Salam yang kita berikan pada orang lain
adalah merupakan do’a kita kepadanya,
kalau kita saling memberi salam, berarti kita saling mendo’akan.
Selain sebagai do’a juga mempererat
persaudaraan sesama muslim. “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian
beriman, dan kalian tidak akan beriman (dengan sempurna) sehingga saling
menyenangi (sesama muslim, bukan dengan kaum kafir). Maukah kamu aku tunjukkan
sesuatu, bila kamu lakukan kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di
antara kalian.” (H.R. Muslim).
Apabila kita diberi salam oleh saudara
sesama muslim, maka kita wajib untuk menjawabnya. Dalam suatu kesempatan Ibnu
Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah telah bersabda : “As-Salam adalah
setengah dari sekian asma’-asma’ Allah,
maka tebarkanlah diantara kalian ” Dan dalam riwayat lain : “Ketika
seorang muslim menyampaikan salam kepada sesamanya, lalu ia balas salamnya,
maka para malaikat bershalawat 70x kepada-nya. Dan kalau salamnya tidak dijawab
oleh yang bersangkutan, maka mereka yang bersama malaikatlah yang menjawab
salamnya, kemudian mereka mengutuki orang yang tidak menjawab salam sebanyak
70x.”
Apabila ada orang yang beruluk salam tapi
sebelumnya sudah berkata-kata, maka kita tidak wajib untuk menjawab salam nya,
oleh karena itu sebelum kita mengucapkan salam maka jangan berkata-kata terlebih
dahulu. Nabi pernah bersabda : “Uluk salam yang disampaikan oleh orang yang
berbicara sebelumnya, tidak wajib dijawab”.
Salam, sekalipun hal yang baik, tetapi
dapat berakibat buruk jika tidak pandai mengetrapkannya, misalnya uluk salam
kepada segolongan manusia yang diragukan ke-Islamannya, apalagi kalau sudah
kita ketahui agamanya bukan Islam. “Jangan-lah mendahului orang Yahudi dan
Nasrani dengan salam. Bila kamu sekalian menjumpai seseorang dari mereka di
suatu jalan, maka paksakan mereka di tempat yang paling sempit.” (H.R.
Muslim).
Tapi apabila di suatu majlis itu
bercampur, ada kaum muslimnya dan ada kaum kafir-nya, maka kita diperbolehkan
memberi salam. “Sesungguhnya Nabi saw. lewat di suatu majlis yang terdapat
kaum muslimin, kaum musyrik penyembah berhala dan orang Yahudi, maka beliau
mengucapkan salam kepada mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Apabila mereka (kaum kafir) memberi salam
pada kita terlebih dahulu maka jawablah dengan kata-kata ‘wa ‘alaikum’ Sesuai
sabda baginda Nabi saw. “Apabila ahli kitab mengucapkan salam kepadamu, maka
jawablah dengan wa‘alaikum.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kita masih diperbolehkan mengucapkan salam
kepada perempuan yang bukan muhrim kita, asalkan tidak menimbulkan fitnah.
Diterangkan dari Asma’ binti Yazid ra. berkata : “Nabi saw. lewat di depan
kami (kaum wanita), lalu mengucapkan salam kepada kami.” (H.R. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Cara memberikan salam adalah dengan
mengucapkan ‘Assalamu’alaikum’ atau yang lebih lengkap lagi, semakin lengkap
maka pahala yang kita peroleh semakin banyak. “Seorang laki-laki datang
kepada Nabi saw. lalu berkata Assalamu ‘alaikum. Nabi menjawabnya, lalu ia
duduk. Nabi saw. bersabda : Dia mendapat 10 kebaikan. Seorang laki-laki lagi
datang, lalu berkata : Assalamu ‘alaikum warahmatullahi. Nabi menjawab-nya,
lalu dia duduk. Lantas Nabi bersabda : Dia mendapat 20 kebaikan. Ada orang
datang lagi, lalu berkata : Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Nabi
menjawabnya, lalu dia duduk. Lantas Nabi bersabda : Dia mendapat 30 kebaikan.”
(H.R. Abu Daud Dan Tirmidzi). Dalam riwayat lain : Ada orang datang lagi,
lalu berkata : Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabara-katuh wa magfiratuh.
Nabi menjawabnya seraya bersabda : Dia mendapat
40 kebaikan.”
Cara menjawab salam yaitu dengan
mengembalikan/ menjawabnya yang lebih baik/lengkap, minimal sama dengan yang
ia sampaikan pada kita. “Apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan
yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu).” (Q.S.
An-Nisa’ : 86).
Tata urutan yang memberi salam, maka
hendaklah mengikuti hadits Nabi di bawah ini : “Orang yang naik kendaraan
memberi salam kepada orang yang berjalan, orang yang berjalan memberi salam
kepada orang yang duduk, orang yang sedikit memberi salam kepada orang yang
banyak.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dan di dalam riwayat bukhari dikatakan
: “Yang kecil (muda) mengucapkan salam kepada yang besar (tua).”
Bagaimanapun keadaan kita, kalau bisa
berusaha memberi salam terlebih dahulu, harapannya supaya kita digolongkan
Allah menjadi orang yang utama atau yang paling dekat dengan Allah. “Sesungguhnya
orang yang paling utama di sisi Allah adalah yang mendahului salam.” (H.R.
Abu Daud). Tirmidzi juga meriwa-yatkan dari Abu Umamah ra. “Dikatakan :
Wahai Rasulullah, dua orang laki-laki bertemu, manakah yang mendahului salam?
Rasul menjawab : Yang lebih dekat kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Tirmidzi).
Dalam kitab Duratun Nasihin dijelaskan
hukum uluk salam dan menjawabnya, Uluk salam kepada orang-orang yang tengah
sibuk seperti berikut, hukumnya mahruh sekalipun yang mendengarnya wajib
menjawab. Yaitu mereka yang tengah membahas hadits-hadits Nabi saw. yang tengah
adzan atau iqamah, di saat para jamaah sibuk menjawab suara adzan/iqamah, dan
kepada mereka yang tengah shalat, dan kepada mereka yang suka meminta-minta/
pengemis, demikian pula kepada para hakim yang sedang sibuk, para guru yang
tengah mengajar/ tengah interaksi dengan anak didiknya, para pemain catur, para
pemain bola di meja panjang/ tenes, dan segala permainan yang bertaruhan, yang
menentang agama, munafiq, para badut/ pelawak, para pendusta, dan lupa daratan,
para pencaci maki, mereka yang suka duduk di pinggir jalan sekedar memandang
wajah cantik, dan mereka yang suka telanjang, mereka yang suka bercanda/ senda
gurau, suka makan di kedai-kedai terbuka/ dilihat umum, para penggemar burung
merpati untuk dilombakan, dan kepada orang kafir.
“Hai,
anakku,
apabila kamu
datang kepada keluargamu,
maka ucapkanlah salam,
niscaya kamu dan
keluargamu
mendapat berkah.”
(H.R.Tirmidzi)
Demikian pula bila kita memasuki rumah,
baik rumah sendiri maupun rumah orang lain, hendaknya kita selalu mengucapkan
salam. Bila rumah itu kosong (penghuninya keluar/ tidak ada), maka kita ucapkan
:
“Assalamu’alaina
wa’ala ‘ibadillahish shalihin.” Karena
kemungkinan ada hamba-hamba Allah yang shalih di rumah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar