untuk mewujudkan keluarga yang berkemampuan
mulia, tentu diperlukan keria sama yang solid dan saling mengisi dan
meleng-kapi. Keduanya harus rela hati bersatu padu dan bahu membahu. Suami
tidak akan mampu mewujudkannya tanpa peran serta isteri, demikian pula isteri,
tanpa bantuan dan pertolongan suami.
Kehidupan
dunia bagaikan lautan, terkadang surut terkadang pasang. Bagikan siang dan
malam, terkadang terang-benderang terkadang gelap-pekat. Itulah sunnatullah
yang harus dihadapi dengan lapang dada dan husnudzdzon kepada-Nya. Pada
hakikatnya semua problem amatlah berguna bagi orang yang memahaminya seba-gai
tantangan bukan sebagai halangan yang memutus-asakan. Seorang muslim-mukmin
pasti memilih ber-sikap positive thinking ketika menghadapi suatu masalah dan
menyediakan diri mencari celah dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Hal itu semata didasarkan pada
keyakinannya bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (Q.S. 94 Alam Nasyrah
5). Dalam ayat lain : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(Q.S. 2 Al Baqarah
216). “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar.” (Q.S. 65 Ath Thalaaq 2)
Setiap manusia dalam hidup ini pasti
menghadapi masalah, tak terkecuali para nabi. Bahkan para nabi mendapatkan
ujian terberat. Namun karena kedekatan dan husnudzdzonnya kepada Allah mereka mampu
keluar darinya dengan baik nan cantik.
Dalam hidup ini tidak ada hasil tanpa
didahului dengan upaya dan usaha terlebih dahulu. “dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. 53 An
Najm 39).
Namun sebaik muslim-mukmin yang yakin
pasti memahami bahwa pada kenyataannya, hasil tidak sepenuhnya bisa diramalkan
seratus persen. Karenanya, dalam Dinul Islam selain berupaya dan berusaha
bekerja secara maksimal, seseorang juga meniatkan-nya untuk mencari ridha
Allah Swt (ibadah). Allah-lah yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa mendatangkan
hasil. Itulah yang diteladankan Ibunda Hajar ra. Dia menentukan prioritas dan
upaya yang jelas, yaitu mencari air, bukan yang lain. Kemudian ia berlari-lari
bolak-balik antara Shafa dan Marwah dalam upaya maksimalnya mendapatkan air.
Namun pada akhirnya air itu diperoleh di dekat Ka’bah, bukan di Shafa atau
Marwah.
Jadi, marilah kita tradisi biasakan
memberikan teladan bekeria keras, berusaha gigih dan berupaya maksimal untuk
kemudian bertawakkal kepada Allah tentang hasil yang akan dicapai, niscaya
Allah akan memberikan hasil yang terbaik kepada kita. Janganlah kita menjadi
contoh yang buruk, yakni men-dambakan kesuksesan besar tapi miskin usaha dan
upaya dan lebih memilih jalan pintas daripada jalan lurus yang telah terbukti
dapat membahagiakan semua orang, yaitu jalan Allah dan Rasul-Nya: “(Tidak
demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S.
2 Al Baqarah 112)
Sementara itu sang isteri mewujudkannya
dalam pengabdian tulusnya menjaga suasana rumah agar tetap terhiasi dengan
aneka keindahan dan kedamaian yang tidak bertentangan dengan pera-turan agama.
Bersama-sama dengan sang suami menjaga dan mengarahkan putera-puterinya agar
senantiasa berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jangan sampai mereka
ikut-ikutan dengan polah tingkah para remaja yang terjerumus dalam propa-ganda
budaya yang amoral. Mulai dari sikap, tingkah laku, cara ber-pakaian dan
pergaulan mereka.
Akibatnya bisa kita saksikan, betapa
banyak pemuda-pemudi (terutama mahasiswa dan maha-siswi) yang terjerumus pada
perzinaan, bahkan tidak sedikit yang merekam perbuatan nista tersebut dengan
kamera elek-tronik yang sekarang ini mudah diperoleh dan dipergunakan oleh
siapa pun dan untuk apa pun. Mengerikan sekaligus menjijikkan, namun merupakan
kenyataan.
Salah satu amalan penting yang sering
diabaikan oleh sebagian besar kaum muslimin dalam membina rumah tangga ialah
berdoa. Sebagai orang yang beriman seharusnya meyakini bahwa doa adalah salah
satu dari sekian faktor keberhasilan sese-orang. Doa adalah sejajar dengan usaha,
bahkan lebih utama. Bahkan Allah telah menyatakan bahwa salah satu satu sifat
ibaadurrrahman (para hamba kekasih Allah) ialah orang yang istiqamah mendokan
istri dan keluarganya, sebagaimana difirmankan-Nya: Dan orang-orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. 25 Al Furqaan 74)
Karenanya, dalam rangka mencip-takan
suasana rumah tangga idaman sudah saatnya setiap kaum muslimin mentra-disikan
saling mendoakan keluarganya; suami mendoakan isteri, isteri mendokan suami,
orang tua mendoakan anak dan tentu saja anak mendoakan orang tua. Doa
merupakan pengakuan tulus akan kekurangan dan keterbatasan seorang hamba dan
kesadarannya yang tinggi terhadap ke-Mahasempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla.
Sungguh sangat-lah tidak patut jika kita sebagai makhluk yang lemah nan bodoh
ini merasa mampu mengawasi, melindungi, mengarahkan dan menata keluarga dan
enggan untuk memohon pertolongan kepada Dzat Yang Maha sempurna. Bukankah
Khalilullah, Ibrahim as telah memberikan uswah dengan doa indahnya yang
diabadikan dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.
“Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa
yang mendurhakai aku, maka sesungguh-nya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur”.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada
di langit”.
“Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa”.
Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku”.
Ya
Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(Q.S. 14 Ibrahim 35-41)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar