Berkenaan dengan susunan surat-surat
dalam Al-qur’an yang berjumlah 114 surat itu, sebenarnya hal tersebut bukanlah
hasil ijtihad atau rekayasa para sahabat (ijtihadi) yang dipimpin oleh Saidina
Utsman bin Affan ra. melainkan merupakan petunjuk langsung dari Rasulullah saw.
(tauqifi) yang diterimanya melalui Malaikat Jibril as. dari Allah swt.
Untuk lebih jelasnya akan kami
kemukakan penjelasan para ulama’ yang benar-benar pakar di bidang Ulum
Al-Qur’an sebagai berikut :
1. Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuti
Beliau dalam kitabnya Tanasuq Ad-Durar fi Tanasub As-Suwar (keserasian
susunan surat dalam Al-Qur’an bagaikan untaian mutiara) dan telah di tahqiq
oleh Syeikh Abd Al-Qadir Ahmad ‘Atha’ sebagai berikut :
“Allah
swt. telah memulai kitab sucinya dengan surat Al-Fatihah ini, karena surat
inilah yang telah menghimpun maksud-maksud Al-Qur’an. Oleh karena itulah di
antara namanya terdapat Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an), Ummul kitab (induk
kitab suci) dan Al-Asas (undang-undang dasar) maka jadilah dia bagaikan sebuah
judul dan pendahuluan yang indah.”
Kemudian beliau mengutip keterangan
Imam Hasan Al-Basri yang mengatakan :
“Sesungguhnya
Allah swt. telah menyimpan ilmu-ilmu kitab terdahulu dalam Al-Qur’an, kemudian
ia menyimpan ilmu-ulmu Al-Qur’an dalam surat-surat Al-Mufashshal, kemudian ia
menyimpan ilmu surat-surat Al-Mufashshal (yang mulai dari surat Qaaf sampai
surat yang terahir) dalam surat Al-Faatihah, barang siapa yang mengetahui
tafsirnya, maka orang itu seperti mengetahui tafsir seluruh kitab suci yang
telah diturunkan.”
2. Imam Abu Abdillah Al-Qurtubi
Beliau telah mengutip keterangan
dari Imam Abu Bakar Al-Anbari yang mengatakan :
“Allah
swt. telah menurunkan Al-Qur’an ke langit dunia kemudian secara
berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi saw. selama lebih dari dua puluh tahun.
Surat itu diturunkan karena ada suatu kasus dan sebagai jawaban bagi orang yang
bertanya tentang sesuatu. Dan malaikat Jibril as. Menunjukkan tempat suatu ayat
dan surat kepada Nabi saw. sehingga susunan surat itu tidak berbeda dengan
susunan ayat dan huruf-huruf, semuanya bersumber dari Nabi saw. Barang siapa yang
mendahulukan surat-surat atau mengakhirkannya, maka sungguh ia telah merusak
susunan Al-Qur’an.”
3. Imam Malik
“Sesungguhnya
Al-Qur’an disusun sesuai dengan apa yang didengar langsung oleh para sahabat
dari Nabi saw.”
4. Imam Mahmud Al-Kirmani
“Susunan
surat semacam ini, bersumber dari Allah swt. pada Lauhul-Mahfudz dan di
lauhul-Mahfudz pun susunannya persis seperti susunan dalam mushhaf ini.”
5. Syeikh Ahmad Muhammad Ali Daud
Setelah beliau menjelaskan perselisihan pendapat para ulama mengenai
susunan surat dalam Al-Qur’an, dengan tegas beliau mengatakan :
“Yang
paling kuat dari pendapat-pendapat itu ialah pendapat yang menyatakan bahwa
susunan surat dalam Al-Qur’an itu adalah berdasarkan petunjuk langsung dari
Rasulullah saw. seperti halnya semua ayatnya.”
6. Prof. Dr. Syeikh Wahbah Musthafa Az-Zuhaili
“Dan
para ulama’ sudah tidak memperselisihkan pendapat mengenai susunan ayat dalam
surat-surat Al-Qur’an yaitu berdasar petunjuk dari Rasulullah saw. hal tersebut
merupakan riwayat yang kuat yang bersumber dari Nabi saw. sebagaimana susunan
surat pun berdasarkan petunjuk langsung dari Nabi saw. menurut pendapat yang
lebih kuat.”
Selanjutnya beliau mengemukakan
dalil atas pendapatnya itu sebagai berikut :
“Adapun
dasarnya susunan surat dalam Al-Qur’an (berdasarkan tauqifi) ialah bahwa
sebagian sahabat yang telah hafal Al-Qur’an seperti Ibnu Mas’ud telah
menghadiri tadarus Al-Qur’an antara Malaikat Jibril as. Dengan Nabi saw. dan
mereka menyaksikan bahwa surat-surat yang dibacanya itu sesuai benar dengan
susunan surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang diketahui sekarang.”
7. Imam Badruddin Az-Zarkasyi
Beliau telah mengutip keterangan
Imam Abu Ja’far An-Nahhas yang mengatakan :
“Adapun
pendapat yang terpilih mengenai susunan surat yang sesuai dengan tertib dalam
mushhaf ini adalah berdasarkan petunjuk Rasulullah saw. dan ia telah
meriwayatkan bahwa pendapatnya itu bersumber dari saidina Ali bin Abi Thalib
ra. Kemudian ia mengemukakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud Ath-Thayalisi : Telah menceritakan kepada kami, Imran Al-Qaththan dari
Qatadah, dari Abi Al-Malih Al-Hadzali dari Watsilah bin Al-Asqa’, bahwa Nabi
saw telah bersabda; Aku telah diberi seperti Taurat Sab’ath-Thiwal (tujuh surat
yang panjang-panjang), aku diberi seperti Zabur Al-Mi’un (Surat-surat yang
jumlah ayat-ayatnya lebih dari seratus ayat), aku diberi seperti Injil
Al-Matsani (Surat-surat yang jumlah ayat-ayatnya hampir seratus ayat) dan
akupun telah diberi kelebihan dengan Al-Mufashshal (Surat-surat dan ayat-ayatnya
pendek yang terdapat di akhir Al-Qur’an).”
8. Imam Nawawi
“Tertib
susunan surat dalam mushhaf dijadikan seperti itu karena mengandung suatu
hikmah.”
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa surat Al-Faatihah didahulukan karena surat tersebut bagaikan
judul dan pendahuluan yang indah terhadap surat-surat lainnya, dan sesuai
dengan namanya yaitu Al-Faatihah (surat pembuka).
Adapun mengenai surat Al-‘Alaq
terdapat pada zuz 30, tepatnya dalam urutan surat yang ke 96, itu merupakan
kehendak Allah swt. bukan hasil ijtihad para sahabat. Dalam hal ini Allah telah
berfirman :
اِِنَّ اللهَ
يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ ( الحج : 14)
“Sesungguhnya Allah berbuat sesuai
dengan apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al-Hajj : 14)
Karena hal itu merupakan kehendak
Allah swt. maka kita sebagai hamba-Nya harus menerimanya, tidak usah
mempersoalkannya apalagi sampai memperdebatkannya. Allah swt.
dengan tegas dalam
Al-Qur’an
telah berfirman :
لَا يَسْئَلُ عَمَّا
يَفْعَلُ وَهُـْم يُسْئَلُوْنَ (
الا نبياء : 23 )
“Dia
tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya tetapi merekalah yang akan
ditanyai.” (Q.S.
Al-Anbiya’ : 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar