mudah diwujudkan sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan misi
kenabian oleh setiap manusia. Perlu persyaratan-persyaratan yang ketat dan
berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan mewujudkan kesucian.
Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan generasi penerus umat manusia.
Makna
Sakinah
Sebelum kita merintis keluarga sakinah,
alangkah baiknya kita mengetahui dulu apa arti istilah tersebut. Istilah
sakinah digunakan Al qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah
ini mempunyai akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal.
Bisa disimpulkan bahwa istilah terse-but digunakan Al qur’an untuk menyebut
tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan
tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah
warahmah) di antara sesama anggotanya. Untuk mencapai itu semua, dalam bangunan
rumah tangga Allah SWT telah menetapkan hak dan kewajiban. Kita juga bisa
meniru sosok figur yang telah berhasil mewujudkan sebuah keluarga besar yang
berhasil mencetak generasi-generasi penerang alam. Dan ini tidak akan
terbantahkan lagi oleh semua kaum muslimin. Figur tersebut adalah baginda
Rasulullah yang berhasil membina dan membentuk keluarga saki-nan dengan
Sayyidah Khadijah
Wanita
Lebih Berperan
Disini ada hal yang menarik untuk dikaji,
khususnya bagi kaum hawa. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah banyak
dibicarakan oleh kaum adam bahwa beliau melakukan pologami, kemudian mereka
melaksanakannya dengan dalil mencontoh Rasulullah. Tapi kita harus ingat kapan
Rosulullah berpoligami dan mengapa beliau melakukan hal ini? Sejarah mencatat
bahwa beliau tidak berpoligami saat beliau masih berdampingan dengan Sayyidah
Khadijah sampai beliau mening-gal. Hal ini karena sosok Khadijah yang luar
biasa, seorang istri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi suaminya.
Beliau korbankan seluruh harta benda-nya untuk dakwah Rosulullah, Sehingga
Rasulullah tidak pernah melupakan Khadijah walaupun sudah meninggal dan
disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan lebih dari satu.
Sosok Khadijah al-Kubra ini bisa diambil uswahnya bagi wanita khususnya kaum
ibu supaya sang suami tidak mudah menoleh ke lain hati.
Maka bisa disimpulkan bahwa yang paling
berperan besar dalam membentuk keluarga sakinah adalah wanita. Mari kita
perhatikan firman Allah SWT :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. 30 Ar Ruum 21)
Dalam ayat tersebut ada kalimat “supaya
kalian memperoleh atau merasakan sakinah” yang merupakan arti dari kalimat “Litaskunu”.
Jadi sakinah itu dalam diri perempuan. Tapi harus diingat laki-laki harus
menjaga sumber sakinah tersebut, tidak lantas mencemati dan menodainya agar
sumber itu tetap terjaga, jernih dan suci, serta mengalir ke semua anggota
keluarga.
Hak dan
Kewajiban Sesama
Sebagai pengantar untuk mem-bangun keluarga sakinah perlu kiranya kita harus mengetahui untuk selanjutnya mengaplika-sikan hak dan kewajiban pasangan suami istri yang telah ditetapkan Allah dan Rasulnya. Hak-hak suami antara lain: suami adalah pemimpin keluarga. Dalam Al qur’an disebutkan bahwa “kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)”, suami berhak dipatuhi dan tidak boleh ditentang, istri tidak boleh mensedekahkan harta atau berpuasa sunnah kecuali mendapat izin dari sang suami, suami harus dilayani dalam semua kebutuhan jasmani dan biologis kecuali kalau ada udzur, dan lain sebagainya
Adapun hak-hak istri antara lain: istri
harus mendapat perlakuan yang baik sesuai dengan firman Allah yang artinya “Dan
bergaullah dengan mereka secara patut” (An Nisa’: 19),
Istri
berhak mendapatkan nafkah dari suami baik sandang, pangan maupun papan, dan
lain sebagainya.
Selain sebuah keluarga harus mengetahui hak dan kewajiban, keluarga yang sakinah adalah bisa meredam emosi dan pertikaian. Rosulullah bersabda: “laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayanginya dan tidak berlaku dzalim pada mereka.” Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat menghadap Rasulullah dan berkata:
Selain sebuah keluarga harus mengetahui hak dan kewajiban, keluarga yang sakinah adalah bisa meredam emosi dan pertikaian. Rosulullah bersabda: “laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayanginya dan tidak berlaku dzalim pada mereka.” Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat menghadap Rasulullah dan berkata:
“ya Rasulullah, aku mempunyai seorang istri
yang selalu menyambutku ketika aku datang dan menghantarkanku saat aku keluar
rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan mengatakan: ada
apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah
bahwa rizkimu ada ditangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan
akhirat maka semoga Allah menambah rasa risaumu.” Setelah mendengar cerita
sahabat tersebut, Rasulullah bersabda: “sampaikan kabar gembira pada istrimu
tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya bahwa ia temasuk
salah satu pekerja Allah. Allah mencatat setiap hari baginya pahala tujuh puluh
syuhada’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar