NABI MUHAMMAD SAW. ADALAH NABI DAN
RASUL TERAKHIR
Pada umumnya umat Islam di seluruh
dunia beriktikad bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi akhir zaman, nabi paling
akhir tidak ada nabi sesudah beliau. Syari’at beliaupun syari’at akhir zaman,
tidak ada lagi syari’at sesudah syari’at Nabi Muhammad saw.
Ulama-ulama Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah di seluruh dunia mengiktikadkan dan menfatwakan serupa itu dengan
keyakinan yang sebulat-bulatnya. Hal ini disebabkan karena banyak hadits-hadits
nabi yang shahih-shahih, yang tidak diragukan lagi keshahihannya yang
menyatakan hal yang serupa itu.
Tetapi dari zaman ke zaman masih ada
saja muncul orang yang bernafsu hendak menjadi nabi dan mengangkat dirinya
menjadi nabi, mengangkat dirinya menjadi rasul.
Tersebut dalam kitab Tuhfatul
Murid syarah Jauharatut Tauhid karangan Syeikh Al-Bajuri, beliau mengatakan
:
وَخُصُّ خَيْرُ الْخَلْقِ اَنْ قَدْ تَمَّمَا بِهِ الْجَمِيْعَ رَبَّنَا وَعَمَّمَا
بِعْثَتَهُ
فَشَرْعُهُ لاَ يُنْسَخُ بِغَيْرِهِ حَتَّى الزَّمَانُ يُنْسَحُ
“Dan
telah ditentukan (oleh Allah), bahwa yang paling mulia (Nabi Muhammad saw.)
menyempurnakan sekalian rasul, beliau diutus untuk umum, syari’atnya tidak
dibatal-batalkan lagi oleh syari’at yang lain, walaupun zaman akan silih
berganti.”
Tersebut dalam kitab Tahqiqul
Maqam ‘ala Kifayatil ‘Awaam fi-ilmil Kalam, diterangkan sebagai berikut :
وَاخْتُـصَّ
نَبِيُّنَا صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنَّهُ خَاتِمُ الرَّسُوْلِ
وَبِأَنَّ شَرْعَهُ لاَيُنْسَخُ اِلَى اَخِرِ الزَّمَانِ
“Dan khusus nabi kita, Nabi
Muhammad saw. bahwa beliau adalah nabi penghabisan, bahwa syari’at beliau tidak
akan keluar lagi sampai akhir zaman.”
Dan tersebut dalam kitab tauhid Husunnul
Hamidiyah karangan Syeikh Husen bin Muhammad At-Tharabilisi, dikatakan :
وَانْعَقَدَ
اِجْمَاعُ اْلاُمَّةِ اَيْضًا عَلَى اَنَّهُ خَاتِمُ اْلاَ نْبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِيْنَ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ فَشَرْعُهُ لاَينُْسَخُ اِلَى اَخِرِ
الزَّمَانِ.
“Dan telah terjadi pula kesepakatan
umat (ijma’), bahwasanya Nabi Muhammad saw. adalah nabi penghabisan dan juga
rasul penghabisan, tidak ada lagi nabi sesudah beliau, dan syari’at beliau
tidak akan dinasikhkan (dihapus) lagi sampai akhir zaman.”
Pendeknya seluruh kitab-kitab
Usuluddin, khususnya kitab-kitab Ushuluddin Ahlussunnah wal Jama’ah, mengatakan
bahwa telah ijma’ dalam Islam, bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi akhir
zaman, dan siapa yang menentang ijma’ itu maka kafirlah ia.
Dalil-dalil
bagi yang beriktikad ini adalah :
Dalil pertama.
Tersebut dalam kitab suci Al-Qur’an
:
مَاكَانَ
مُحَمَّدٌ اَباَ اَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ
النَّبِيِّـْينَ وَكَانَ الله ُبِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمًا. الأخـزاب – 40
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah
bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan
penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab : 40).
Dalam kitab-kitab tafsir yang mu’tamad (yang dapat dipegang
isinya) arti “Khataman Nabiyyiin” adalah :
1.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, pada jilid III :
فَهَذِهِ اْلآيَةُ نَصُّ
فِى اَنَّهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ
“Ayat ini adalah nash yang tegas, bahwa
tidak ada lagi nabi sesudah Nabi Muhammad saw.”
2.
Dalam tafsir Shafwatut Tafaasir, pada jilid II :
(وَلَكِنْ
رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيَّـْينَ) اَيْ وَلَكِنَّهُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
آخِرُ اْلاَنْبِيآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ خَتَمَ الله ُبِهِ الرِّسَالاَتِ
السَّمَاوِيَّةَ، فَلاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ
“Firman Allah (Tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi) maksudnya adalah Nabi Muhammad saw. itu
adalah nabi dan rasul paling akhir. Allah telah menutup dengan risalah samawi,
maka tidak ada lagi nabi sesudahnya.”
3.
Dalam tafsir Al-Munir, pada jilid II :
(وَخَاتَمَ النَّبِيَّـْينَ) اَيْ وَكَانَ آخِرَهُمُ الَّذِيْنَ
خُتِمُوْا بِهِ
“Firman Allah (Dan penutup nabi-nabi) maksudnya adalah Nabi
Muhammad saw. itu nabi terakhir di antara para nabi, mereka ditutup dengannya.”
4. Dalam tafsir Tabari, pada jilid XXII :
وَلَكِنْ رَسُوْلَ اللهِ
وَخَاتَمَ النَّبِيَّـْينَ الَّذِى خَتَمَ النُّبُوَّةَ فَطَبَعَ عَلَيْهَا فَلاَ
تُفْتَحُ ِلاَحَدٍ بَعْدَهُ ِالَى قِيَامِ السَّاعَةِ
“Tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi, tidak dibuka lagi pangkat kenabian sampai
hari kiamat.”
5.
Dalam tafsir Durarul Mantsur, pada jilid VII :
عن
قتادة رضي الله عنه فى قوله (وَلَكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيَّـْينَ)
قَالَ آخِرُنَبِيٍّ
“Dari Qatadah ra. Dalam firman Allah(Tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi) beliau berkata, yang dimaksud Nabi Muhammad
saw. adalah nabi terakhir.”
6.
Dalam tafsir Jalalain yang
dicetak bersama tafsir Shawi pada jilid III : “Dengan Nabi
Muhammad saw. Disudahi nabi-nabi.”
7.
Dalam tafsir Khazen, pada jilid V : “Kenabian telah tertutup, tak ada
lagi sesudah beliau”.
8. Dalam tafsir Nasafi, pada jilid III : “Akhir
nabi, tiada seorang juga lagi nabi sesudah beliau.”
9.
Dalam tafsir Al-Qosimi, pada jilid XIII : “Disudahi nabi-nabi dengan
Nabi Muhammad saw.”
10. Dalam tafsir Baidhawi, pada
jilid II : “Nabi Muhammad saw. itu nabi paling akhir yang penutup
nabi-nabi.”
11. Pada tafsir Al-Kasyaf, pada
jilid III : “Nabi penutup dan Isa yang datang kemudian akan menjalankan
syari’atnya saja.”
12. Pada tafsir Zhilalul Qur’an,
pada jilid XXII : “Nabi Muhammad saw. itu membawa syari’at samawiyah yang
paling akhir.”
13. Dalam tafsir Jamal Jalalain,
pada jilid III : “Tidak ada anak laki-laki yang ditinggalkannya yang akan
jadi nabi, dan Tuhan mengetahui tiap-tiap sesuatu tentang nabi dan bahwa nabi
tidak ada sesudah beliau.”
14. Dalam tafsir Lubabut Ta’wil,
pada jilid II : “Menutup Allah dengan beliau pangkat kenabian, maka tak ada
kenabian di belakangnya dan juga tidak bersama-sama dengan dia.”
15. Dalam tafsir Bahrul Muhith,
pada jilid VII : “Diriwayatkan dari nabi bahwasanya nabi tidak ada
sesudahnya.”
16. Dalam tafsir Nisaburi, pada
jilid XXII : “Diantara yang diberitahu oleh nabi, bahwasanya nabi tidak ada
sesudah Muhammad saw.”
17. Dalam tafis Fakhrul Razi’,
pada jilid VI : “Ilmu Tuhan mengetahui bahwa nabi tidak ada lagi sesudah beliau.”
18. Dalam tafsir Abi Su’ud, pada
jilid VII : “Nabi Muhammad saw. Nabi paling akhir.”
Demikian kami nukilkan sebagian dari
isi kitab-kitab tafsir yang beredar di Indonesia, yang semuanya berpendapat
bahwa arti “Khataman Nabiyyin” dalam surat Al-Ahzab 40 itu adalah “Tidak
ada lagi nabi sesudah Nabi Muhammad saw. Beliau adalah nabi yang penghabisan,
nabi akhir zaman.”
Dalil kedua.
Tersebut dalam kitab hadits Bukhari
dan Muslim :
قَالَ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِى خَمْسَةُ اَسْمَاءٍ، اَناَ مُحَمَّدٌ،
اَناَاَحْمَدُ، اَناَ اْلماَحِى الَّذِى يَمْحُوالله ُبِيَ الْكُفْرَ، وَاَناَ
الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى، وَاَناَ اْلعَاقِبُ. رواه
البخـارى
“Bersabda Rasulullah saw. Bagiku ada 5
nama, saya Muhammad, saya Achmad, saya Mahi yaitu yang menghapus kekafiran,
saya Hasyir yang mengumpul manusia di bawah tumitku, dan saya ‘Aqib.” (H.R. Bukhari)
Dalam hadits Muslim disambung dengan
mengartikan ‘Aqib :
وَاْلعَاقِبُ
الَّذِى لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ. رواه مسلم
“Dan ‘Aqib adalah yang tidak ada
sesudahnya nabi.”
(H.R. Muslim)
Dalil ketiga.
عَنْ
جَابِرْ عَنِ النَِّبيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: .... جِئْتُ
فَخَتَمْتُ اْلاَنْبِيَآءِ. رواه مسلم
“Dari Jabir, dari Nabi saw. beliau
bersabda : …. Saya datang, lalu saya akhiri para nabi.” (H.R. Muslim).
Dalil keempat.
Tersebut dalam hadits Bukhari, yaitu
:
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ اِنَّ مَثَلِى وَمَثَلُ اْلاَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِى كَمَثَلِ
رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَاَحْسَنَهُ وَاَجْمَلَهُ اِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ
زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوْفُوْنَ بِهِ وَيَعْجَبُوْنَ لَهُ
وَيَقُوْلُوْنَ: هَلاَّ وَضُعِتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ: فَاَناَ اللَّبِنَةُ
وَاَناَ خَاتِمُ النَّبِيَّيْنَ. رواه البخارى
“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Rasulullah saw. Bersabda : Perumpamaan saya dan nabi-nabi sebelum saya serupa
seorang laki-laki yang membuat rumah bagus dan indah, sekali rumah itu dibuatnya
tetapi ada kurang sebuah batu dalam satu sudut dari rumah itu. Orang-orang yang
melihat rumah itu kagum melihat keindahannya, tetapi mereka bertanya : Kenapa
batu yang satu itu kurang ? Berkata Nabi Muhammad saw. : Sayalah batu yang satu
yang kurang itu dan saya adalah nabi yang menyudahi.” (H.R. Bukhari)
Dalil kelima.
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ بَنُوْ اِسْرَائِيْلَ
تَسُوْسُهُمُ اْلاَنْبِيَاءِ، كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَاَنَّهُ
لاَ نَبِيَّ بَعْدِى، وَسَيَكُوْنُ خُلَفَآءُ فَيَكْفُرُوْنَ. رواه البخارى
“Bersabda Nabi Muhammad saw. : Adalah
Bani Isra-il diperintah oleh nabi-nabi, setiap wafat seorang nabi lantas
diganti oleh nabi yang lain, tetapi sesudah saya tak ada lagi nabi tetapi akan
ada khalifah-khalifah yang banyak.” (H.R. Bukhari).
Dalil keenam.
قَالَ
النَِّبيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَكُوْنُ فِى اُمَّتِى ثَلاَ ثُوْنَ
كَذَّابُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ اَنَّهُ نَبِيَّ وَاَناَ خَاتَمُ النَّبِيِّـيْنَ
لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. رواه الترمذى
“Bersabda Nabi Muhammad saw. : “Akan
ada pendusta 30 orang, semuanya mendakwakan diri sebagai nabi, dan aku adalah
nabi penghabisan, tidak ada lagi nabi sesudah aku.” (H.R. Tirmidzi).
Dalam hadits lain juga di sebutkan :
لاَ
تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْبَعِثَ دَجَّالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ
ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ اَنَّهُمْ رَسُوْلُ اللهِ. رواه الترمذى و ابو
داود
“Tidak akan datang kiamat kecuali
kalau sudah timbul Dajal-dajal pembohong hampir 30 orang benyaknya, yang
semuanya mendakwakan dirinya bahwa ia Rasulullah.” (H.R. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Dalil ketujuh.
وَخَلَفَهُ
فِى بَعْضِ مَغَازِيِهِ فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ يَا رَسُوْلَ اللهِ تُخَلِّفُنِى
مَعَ النِّسَاِء وَالصِّبْيَانِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اَمَا تَرْضَى اَنْ تَكُوْنَ مِنِّى بِمَنْـِزلَةِ هَارُوْنَ مِنْ
مُوْسَى اِلاَّ اَنَّهُ لاَ نُبُوَّةَ بَعْدِى. رواه الترمذى
“Dan meninggalkan Nabi Muhammad saw.
akan ia (Saidina ‘Ali kw.) di salah satu peperangan, maka berkata Saidina ‘Ali
kepada nabi: Kenapa tuan tinggalkan saya di kampung bersama wanita dan
anak-anak? Nabi menjawab : Hai ‘Ali, apakah engkau tidak suka bahwa engkau sama
dengan Nabi Harun di banding dengan Nabi Musa? Tetapi awas, Nabi dan kenabian
tidak ada lagi sesudah aku.” (H.R. Tirmidzi).
Dalil kedelapan.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ فُضِّلْتُ عَلَى اْلاَنْبِياَءِ بِسِتٍّ: اُعْطِيْتُ جَوَامِعَ
الْكَلِمِ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَاُحِلَّتْ ِلىَ الْغَنَائِمَ، وَجُعِلَتْ
ِلىَ اْلاَرْضُ مَسْجِدًا وَطُهُوْرًا، وَاُرْسِلْتُ اِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً،
وَخُتِمَ ِبىَ النَّبِيُّوْنَ. رواه مسلم و الترمذى
“Dari
Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : Saya diberi kelebihan di
banding nabi-nabi yang dulu dengan 6 perkara, yaitu :
1.
Perkataan saya adalah perkataan jawami’ (tegas, tepat, pendek, berisi,
luas pengertian).
2. Musuh gentar bertemu saya.
3. Harta rampasan halal.
4. Di mana-mana boleh sembahyang dan tanahnya
untuk tayamum.
5. Saya diutus untuk sekalian manusia.
6. Dengan saya ditutup nabi-nabi.” (H.R. Muslim dan Tirmidzi).
Dalil kesembilan.
عَنْ اَبِىْ اُمَامَةَ اْلبَاهِلِىِّ قَالَ: خَطَبَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ اَكْثَرُ خُطْبَتِهِ
حَدِيْثاً حَدَّثَناَ عَنِ الدَّجَّالِ وَحَذَّرَنَاهُ، فَكاَنَ مِنْ قَوْلِهِ
اَنْ قَالَ: اَنَّهُ لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى اْلاَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ الله
ُذُرِّيَةَ آدَمَ اَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَاِنَّ اللهَ لَمْ
يَبْعَثْ نَبِيًّا اِلاَّ حَذَّرَ اُمَّتَهُ الدَّجَّالَ وَاَناَ آخِرُ
اْلاَنْبِيآءِ وَاَنْتُمْ آخِرُ اْلأُمَمِ، وَهُوَ خَارِجٌ فِيْكُمْ لاَمَحَالَةَ،
اِنَّهُ يَبْدَأُ فَيَقُوْلُ: اَناَ نَبِيٌّ وَلاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ. رواه ابن
ماجـه
“Dari Abu Umamah Al-Bahili, beliau
berkata : Rasulullah saw. telah berkhotbah di hadapan kami, yang isi khotbahnya
itu lebih benyak menyinggung masalah Dajjal, dan beliau memperingatkan kami
dari padanya. Di antara ucapannya ialah bahwa tidak ada suatu fitnah pun di
muka bumi ini semenjak Allah mengembangbiakkan anak cucu Adam yang lebih besar
dari pada fitnah Dajjal. Dan Bahwasanya Allah tidak mengutus seorang nabi pun
kecuali ia memperingatkan umatnya dari
fitnah Dajjal dan aku adalah nabi terakhir dan kalian adalah umat
terakhir pula. Dajjal itu akan muncul di hadapan kalian dengan pasti,
pertama-tama ia katakana, aku adalah seorang nabi, padahal tidak ada lagi nabi
setelahku.” (H.R.
Ibnu Majah).
Dalil kesepuluh.
قَالَ
رَسُوْلَ الله صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ
قَدْ اِنْقَطَعَتْ، فَلاَ رَسُوْلَ بَعْدِى وَلاَ نَبِيَّ. فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى
النَّاسِ فَقَالَ: لَكِنِ الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوْا ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا
الْمُبَشِّرَاتُ، قَالَ: رُؤْياَ الْمُسْلِمِ وَهِىَ جُزْءٌ مِنْ اَجْزَاءِ
النّثبُوَّةِ. رواه الترمذى
“Bersabda Rasulullah saw. :
Kerasulan dan kenabian telah putus, maka tidak ada lagi Rasul sesudah saya dan
juga tidak ada nabi sesudah saya. Para sahabat yang mendengar ucapan nabi ini
seolah-olah hendak menanyakan sesuatu, maka nabi menyambung pembicaraan beliau
: Yang masih ada al-mubasysyiraat (kabar-kabar baik). Para sahabat bertanya :
Apakah Mubasyiraat itu ya Rasulullah? Jawab beliau : itu adalah mimpi seorang
muslim, karena mimpi itu sebagian kecil dari kenabian.” (H.R. Tirmidzi).
Nah, dalam hadits ini diterangkan
dengan sejelas-jelasnya, bahwa nabi dan kenabian, rasul dan kerasulan sudah
putus, tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad saw.
Tetapi manusia ada juga sekali-kali
diberi kabar baik oleh Allah dengan jalan mimpi, karena mimpi itu adalah seper
empat puluh enam (1/64) dari wahyu, sebagai yang diterangkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan imam Bukhari.
Memang manusia selalu ada
hubungannya dengan Allah, dan Allah kadang-kadang memberi ilham kepada manusia
atau memberi mimpi, tetapi ia bukan nabi dan bukan rasul, karena nabi adalah
manusia yang menerima wahyu dari Allah dengan perantara malaikat Jibril.
Dalam persoalan mimpi ini pernah
nabi kita menerangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
bahwa mimpi itu terbagi tiga :
1.
Kabar baik dari Allah.
2.
Kabar duka dari syaitan.
3. Mimpi yang timbul dari pikiran-pikiran manusia
yang biasa dipikirkan pada siang harinya.
Karena itu, kalau ada mimpi yang
buruk hendaklah meludah ke kiri ketika kita terbangun, karena mimpi itu dari
syaitan datangnya.
Dalil kesebelas.
قُلْ
يَاَ يُّهَا النَّاسُ اِنىِّ رَسُوْلُ اللهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا.
“Katakanlah : Wahai manusia
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Q.S. Al-‘A’raf : 158).
Dalam ayat
lain :
وَمَا اَرْسَلْنَكَ اِلاَّ
رَحْمَةَ لِلْعَالَمِيْنَ.
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. Al-Anbiya : 107)
Dalam ayat lain :
وَمَا
اَرْسَلْنَاكَ اِلاَّ كَافَّةً للِّنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَلَكِنَّ
اَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ.
“Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Saba’ : 28)
Kalimat seluruh alam, manusia
seluruhnya, mencakup seluruh manusia dari zaman Nabi Muhammad saw. sampai akhir
zaman.
Jelas bahwa Nabi Muhammad saw.
dirasulkan oleh Allah untuk sekalian manusia yang berada di dunia dari mulai
yang berada di zaman Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang dan sampai
kepada manusia pada zaman-zaman yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar