Sebagai kelanjutan dari tulisan minggu
lalu, Maka hendaklah kita harus memperhatikan puasa kita, untuk itu kita harus
berhati-hati jangan sampai menjalankan perkara yang membatalkan atau
menghilangkan pahalanya, se-hingga puasa itu tidak diterima di sisi Allah. Kelak seorang yang di dhalimi akan mengambil bebe-rapa pahala kebaikan orang yang mendhalimi. Di saat itu Allah ber-firman : “Puasa itu milik-Ku dan
Aku-lah yang membalasnya.” Oleh karena itu janganlah merusak amal perbuatan
yang begitu agung dengan jalan mengabaikan ter-hadap batas-batas larangan
Allah. Tinggalkanlah diwaktu Ramadhan perbuatan melanggar ajaran agama atau
hati yang keras, sebab bulan Ramadhan adalah bulan kejernihan dan beribadah
dengan penuh kesetiaan.
Sabda nabi saw dalam hadits kudsi : “Setiap
amal baik yang dikerjakan manusia, pahalanya ber-lipat ganda mulai 10 sampai
700 x, kecuali puasa, sebab ia bagi-Ku dan Aku pulalah yang berhak membalas
dengannya.”
Dalam menanggapi hadits di atas, para
ulama’ berbeda pen-dapat, dengan alasan segala amal itu bagi-Nya, dan Dialah
yang berhak membalasnya.
Diantara buah pikiran mereka, adalah
sebagai berikut :
1
1. Bahwasanya puasa tiada ter-simpan unsur riya’,
seperti juga amal-amal ibadah lainnya, karena riya’ itu diantara sifat-sifat
manusia, padahal puasa suatu ibadah di dalam hati, sedang amal-amal lain
memer-lukan gerakan anggota badan. Jadi puasa adalah suatu bentuk ibadah
rahasia dari manusia.
2. Yang mengetahui secara pasti, tentang
besarnya pahala dan melipat gandakannya, hanyalah Allah sendiri. Berbeda dengan
amal-amal ibadah lainnya, yang terkadang dapat diperkirakan oleh sementara
orang yang ahli.
3. Diartikan bahwa puasa adalah ibadah yang
paling dicintai oleh Allah swt.
4. Disandarkannya (puasa) pada-Nya, yaitu
menempatkan iba-dah tersebut pada tingkat mulia.
5. Bahwasanya tiada hajat makanan dan pemenuhan
syahwat lainnya, adalah setengan dari sifat-sifat Tuhan, maka ketika pelaku
puasa mendekatkan diri dengan sesuatu yang cocok dengan sifat-sifat Allah, lalu
disandarkan pada-Nya.
6. Bahwasanya segala amal iba-dah
dipenuhi darinya, tuntutan-tuntutan manusia lain, kecuali puasa.
Berpuasa
dapat diartikan berperang dengan musuh Allah, yaitu berperang menundukkan
syahwat, sebab penghubung setan ialah syahwat, dan syahwat menjadi tegar akibat
makan-minum, maka dengan cara puasa inilah musuh dapat ditundukkan, tekanan
syahwat dan makan minum dikurangi.
Sehubungan dengan perang penundukuan nafsu syahwat, telah diceritakan
dalam proses diwajibkannya puasa, yaitu : Bahwasanya Allah swt, setelah selesai
menciptakan akal, berfir-man : Hai akal menghadaplah kamu kepada-Ku, maka
dengan segera akal menghadap-Nya. Lalu Allah menyuruhnya : Mundurlah hai akal,
maka ia segera mundur mentatati perintah Allah. Ke-mudian Allah bertanya : Hai akal, siapakah sebenarnya kamu dan Aku
ini ? Jawabnya : Ya Allah Engkaulah Tuhan sesembahanku, sedang aku hanyalah
seorang hamba-Mu yang lemah. Akhirnya ia dipuji oleh Allah dengan firman-Nya :
Hai akal tiada makhluk yang Kuciptakan lebih mulia diban-dingkan kamu.
Kemudian
Allah ciptakan pula nafsu, dan ketika ia disuruh menghadap Allah, sepatah
kata-pun tiada jawaban darinya, bahkan ketika ditanya : Siapa kamu, dan siapa
Aku ? Jawabnya : Aku ya aku, Kamu ya Kamu. Maka dengan demikian ia patut
menjalani hukuman , akibat tidak tahu diri, ia disiksa dilemparkan ke dalam
kobaran api neraka jahanam selama 100 tahun dan setelah habis masa hukumannya,
ia dikeluarkan dari neraka, lalu ditanya : Siapa sebenarnya engkau, dan siapa
pula Aku ? Jawabnya tiada berbeda dengan dulu : Aku ya aku, Engkau ya Engkau.
Akhirnya ia dihukum lagi, tapi kali ini ia
dilemparkan ke dalam neraka lapar selama 100 tahun. Sehabis masa hukumannya ia
ditanya lagi tentang diri dan Penciptanya, maka berkat huku-man lapar (puasa)
ia mengaku bahwa dirinya adalah seorang hamba yang lemah, dan Allah Tuhannya.
Itulah sebabnya Allah mewajibkan puasa baginya.
Selain puasa di siang harinya, kita di
sunahkan mengisi ibadah pada malam hari yaitu dengan melaksanakan shalat
tarawih.
Didalam kitab duratun Nashihin disubtkan
bahwa Saidina Ali ra, berkata: Nabi ditanya mengenai fadlilah sholat tarawih
dalam bulan Ramadhan, lalu beliau saw menjawab : Orang mukmin diampuni
dosanya, bersih seperti bayi lahir dari kandungan ibunya, di awal malam
Ramadhan. Lalu pada malam kedua, ia diampuni dosanya dan kedua orang tua
(bapak-ibu) nya yang mukmin. Malam ketiga, malaikat memanggil dari bawah ‘Arasy
berseru, segeralah kamu beramal, Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu. Pada
malam keempat, diberi pahala sebanyak pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan
Al Qur’an. Pada malam ke lima, diberi pahala sebanyak pahala sholat di masjid Haram, masjid Nabawi dan
masjid Aqsho. Pada malam keenam, diberi pahala sebanyak pahala thawaf di Baitul
Makmur, setiap batu-batuan dan tanah liat beristigfar untuknya. Pada malam
ketujuh, seolah-olah bertemu Nabi Musa berjuang bersama melawan Fir’aun dan
Hamam. Pada malam kedelapan, diberi segala yang diterima Nabi Ibrahim. Pada
malam kesembilan, seolah-olah ia beribadah yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad
saw. Pada malam kesepuluh, Allah memberinya kebaikan dunia dan akhirat. Pada
malam kesebelas, ia bakal meninggal dunia bersih dari segala dosa seperti baru
lahir dari kandungan ibunya. Pada malam keduabelas, kelak wajahnya bercahaya
seperti bulan purnama di hari kiamat. Pada malam ketiga belas, kelak di hari
kiamat aman dari segala kejahatan. Pada malam keempat belas, dibebaskan dari
hisab, para malaikat memberi kesaksian atas ibadah sholat tarawihnya. Pada
malam kelima belas, bersholawat-lah kepadanya segenap malaikat penanggung
‘Arasy dan Kursi. Pada malam keenam belas, dibebaskan dari siksa neraka dan
bebas pula masuk surga. Pada malam ke tujuh belas, diberi pahala seperti yang
diterima para Nabi. Pada malam kedelapan belas, malaikat memanggilnya, ya hamba
Allah engkau dan kedua bapak-ibumu telah diridloi oleh Allah swt. Pada malam
kesem-bilan belas, derajat ditinggikan di surga Firdaus. Pada malam kedua
puluh, diberi pahala syuhadak dan sholihin. Pada malam dua puluh satu,
dibangunkan sebuah gedung nur di surga. Pada malam kedua puluh dua, kelak di
hari kiamat aman dari bencana yang menyedihkan dan menggelisah-kan. Pada malam
kedua puluh tiga, dibangunkan sebuah kota di surga. Pada malam kedua puluh
empat, do’a yang dipanjatkan sebanyak 24 do’a dikabulkan. Pada malam kedua
puluh lima, dibebaskan dari siksa kubur. Pada malam kedua puluh enam, pahala
baginya ditingkatkan selama 40 tahun. Pada malam kedua puluh tujuh, melintasi
shirat bagai kilat menyambar. Pada malam kedua puluh delapan, ditinggikan
dera-jatnya 1000 tingkat di surga. Pada malam kedua puluh sembilan, diberi
pahala sebanyak 1000 haji mabrur. Pada malam ke tiga puluh, diseru oleh Allah
dengan firmanNya, ya hambaKu silakan makan buah-buahan surga, silakan mandi air
salsabil dan minumlah dari telaga kautsar, Akulah Tuhanmu dan kamu adalah
hambaKu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar