Menyikapi anak-anak yang sibuk menonton
televisi, di antara kita sama dan serempak. Kebiasaan menonton televisi
(anak-anak dan remaja) adalah sangat berbahaya menurut Islam, pakar psikologi,
sosiologi dan kedokteran.
Pemanfa’atan layar kaca (TV, Vidio, TV
Game dll) berdasarkan penelitian, ilmiah terbukti menimbulkan dampak negatif.
Di antaranya padangan mata tak normal karena pengaruh sinar ultra violet dari
kaca, tubuh menjadi malas, syaraf tergang-gu, kisah khayal dan pertunjukkan
berefek negatif, dan lebih besar dari semua itu adalah pertunjukkannya
melanggar syari’at dan merusak moral.
Sebelum kita paparkan berbagai sisi
negatif yang ditimbulkan kebiasaan tersebut, perlu ditegaskan kembali di sini
bahwa semua itu bukanlah berasal dari televisi sebagai bendanya, akan tetapi
yang timbul dari tayangan yang ditampilkannya. Bergantung kepada tayangannya,
dan bergantung dengan mayoritas yang terlihat didalamnya itulah standar hukum
ditetapkan. Karena yang haram itu sudah jelas dan yang halal itu sudah jelas, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallaa-hu alaihi wa Salam.
Secara jujur kita katakan, bahwa memang
ada bebarapa hal positif yang bisa disebutkan sehubungan dengan televisi. Namun
dari hari kehari semakin banyak indikasi ilmiah yang menegaskan adanya dampak
negatif dari acara televisi melalui berbagai tayangannya, terutama bagi
anak-anak kecil.
Sampai suatu saat muncul program gambar
bergerak yang dikenal dengan film kartun, yang memang diciptakan dan dikemas
mengikuti berbagai budaya masya-rakat yang tidak islami. Oleh sebab itu,
film-film tersebut mengandung berbagai hal-hal haram yang merusak akidah dan
fitrah anak-anak, menumbuhkan sikap bandel serta membangkitkan kandungan jiwa
yang berkaitan dengan hal-hal yang tabu bagi anak-anak seusia mereka. Kenyataan
lain menyebutkan bahwa berbagai riset ilmiah membuk-tikan adanya hubungan yang
erat antara waktu yang dihabiskan seorang anak di hadapan monitor televisi
beserta bentuk acara yang dinikmatinya dengan keterlambatannya masuk sekolah.
Ditambah dengan dampak lain berupa timbulnya sifat nakal dan kecenderungan
berbuat jahat, akibat film sadis yang ditontonnya.
Sehubungan dengan kenyataan itu, Nicolas
Van Rogh, ketua Badan Nasio-nal Pendidikan Anak dan Pakar Televisi di Amerika serikat
menyatakan: “Kadang-kadang televisi bisa menjadi musuh bagi anak-anak, meski
kadang bisa menjadi hadiah yang menyenangkan. Karena menon-ton berbagai program
acara yang tidak karuan, dapat menghabiskan porsi terbanyak waktu anak-anak,
menghilangkan banyak waktu ber-manfaat yang dapat digunakan untuk belajar,
bermain dan tidur.”
Dampak negatif dari menggeluti layar
televisi itu ternyata tidak dapat hilang begitu saja ketika seorang anak sudah
beranjak dari masa kanak-kanaknya. Bahkan akan terus mengi-kutinya pada
masa-masa selanjutnya. Seorang pakar psikologi, Leonard Iran dari lembaga riset
di bawah Perguruan Tinggi Michigin Amerika Serikat telah melakukan penyelidikan
terhadap beberapa orang anak di New York sejak tahun 1960 M. hingga 1996, yakni
selama 36 tahun dari umur mereka. Ia melakukan penyeli-dikan terhadap tingkah
laku mereka. Ia mendapatkan kenyataan bahwa prilaku mereka yang senang
menyak-sikan film-film sadis di antara mereka memiliki kecendrungan nakal lebih
besar pada masa puber dan masa remaja, lebih banyak memukul isteri dan lebih
banyak menenggak minuman keras, serta lebih mudah melakukan tindak-tindak
kriminal.
Memang negara-negara Islam, cukup jauh
dari kondisi reaktif yang mencemaskan sebagaimana di negara-negara barat. Terutama
kota Mekah dan Al-Madinah yang memiliki keistimewaan sebagai negeri sumber
Islam dan tambatan hati kaum muslimin. Hanya saja, dengan adanya berbagai
saluran televisi yang tidak mengenal batas, berbagai problematika dan kesulitan
membawa ancaman yang lebih serius. Karena seorang anak, berada dalam masa
mencari hiburan dan pengisi kekosongan melalui kebiasaannya menikmati
saluran-saluran televisi yang terhidang di hadapannya. Pandangan matanya, tidak
bisa tidak, akan tertumpu pada hal-hal yang akan menentukan masa depannya.
Itulah yang menjadi kesimpulan dari penyelidikan ilmiah yang dilaku-kan oleh
Yayasan Anak-anak sekarang ini di Amerika: “Anak-anak adalah Media Hiburan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahka ketika anak-anak itu berpindah-pindah
dari satu saluran ke saluran TV lainnya yang berisi program-program, ia mulai
menjadi korban dari doktrin berbahaya, yang melaui doktrin tersebut mereka
mengenal cara menipu, menghilangkan penghor-matan terhadap orang tua, dan
melihat aurat yang diharamkan.
James Steir, ketua Yayasan tersebut di
atas memberikan tam-bahan sebagai berikut: “Kenyataan itu menjadi tolok ukur
untuk persoalan yang lebih makro. Anak-anak kecil menikmati media-media
komunikasi itu dengan cara yang belum pernah mereka kenal sebelum-nya. Mereka
akan menghadapi berbagai akibat mengerikan lainnya, melalui kebiasaan` mereka
menonton adegan-adegan sadistik dan seksual. Sehingga mereka membutuhkan
pendidikan lebih mendalam dan penanaman akhlak yang lebih matang lagi.” Lebih
dari itu, berbagai tayangan televisi tersebut banyak menarik minat manusia pada
umumnya melalui berbagai penam-pilan yang lepas dari kontrol etika dan moral,
seolah-olah menjadi umpan untuk menarik hati mereka. Dengan sendirinya, semua
itu akan membawa pengaruh pada pribadi dan masyarakat.
Satu hal yang cukup vital dalam hal ini
adalah menjauhkan anak-anak dari berbagai program yang ngawur dan tidak
memperhatikan sisi akhlak dan budi pekerti luhur. Sebaliknya, menyiapkan untuk
mereka berbagai program pengganti yang bermanfaat, baik itu melalui layar
televisi atau melalui berbagai program pengajaran dan pendidikan melalui
komputer dan sejenisnya.
Bagaimanapun juga, tak seorang pun yang
mengingkari adanya berbagai dampak negatif dan bahaya, pasti dari aneka macam
tayangan siaran televisi pada umumnya. Meskipun berbagai pakar pendidikan dan
pengajaran di beberapa negara barat sekarang banyak yang mene-riakkan
pentingnya memberikan penekanan pada disiplin moral dalam berbagai program
siaran. Hal ini semakin menegaskan keharusan kaum muslimin untuk berpegang pada
media komunikasi yang terpelihara, televisi atau media komunikasi lainnya. Di
mana mereka memper-hatikan sisi ajaran syariat dengan sempurna. Inilah satu
jalan hidup yang harus menjadi rujukan bagi umat manapun di dunia, kalau mereka
menginginkan keselamatan bagi masyarakat.
Hal ini juga semakin menguatkan arahan
untuk menciptakan program komunikasi yang bermutu yang dapat memberikan contoh
terbaik bagi masyarakat Islam, untuk menjadi keluarga ideal bagi generasi
selanjutnya. Karena bisa saja datang satu masa, dimana seorang anak kecil,
remaja, atau pemuda berkhayal untuk menjadi seorang tokoh atau olah-ragawan,
sementara ia sendiri menganggur tanpa kerja dan tanpa keahlian untuk dapat
merealisasikan baktinya kepada negara. Ada baiknya juga ditampilkan para ulama,
para pakar kedokteran, para guru, para insinyur dan berbagai pakar keilmuan
lainnya yang menentukan keberhasilan kemajuan dalam negeri, untuk menjadi
contoh bagi generasi selanjutnya. Hal itu juga dapat menjadi daya tarik bagi
generasi yang sedang tumbuh berkembang untuk mengikuti jejak mereka dan menjadi
orang-orang yang berkarya besar di tengah masyarakat. Maka akan datang pula
satu hari, di mana seorang anak pada hari pertama pergi ke sekolah, tanpa
sungkan ia menyatakan, bahwa cita-citanya adalah: mendapatkan semua ilmu yang
bermanfaat bagi masyarakat dan umatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar