Di dalam kekayaan dan kemiskinan memiliki
banyak jebakan yang sangat luar biasa bahayanya apalagi ketika manusia berada
dalam posisi kaya raya. Di antara jeratan yang bisa menyerat manusia terjerumus
ke dalam lembah siksa yang pedih adalah terinfeksi penyakit bakhil.
Sifat bakhil atau kikir atau pelit adalah merupakan penyakit yang biasa muncul dengan sendirinya
begitu manusia telah banyak memperoleh harta benda. Termasuk yang menjadi
pemicu utama berkembang biaknya virus ini adalah pemikiran-pemikiran sesat yang
telah dikelabui oleh setan. Di dalam benak mereka sering timbul perasaan dan
statemen “Buat apa kami menghambur-hamburkan harta yang telah kami peroleh dengan
susah payah untuk hal-hal yang tidak bisa membuat kami senang”. Tak jarang juga
mereka beranggapan “Kalau Alloh memang berkehendak menja-dikan mereka hidup
sudah barang tentu Alloh-lah yang akan menjamin kehidupan mereka. Kami tidak
ada hubungan dengan mereka. Masalah mereka makan atau tidak itu urusan mereka
dengan Alloh”.
Orang yang punya karakter bakhil alias
kikir memang sangat egois dengan kehidupan sekelilingnya. Sehingga manusia yang
memiliki tabiat ini cenderung dan sering diisolasikan oleh masyarakat
sekitar-nya. Bahkan Allah sendiri melalui Rasul-Nya telah mengancam mereka yang
kikir akan selalu dijauhkan dari sisi-Nya, dari manusia dan surganya Allah. Dan
sifat inilah yang pernah menjadi momok menakutkan yang menjadikan mereka
orang-orang tempo dulu dimusnahkan dari muka bumi ini. Karena pada masa lalu
sifat ini telah jadi biang keladi mereka untuk saling bunuh, menghalalkan
segala yang diharamkan oleh Allah. Kalaupun untuk mempertahankan apa yang
mereka punya itu harus ditempuh dengan berdusta, menga-niaya orang lain atau
bahkan memutuskan hubungan sanak saudara semua itu pasti akan mereka lakukan.
Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. (Q.S. Al-‘Imron : 180)
Bakhil memang merupakan sifat yang sangat
berbahaya dan menakut-kan. Sehingga ia bisa menggagalkan seseorang yang mati
berperang di jalan Alloh (jihad) untuk menda-patkan predikat Syahid. Hal ini
pernah terjadi pada masanya Rosululloh. Suatu ketika seorang sahabat tewas di
dalam medan pertempuran hingga banyak orang yang menangisinya, termasuk seorang
perempuan yang selalu merintih-rintih dan beranggapan dia akan masuk sorga
karena mati membela agama Allah (Syahid). Mengetahui ini Rosulullah langsung
berkata kepada perempuan itu “Bagaimana engkau tahu kalau dia ini seorang yang
Syahid? Karena bisa jadi semasa dia hidup pernah berbicara hal-hal yang tidak
berguna bagi dirinya atau ia berlaku kikir terhadap harta yang sebenarnya tidak
menjadikan ia kekurangan”.
Rasulullah sangat khawatir sekali akan
dihinggapi sifat tercela ini. Sampai beliau tidak pernah sekalipun menolak
permintaan orang lain. Bagi beliau seorang mukmin yang benar-benar beriman
adalah orang yang di dirinya tidak memiliki perasaan kikir. Bahkan Allah lebih
senang terhadap orang yang sangat bodoh tetapi mempunyai sifat dermawan dari
pada orang yang khusyu’ beribadah namun memelihara perbuatan bakhil.
Yang lebih menakutkan lagi adalah ancaman
neraka bagi mereka yang bersifat bakhil. Rosululloh sendiri pernah menyuruh
seseorang yang punya pekerti ini untuk meyingkir dari dekat beliau saat
bertemu. Beliau sangat takut terbakar oleh api yang dibawa orang tersebut.
Menurut beliau manusia yang ber-laku bakhil adalah seorang pendosa dengan
kotoran dosa yang sangat besar sekali. Bisa jadi lebih besar dari tujuh lapis
bumi, langit, gunung atau laut. Sebagaimana sabda rosululloh kepada orang
tesebut “Demi dzat yang mengutus diriku dengan membawa petunjuk dan keagungan
atau kedermawanan. Andaikan engkau beribadah diantara Rukun Yamani dan Maqom
Ibrohim selama dua juta tahun lalu kau menangis sehingga air matamu mampu
mengaliri sungai-sungai dan dapat menyirami pepohonan sedangkan keadaanmu masih
terhina (kikir) maka niscaya Alloh akan menjeru-muskanmu ke neraka. Celakalah
dirimu! Apa engkau tidak tahu kalau kebakhilan adalah kekufuran? Apa engkau
juga tidak tahu jika kekufuran itu berarti neraka. Alangkah celakanya orang yang bakhil.
Gara-gara tabiatnya itu amal ibadah selama berjuta-juta tahun ternyata tidak
berdaya untuk menyelamatkan dirinya dari siksa neraka.
Dampak yang ditimbulkan oleh sifat ini tidak hanya bisa dirasakan pemiliknya saja. Bahkan orang lain pun bisa terkena getahnya. Seseorang yang terlalu sering melihat orang bakhil atau malah bergaul dengannya maka hatinya bisa menjadi keras sekeras baja dan yang pasti dia bisa tertular. Dan merupakan ciri khas orang mukmin adalah selalu merasa susah kalau bertemu orang bakhil. Karena bakhil adalah kekasih syetan.
Untuk memberantas penyakit ini hanya ada
satu penawar, yaitu manusia harus membekali diri dengan sifat sakho’. Sakho’
atau dermawan adalah perasaan suka memberi orang lain tanpa didasari pamrih
sama sekali. Dan menjadi kebalikan dari sifat bakhil, orang yang punya sifat
ini akan senantiasa disenangi masyarakat sekitar, lebih dicintai oleh Allah
meski dia bukanlah tipe orang yang giat beribadah dan dia akan lebih berpeluang
untuk masuk surga dari pada orang bakhil yang gemar beramal ibadah.
Sifat dermawan ini sebenarnya juga
memiliki beberapa tahapan dan tingkatan. Namun seseorang itu telah dapat
mencapai klimaknya jika ia telah mempunyai sifat itsar (mengede-pankan orang
lain). Itsar ialah mendermakan hartanya walaupun sebenarnya ia sangat
membutuh-kannya. Namun karena ada orang lain yang memerlukannya juga maka ia
mendahulukan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu.
Demikian pula orang yang bakhil. Ia akan dapat mencapai puncak kebakhilannya
jika masih saja menahan hartanya walaupun untuk kebutuhan pribadinya. Sehingga
seandainya dia sakit, dia tidak akan mengeluarkan hartanya sepeserpun untuk
berobat kecuali jika ia mendapatkan obat tersebut secara gratis.
Dari banyaknya penjelasan yang telah
diterangkan oleh syara’ mungkin kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa
bakhil adalah termasuk sifat tercela yang bisa mengakibatkan kehancuran
pemiliknya. Tapi apakah kesimpulan tersebut sudah dapat menjawab pertanyaan
apa sebenarnya hakikat bakhil itu dan bagaimana pula seseorang itu bisa
mendapat status bakhil? Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa dirinya adalah
seorang dermawan dan orang lain semuanya bakhil. Dan juga tidak jarang orang
selalu berbeda-beda dalam menilai orang lain. Terkadang menurut si A dia adalah
orang yang dermawan namun menurut si B dia adalah seorang bakhil.
Bakhil bukanlah berarti orang yang menahan
hartanya. Karena setiap manusia pasti memiliki sifat cinta harta benda. Dan
karena kecintaan inilah maka dia akan selalu berusaha menjaga dan menahan
hartanya. Dan kalau ini dianggap sebagai sifat bakhil maka tidak akan ada orang
yang bisa selamat dari kebakhilan ini.
Pengertian bakhil dan sakho’ menurut
pandangan agama pada hakikatnya lebih sederhana dari pada pengertian yang biasa
dipahami oleh masyarakat umum. Bakhil bukan berarti menahan harta benda saja
tetapi bakhil adalah mencegah diri untuk mengeluarkan harta benda yang
semestinya dan wajib ia keluarkan. Seperti halnya ketika seseorang itu
seharusnya wajib memberi nafkah keluarganya sebesar Rp. 1.000 rupiah, namun
ternyata yang ia berikan hanya Rp. 900 rupiah.
Orang yang bakhil juga tidak bisa
diartikan sebagai orang yang tidak mau memberi. Karena sebakhil apapun
seseorang pasti ia mau memberi walau hanya sedikit jumlahnya. Dan sebaliknya
orang yang dermawan juga pasti akan berpikir seribu kali kalau ada orang lain
yang meminta semua harta bendanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar