Shalat malam, bila shalat tersebut
dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat tahajud, artinya terbangun malam.
Jadi, menurut makna ‘tahajud’ yang berarti shalat malam setelah bangun dari
tidur, memang seakan-akan shalat tahajud itu disyaratkan tidur lebih dahulu. Kalau
belum tidur maka shalat itu tidak disebut shalat tahajud, namun disebut shalat
‘qiyamullail’ (shalat malam).
Shalat
tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada nabi saw. sebelum turun perintah shalat wajib lima
waktu. Sekarang shalat tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksa-nakan. “Dan
pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isra’ : 79).
Waktu untuk melaksanakan shalat tahajud
ditetapkan sejak waktu isya’ hingga waktu subuh (sepanjang malam), meskipun
demikian waktu yang utama adalah sepertiga malam terakhir. Bahkan ada yang
menyebut waktu shalat tahajud adalah di saat ketika kita dapat mendengar suara
jarum yang jatuh di atas lantai. “Sesungguhnya bangun di waktu malam itu
adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”
(Q.S. Al-Muzzammil : 6).
Memang untuk memulai bangun malam itu
banyak kendala dan kesulitannya, sebab setan telah mengunci dan mengikat kita
pada saat tidur kita : “Setan itu mengikat atas tengkuk seseorang dari pada
kamu ketika ia sedang tidur akan tiga ikatan. Pada setiap ikatan dibuat tulisan
: Atasmulah malam yang panjang, maka tidurlah. Jika ia bangun dan ingat kepada
Allah Ta’ala maka lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, maka lepaslah satu
ikatan, dan jika ia shalat, maka terlepaslah satu ikatan. Maka ia masuk pagi
dengan tangkas dan baik jiwanya, jika tidak maka ia masuk pagi dalam keadaan
buruk jiwanya dan malas.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Disamping berupa ikatan setan juga
menggunakan obat untuk mencapai tujuannya. “Sesungguh-nya setan mempunyai
obat di dalam hidung, lisan dan mata. Apabila ia masukkan obat ke dalam hidung
maka akhlak hamba itu buruk. Apabila ia menelankan obat, maka lidah hamba itu
mengalirkan keburukan. Dan apabila setan itu memasukkan obat ke dalam matanya,
maka ia tidur malam sampai pagi.” (H.R. Thabrani).
Jumlah rakaat shalat malam (tahajud) tidak
dibatasi, tetapi paling sedikit dua rakaat. Cara yang baik adalah tiap dua
rakaat diakhiri satu salam. “Shalat malam itu, dua-dua,” (H.R. Bukhari,
Muslim dan Ahmad).
Shalat tahajud sendiri mempunyai banyak
keutamaan, dintaranya adalah terkabulnya do’a dan diampuninya dosa. Dalam
sebuah hadits kudsi disebutkan : “Tuhanmu yang Maha Pemberi Berkah dan Maha
Mulia, selalu turun ke langit dunia setiap malam, pada paruh waktu sepertiga
malam terakhir, dan Dia berfirman : Barang siapa yang berdo’a kepada-Ku maka
akan Aku kabulkan, barang siapa mengajukan permintaan kepada-Ku akan aku
berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Dawud, Malik).
Dan di hadits lain disebutkan : “Sesungguhnya
sebagian dari malam itu ada saat yang mana tidaklah hamba yang muslim
bertepatan dengannya memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala, melainkan Dia
memberinya. Dan riwayat lain menyebutkan : “Ia memohon kepada Allah
Ta’ala akan kebaikan dari urusan dunia dan akhirat kecuali Dia memberinya, itu
setiap malam hari.” (H.R. Muslim)
Diantara keutamaannya juga adalah, apa
yang disebutkan dalam sebuah hadits yaitu : Dari Umar bin Khtattab ra. Nabi
saw. bersabda : “Siapa shalat malam dengan sebagus-bagusnya, maka Allah
memulyakan dengan 9 perkara, 5 di dunia dan 4 di akhirat, masing-masing yaitu :
5 perkara di dunia :
1. Allah akan
memelihara dari berbagai bahaya.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan di
mukanya.
3. Umat manusia seluruhnya terutama yang
shaleh-shaleh menaruh hati/ simpati kepadanya.
4. Lidahnya akan mampu mengucap-kan kata-kata yang
mengandung hikmah.
5. Allah
menjadikannya seorang yang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam bidang
agama.
4 perkara di akhirat :
1. Dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang
putih/cerah.
2. Perhitungan amal/hisabnya dibuat ringan.
3. Melintasi shirat bagaikan kilat menyambar.
4. Menerima kitab/catatan amalnya kelak di hari
kiamat dengan tangan kanan.”
(Kitab Durrotun Nashi-hin/Usman bin Hasan bin Sakir).
Sebab-sebab yang me-mudahkan bangun
malam :
1. Tidak banyak makan dan minum,
sehingga ia dikalahkan oleh tidur dan berat atasnya untuk bangun.
2. Tidak melelahkan dirinya di siang
hari dalam pekerjaan-pekerjaan yang meletihkan anggota-anggota badan dan
melemahkan otot-otot, karena hal itu menarik/menyebabkan tidur.
3. Tidak meninggalkan qailulah (tidur
sebentar di siang hari), karena qailulah itu sunah untuk menolong bangun di
malam hari.
4. Tidak menanggung melakukan dosa-dosa
di siang hari, karena hal itu mengeraskan hati dan menghalangi antara ia dan
sebab-sebab rahmat.
5. Tidak banyak memikirkan kelebihan
dunia, sebab orang yang tenggelam dalam kesu-sahan karena memikirkan dunia itu
tidak mudah baginya untuk bangun malam. Jika ia bangun malam, maka ia tidak
berfikir dalam shalatnya kecuali dalam cita-citanya mengenai dunia.
6. Ketakutan yang mengalahkan dan
melazimkan hati untuk pendek angan-angan. Apabila ia berfikir mengenai
kesusahan akhirat, maka tidurnya lenyap dan khawatirnya besar, sebagai-mana
Thawus berkata : “Se-sungguhnya ingat jahannam itu menerbangkan tidurnya
orang-orang ahli ibadah.”
7. Mengetahui keutamaan bangun malam
(untuk ibadah), sehingga dengannya ia mengalahkan harapan dan kerinduannya
kepada pahalanya. Lalu kerin-duannya itu menggerakkan untuk mencari tambahan
dan kegemaran terhadap derajat surga.
8. Dan seutama-utama pendorong yaitu
cinta kepada Allah Ta’ala dan kuatnya iman. Bahwasanya dalam bangunnya itu ia
tidak bercakap-cakap dengan satu hurufpun kecuali ia munajat kepada Tuhannya,
dia melihat-Nya serta menyaksikan apa yang tergores di dalam hatinya. Dan
goresan hati kepada Allah Ta’ala adalah percakapan bersama-Nya.
Kalau kita telah mampu bangun malam untuk
menunaikan shalat, maka kita ajak juga istri kita, sehingga rahmat Allah selalu
kita dapatkan. “Semoga Allah memberi rahmat kepada seorang laki-laki yang
bangun di sebagian malam hari lalu ia shalat, kemudian ia membangunkan istrinya
dan iapun shalat. Jika ia (isterinya) enggan (untuk shalat), maka ia ciratkan
(perciki) air di mukanya.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Hibban).
“Bahwa
sanya dise-
butkan di sisi
beliau seorang
laki-laki yang tidur
sepanjang malam,
sehingga ia
masuk
shubuh. Maka beliau
bersabda : Itu adalah
seorang lelaki yang
di telinganya
di
kencingi setan”
(H.R. Bukhari-
Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar