“Perbanyaklah
mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Cukuplah kematian sebagai nasehat
bagi orang yang hidup, karena kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai
makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tidak menyimpang. Nilai-nilai
pelajaran yang ingin diungkapkan oleh kematian begitu banyak, menarik, bahkan
menenteramkan. Dengan begitu mengingat kematian dapat mendorong meraih sukses
dalam kehidupan.
Namun, ironisnya, kebanyakan manusia
justru lebih suka melupakan kematian. Hidup dan kematian, bagi mereka, seolah
dua lembah yang saling berpisah. Satu sama lain seperti tak berhubungan. Mereka
mengatakan, bersenang-senanglah di lembah yang satu. Dan, jangan pedulikan
lembah lainnya.Mereka kurang menyadari bahwa, kematian adalah garis pemisah
antara panggung kepura-puraan dengan kehidupan sebenarnya. Garis yang
memisahkan aneka lakon dan peran dengan sosok asli seorang manusia. Garis yang
akhirnya menyatakan kesudahan segala peran dan dikembalikannya segala alat
permainan.
Sayang sekali, tak sedikit manusia yang
lebih cinta dengan dunia kepura-puraan. Mereka pun berkhayal, andai
kepura-puraan bisa berlangsung selamanya. Bisa berpuas diri dengan aneka lakon
dan peran. Tanpa disadari, kecintaan itu pun berujung pada kebencian. Benci
pada kematian.
Allah swt menggambarkan orang-orang yang
enggan dan lari dari kematian. Seperti dalam firmanNya: Katakanlah: "Sesung-guhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesung-guhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan". (Q.S. 62 Al Jumu'ah 8)
Orang
yang demikian itu juga menginginkan umur yang panjang supaya bisa
bersenang-senang lebih lama di dunia, padahal umur yang panjang itu tidak dapat
mem-buat mereka bahagia lebih-lebih di akhirat nanti, Allah telah
mengingatkannya dalam Al-Qur’an : Dan sungguh kamu akan mendapati mereka,
manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi)
dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari
siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. 2 Al Baqarah
96)
Ketakutan adalah alasan yang paling lumrah
buat mereka yang tidak suka mengingat kematian, bahkan berusaha lari dari
kematian. Banyak alasan kenapa harus takut. Salah satunya, mereka takut
berpisah dengan kehidupan. Bagi mereka, perpisahan ini berarti usai sudah
pesta kenikmatan. Karena kehidupan sudah terlanjur mereka terjemah-kan sebagai
kenikmatan.
Selain itu, ada ungkapan batin yang tidak
mereka sadari. Bahwa, mereka enggan berjumpa dengan Allah, sebagaimana mereka
selalu menghindar dari perjumpaan dengan Allah dalam ibadah yang mereka
lakukan. Keengganan itu sebenarnya bukan cuma milik mereka. Karena Allah pun
enggan bertemu mereka, manakala mereka juga enggan bertemu dengan-Nya.
“Diceritakan oleh Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa
menyukai bertemu Allah, maka Allah juga senang berjumpa dengannya.
Sebaliknya, siapa yang benci bertemu Allah, maka Allah pun enggan berjumpa
dengannya.” (HR. Ahmad)
Keengganan itu sangat bertolak belakang dengan
kerinduan yang diungkapkan seorang sahabat Rasul, Hudzaifah. Ketika tak lama
lagi ajal kematian menyambang, beliau r.a. berujar, “….Ya Allah, jika Engkau
mengetahui bahwa kemiskinan itu lebih baik bagiku daripada kekayaan, sakit itu
lebih baik daripada kesehatan, dan mati itu lebih membuatku bahagia daripada
hidup, maka permudah-kanlah kematian itu untukku. Sehingga aku dapat bertemu
dengan-Mu.”
Atau boleh jadi ketakutan terhadap
kematian lebih karena ketidaktahuan. Persis seperti anak kecil yang lari ketika
diminta mandi. Karena yang diketahui si anak tentang mandi tak lebih dari
dingin, dipaksa ibu, dan berhenti dari permainan. Begitu pun tentang kematian.
Kematian bagi mereka tak lebih dari rasa sakit, berpisah dengan keluarga, harta
dan jabatan; serta rasa kehinaan ketika jasad terkubur dalam tanah.
Di situlah perbedaan mendasar antara hamba
Allah yang baik dengan yang buruk. Abdullah bin Umar pernah mendapat pelajaran
tentang kematian dari Rasulullah saw. “Aku bersama Nabi saw, kemudian, ada
seorang dari kaum Anshar bertanya, ‘Siapakah di antara orang-orang mukmin yang
paling mulia, wahai Rasul?’ Beliau saw menjawab, ‘Yaitu, orang yang paling
bagus budi pekertinya’. Sahabat itu bertanya lagi, ‘Siapa di antara orang-orang
mukmin yang paling pandai?’ Rasul menjawab, ‘Yaitu orang yang ter-banyak
ingatnya kepada kematian, dan yang paling siap menghadapi kematian. Itulah
orang-orang yang pandai.” (HR. Ibnu Majah)
Bagi hamba Allah, tak ada kemuliaan apa
pun kecuali dari tetap menjaga ingatannya dengan kematian. Bahkan, seorang yang
berada pada puncak kekuasaan sekalipun. Setidaknya, itulah yang hendak
diungkapkan seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hampir sepanjang usia
kekua-saannya, tak pernah ia lewatkan satu malam pun untuk mengingat kematian.
Caranya begitu manis. Ia panggil para pakar fikih, lalu satu sama lain saling
mengi-ngatkan tentang kematian, hari kiamat, dan kehidupan akhirat. Kemudian,
semuanya pun menangis. Seakan-akan, di samping mereka ada jenazah yang sedang
ditangisi.
Kematian mendidik kehidupan, dan kehidupan merindukan kematian
Itulah mungkin, kenapa Khalifah yang punya kekuasaan luas ini menjadi sosok
yang terpuji. Semasa kekuasaannya, hampir tak satu pun rakyatnya yang mengeluh.
Mereka hidup sejahtera. Dan inilah sebuah bukti, betapa hidup Umar bin Abdul
Aziz begitu berarti ketika kematian menjadi pengingat sejati.
Jadi sebenarnya, kematian itu sungguh
berarti bagi sebuah kehidupan. Kematian dapat selalu memberi peringatan, agar
kehidupan tetap menjadi sesuatu yang berarti. Sebaliknya, kehidupan juga
mengingatkan kematian, sehingga menjadi sesuatu yang dinanti. Kematian mendidik
kehidupan, dan kehidupan merindukan kematian
Subhanllah Allahu Akbar
BalasHapussalam tepang deni surahman, annisa rahma computer jogja.sungguh bermanfaat smoga berkah u panjenengan amien
Hp 081327395299hp 081931776636hp 089638987813
Subhanllah Allahu Akbar
BalasHapussalam tepang deni surahman, annisa rahma computer jogja.sungguh bermanfaat smoga berkah u panjenengan amien
Hp 081327395299hp 081931776636hp 089638987813