Diriwayatkan Nabi
Idris as. telah naik ke langit pada hari Senin. Peristiwa naiknya Nabi Idris
as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Nama Nabi
Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan
Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.
Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau
memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika
pekerjaan-nya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang
yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih
sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat
Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian
Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui
Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk. Nabi Idris as. mempunyai
kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka
datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau
menikmati makanan tersebut.
Kemudian Nabi Idris beribadah sepanjang
malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan
dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata
kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini
bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris terus melanjutkan
ibadahnya, sedang-kan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit
matahari. Nabi Idris merasa heran melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau
berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan berjalan-jalan bersama saya untuk melihat
keindahan alam? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.” Maka
berjalanlah keduanya melihat keindahan alam dengan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun,
maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan
izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab:
Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang halal,
sedangkan sekarang tuan mau memakan yang haram?”
Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris
meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahwa mereka telah
selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa
keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeda dengan
sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin
tahunya itu. Kemudian beliau berta-nya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu,
siapakah tuan yang sebenarnya?
Saya
adalah Malaikat Maut.”
“Tuankah
yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Idris.” “Sedangkan tuan
bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa
makhluk?” “Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah
saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil
mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.” “Wahai Malaikat,
apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut
nyawaku?”“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku
itu.”
“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku
kepadamu, yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah
agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyem-bah Allah Setelah
aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”
Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya
saya tidaklah menca-but nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan
Allah.” Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa
Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan
kematian ketika itu. Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu,
maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah
supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan
permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali. Kemudian
Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku,
bagai-manakah tuan merasakan kesakitan maut itu? ““Bila seekor binatang dikupas
kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit
dari yang demikian.
“Padahal-kelembutan yang saya lakukan
terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan
terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai
permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat
Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah
saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu.”“Wahai Idris as. saya tidak dapat
pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”
Akhirnya
Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam
Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as.
dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya.
Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara,
timah yang mendidih, air panas yang
mendidih dan lain-lain. Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka
mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai
Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong
saya membawa masuk ke dalam Surga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang
telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun
dapat mening-katkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa
tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat
Maut. Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa
Nabi Idris masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga
mereka sampai di pintu Surga dan mereka berhenti di pintu tersebut.
Dari situ Nabi Idris dapat melihat
pemandangan di dalam Surga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan
yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, dan
sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.
Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai
saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah
melihat dahsyatnya api Neraka. Maka maukah tuan memo-honkan kepada Allah
untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Surga untuk dapat meminum airnya,
untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?” Maka Malaikat
Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk
memasuki Surga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam
Surga, beliau meletakkan sandalnya di bawah salah satu pohon Surga, lalu ia
keluar kembali dari Surga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata
kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan sandalku di
dalam Syurga.
Malaikat Maut pun berkata: Masuk-lah ke
dalam Surga, dan ambil sandal tuan.” Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau
tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memang-gilnya: “Ya Idris, keluarlah!.
Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
(Ali-Imran: 185). Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman
yang bermaksud: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu,
melainkan mendatangi Neraka itu.” (Maryam: 71)
Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu.
Dan firman Allah lagi yang bermaksud: “…
Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Surga).”
(Al-Hijr: 48)
Maka Allah menurunkan wahyu kepada
Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali,
bahawa ia akan bertempat tinggal di Surga.” Allah menceritakan tentang kisah
Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah)
Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
sangat membe-narkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi.” (Maryam: 56-57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar