Ketahuilah bahwa cinta dunia adalah
pangkal segala kesalahan. “Cinta akan dunia adalah sumber segala kesalahan.”
(H.R. Baihaqi). Bahkan Nabi juga telah mene-rangkan dalam sebuah haditsnya
: “Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula semua yang ada di dalamnya, kecuali
dzikrullah (mengingat Allah) dan hal-hal yang berkaitan dengannya, serta orang
yang alim atau orang yang belajar (ilmu agama).” (H.R. Thabrani).
Sedangkan zuhud terhadap dunia merupakan
maqom yang mulia. Dan yang dimaksud zuhud adalah memalingkan diri dari sesuatu
yang disukai demi untuk sesuatu yang lebih baik.
Bukanlah yang disebut zuhud itu
meninggalkan harta, tetapi yang disebut zuhud itu meninggal-kan dunia karena
tahu kerusakan yang ditimbulkannya dan berpaling kepada akhirat yang kekal.
Berzuhud terhadap perkara dunia bukan
berarti dengan cara mengharamkan barang yang halal, seperti mengharamkan diri
memakan daging yang dihalalkan, dan bukan pula menghambur-hamburkan harta benda
hingga akhirnya ia jatuh miskin tidak punya apa-apa lagi karena penger-tian
zuhudnya yang keliru. “Zuhud dari keduniaan bukanlah dengan mengharamkan
yang halal, dan bukan menghambur-hamburkan harta. Tetapi zuhud dari kehidupan
dunia hendaklah kamu tidak lebih mengandalkan terhadap apa yang kamu miliki
dari pada apa yang di tangan Allah, dan hendaklah kamu lebih senang terhadap
pahala musibah bila kamu ditimpanya sekalipun musibah itu masih ditetapkan
untukmu.” (H.R. Tirmidzi).
Berzuhud terhadap perkara dunia dapat
membebaskan diri pelakunya dari rasa susah dan duka cita, sedangkan cinta
kepadanya dapat mengakibatkan rasa susah dan sedih yang bertumpuk-tumpuk dan
pada akhirnya mendorong orang yang bersangkutan berani melakukan hal-hal yang
dilarang oleh Allah saw. Akan tetapi, pengertia berzuhud ini bukan berarti
suka mengganggur (tidak mau berusaha) tanpa menghiraukan orang yang berada di
dalam tanggungannya. “Zuhud dari keduniaan menyenangkan hati
meng-istirahatkan tubuh, Sedang senang kepada harta benda dunia, memperbanyak
kesusahan dan kepedihan, dan pengangguran akan mengeraskan hati.” (H.R.
Al-Qudha’i).
Tingkatan zuhud ada tiga :
1. Orang yang berusaha untuk zuhud terhadap dunia dan ia merasa berat,
tetapi ia terus berusaha sekuat tenaga.
2. Ia telah mampu zuhud dengan
suka rela tanpa harus menguras kemampuan, tetapi ia dapat melihat kezuhudannya
dan dapat merasakan bahwa ia telah meninggalkan dunia dan merasa senang
karenanya.
3. Sementara derajat yang
tertinggi adalah yang zuhud dengan mudah, dan ia sudah demikian zuhud sehingga
merasa biasa saja dengan kezuhudannya karena ia sudah merasa bahwa dunia itu
tidak ada nilainya sedikitpun, maka jadilah ia seperti orang yang membuang
kotoran dan pergi tanpa menoleh ataupun mengingat lagi.
Untuk prrmulaan jalan menuju zuhud adalah
tidak mencari harta yang hilang, dan membagi-bagikan harta yang sudah
terkumpul kepada orang-orang fakir, tidak berkehendak kepada harta bendanya
dan tidak ingin memilihnya. Sebagai motifatornya adalah kita senantiasa
mengingat terhadap kejelekan dan akibat jahat dari harta benda.
Zuhud yang terbaik menurut Ibnul Mubarak
adalah dengan menyembunyikan kezuhudannya dari manusia, ciri-cirinya adalah :
1. Ia tidak merasa senang dengan
adanya sesuatu, dan tidak merasa sedih dengan ke-tiadaannya, inilah zuhud dalam
harta. “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira (yang
melampaui batas sehingga menye-babkan kesombongan).” (Q.S. Al-Hadiid : 23).
2. Sama baginya dicela atau dipuji, ini merupakan tanda zuhud
terhadap kedudukan.
3. Sangat dekat kepada Allah, dan hatinya
dikuasai kelezatan taat kepada Allah.
Perlu diketahui bahwa antara
cinta kepada Allah dengan cinta pada dunia sebagaimana air dengan udara dalam
sebuah bejana, jika air masuk maka udara akan keluar dari bejana itu sebanyak
air yang masuk. Bahkan Imam Ghazali pernah memberikan pendapat yang extrim
tentang zuhud ini sebagaimana dikatakan oleh gurunya Abu Bakar Attusi berkata :
“Sesungguhnya dunia adalah musuh Allah Yang Maha Mulia dan Maha agung,
sedang engkau cinta kepadanya.” Oleh karena itu barang siapa yang cinta
kepada sese-orang berarti harus memusuhi musuhnya.
Al-Laits pernah meriwayatkan
dari Jabir berkata : “Ada seorang lelaki yang menemani Isa as, lalu berkata
: ‘Wahai nabi Allah aku ingin bersamamu dan menemanimu, lalu mereka berdua
berangkat ke tepi sungai dan makan siang bersama, ketepatan waktu itu ada tiga
roti dan yang satu tidak dimakan. Lantas Isa pergi kesungai untuk minum,
kemudian kembali lagi. Ternyata rotinya sudah tidak ada. Isa berkata : Siapakah
yang mengambil roti? Lalu temannya berkata : Aku tidak menge-tahuinya.”
Lalu Isa berangkat lagi
bersama temannya, ditengah jalan mereka melihat kijang dan dua anaknya, lalu
Isa memanggil salah satu dari dua anak tersebut, lantas datang kepada-nya,
akhirnya disembelih dan dipang-gang dan dimakan bersama.
Kemudian Isa berkata kepada
daging dan tulang yang tersisa, berdirilah, akhirnya berdiri menjadi anak
kijang lagi. Lantas Isa berkata dengan temannya : Aku bertanya kepadamu dengan
nama Tuhan yang menunjukkan kamu tanda kekuasaan seperti ini. Siapakah yang
mengambil roti tadi, lalu ia menjawab : Aku tidak tahu.
Mereka berjalan hingga
sampai ke hutan, lalu Isa duduk dan mengambil debu atau pasir. Isa berkata : Jadilah
emas dengan idzin Allah, lantas debu itu menjadi emas, lalu dibagi tiga, Isa
berkata : sepertiga untukku, sepertiga untukmu dan sepertiga untuk orang yang
mengambil roti tadi. Lantas teman itu berkata : Aku yang mengam-bil roti.
Lantas Isa berkata : Seluruh emas ini untukmu.
Setelah berkata demikian Isa
pergi meninggalkannya, lantas ada dua orang lagi datang menjumpai teman yang
yang sedang sendirian itu, dan dua orang itu sepakat untuk membunuhnya dan
mengambil emas-nya. Lalu teman Isa itu berkata : Emas ini dibagi tiga antara
kita semua, jadi masing-masing sepertiga.
Tinggalkan harta benda
keduniaan untuk orang-orang yang mengejarnya, sebab sesungguhnya orang yang
mengambilnya melebihi kecukupan maka berarti mengambil untuk kebinasaannya
sendiri sedang dia tidak merasakan. (H.R. Ad-Dailami)
Oleh karena itu, hendaklah salah satu
diantara kamu pergi ke desa untuk membeli makanan. Lalu orang yang diutus untuk
membeli makanan itu berkata dalam hatinya : Untuk apa aku harus membagi harta
yang begitu besar, aku akan memberikan racun di dalam makanan ini, sehingga aku
bisa membunuhnya dan nanti aku akan mengambil seluruh harta itu. Lantas makanan
itu diberi racun.
Kedua temannya yang lagi
menanti di hutan berkata : Untuk apa kita mesti membagi emas ini untuk dia.
Bila nanti dia datang lebih baik kita bunuh dia dan harta ini kita bagi menjadi
dua. Lalu pembawa makanan itu datang, lantas dibununyah. Kemudian mereka berdua
memakan makanan itu, lalu sama-sama meninggal dunia seluruh-nya. Tinggal harta
itu berada di hutan, jadi tiga orang itu mati disekitar harta itu.
Isa berjalan menjumpai mereka dihutan dan
berkata kepada teman-temannya : Inilah akibat jelek dari harta dunia, oleh
karena itu berhati-hatilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar