Berkenaan dengan bacaan lafadz "amin"
ini, ada beberapa ulama yang telah membagasnya, antara lain :
1. Imam Asy-Syaukani
berkata :
قَوْلُهُ (آمِيْنَ)
هُوَ بِالْمَدِّ وَاتَّخْفِيْفِ فِى جَمِيْعِ الرِّوَايَاتِ وَعَنْ جَمِيْعِ اْلقُرَّاءِ.
وَالثَّانِيَةُ : اَلتَّشْدِيْدُ مَعَ الْمَدِّ. وَالثَّالِثَةُ : اَلتَّشْدِيْدُ
مَعَ اْلقَصْرِ وَخَطَأَهُمَا جَمَاعَةٌ مِنْ أَئِمَّةِ اللُّغَةِ
Sabda Nabi saw, aamiin itu dibaca panjang hamzah
nya dan tidak bersyiddah mim nya dalam semua riwayat dan dari semua ahli baca
Al-Qur'an. Yang kedua, bersyiddah mim nya serta dibaca panjang hamzahnya. Dan
yang ketiga bersyiddah mim nya serta dibaca pendek hamzah nya,namun segolongan
dari para ulama ahli bahasa Arab telah menganggap salah kepada keduanya itu
(Kitab Nailul Authar, Juz II, halaman 245)
2. Imam Nawawi
mengatakan :
وَأَمَّا لُغَاتُهُ
فَفِى آمِيْنَ لُغَتَانِ مَشْهُوْرَتَانِ (أَفْصَحُهُمَا) وَأَشْهَرُهُمَا وَأَجْوَدُهُمَا
عِنْدَ اْلعُلَمَاءِ آمِيْنَ بِالْمَدِّ بِتَخْفِيْفِ الْمِيْمِ وَبِهِ جَاءَتْ رِوَايَاتُ
الْحَدِيْثِ (وَالثَّانِيَةُ) اَمِيْنَ بِالْقَصْرِ وَبِتَخْفِيْفِ الْمِيْمِ. وَحَكَى
اْلوَاحِدِىُّ لُغَةً ثَالِثَةً آمِيْنَ بِالْمَدِّ وَاْلإِمَالَةِ مُخَفَّفَةِ الْمِيْمِ،
وَحَكَى اْلوَاحِدِىُّ آمِّيْنَ بِالْمَدِّ أَيْضًا وَتَشْدِيْدِ الْمِيْمِ، وَنَصَّ
اَصْحَابُنَا فِي كُتُبِ الْمَذْهَبِ عَلَى أَنَّهَا خَطَأٌ. قَالَ اْلقَاضِى حُسَيْنٌ
فِي تَعْلِيْقِهِ لَا يَجُوْزُ تَشْدِيْدُ الْمِيْمِ
Adapun berkenaan dengan
bacan-bacaanya,maka dalam lafadz "amin" itu ada dua macam yang telah
masygur. Yang paling fasih dan paling terkenanl serta paling baik dari keduanya
menurut pendapat para ulama, bahwa lafadz amin itu dibaca dengan panjang
hamzagnya dan tidak bersyiddah mimnya, dengan demikian telah datang
riwayat-riwayat hadits. Bacaan yang kedua, dibaca pendek hamzahnya dan tidak
bersyiddah mimnya, Imam Al-Wahidi telah menyebutkan yang ketiga,yaitu dibaca
panjang gamzagnya dengan imalah dan tidak bersyiddah mimnya. Imam Al-Wagidi
juga telah menyebutkan bacaan yang keempat,yaitu dengan membaca panjang
hamzahnya dan mensyiddahnya. Namun sahabat-sahabat kami (dari madzhab Syafi'i)
menegaskan dalam kitab-kitab madzhab bahwasanya bacaan yang demikian itu adalah
keliru.Al-Qodhi Husain dalam kitabnya At-Ta'liq telah berkata : Tidak boleh
mensyiddahkan mim dalam lafadz amin. (Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, juz
III, halaman 370)
Dari uraian di atas,dapat diketahui bahwa lafadz amin itu
terdapat lima macam bacaan :
1. آمِيْنَ Yaitu dengan membaca panjang hamzahnya dan
tidak mensyiddahkan mimnya, serta mimnya dibaca panjang.
2. اَمِيْنَ Yaitu dengan membaca pendek hamzahnya dan
tidak mensyiddahkan mimnya, serta mimnya dibaca panjang.
3. آمِيْنَ Yaitu dengan membaca panjang hamzahnya dan membacanya
dengan "imalah" (membaca hamzahnya antara harokat fat-hah dan kasroh)
dan tidak mensyiddahkan mimnya, serta mimnya dibaca panjang.
4. اَمِّيْنَ Yaitu dengan membaca pendek hamzahnya dan
mensyiddahkan mimnya, serta mimnya dibaca panjang.
5. آمِّيْنَ Yaitu dengan membaca panjang hamzahnya dan mensyiddahkan
mimnya, serta mimnya dibaca panjang.
Dengan demikian,apabila di kalangan masyarakat ada yang
membaca lafadz amin dengan اَمِنْ yaitu dengan membaca pendek hamzahnya dan tidak
mensyiddahkan mimnya, serta mimnya dibaca pendek, yang demikian itu tidak ada
dasar dan sumbernya sama sekali.
Dari kelima bacaan lafadz amin tersebut, yang dipandang
tidak benar atau keliru oleh para ulama ahli bahasa Arab adalah bacaan yang
keempat dan yang kelima. Bahkan terhadap bacaan yang kelima ini ada segolongan
ulama dari madzhab Syafi'i yang menfatwakan batal shalat seseorang yang membaca
amin demikian.
Adapun bacaan yang benar adalah bacaan amin yang pertama,
kedua dan ketiga, namun di antara ketiganya itu yang dipandang paling fasih,
dan paling terkenal serta paling baik adalah bacaan amin yang pertama.
Bacaan amin yang pertama itu dikatakan atau dinilai
demikian karena padanya terdapat dua hal :
1. Sesuai dengan bacaan semua ahli qiraat, seperti Imam Nafi' , Imam
Ibnu Katsir, Imam Abu 'Amar, Imam Ibnu 'Amir, Imam 'Ashim, Imam Hamzah, dan
Imam Ali Al-Kasa'i
2. Sesuai dengan riwayat-riwayat
hadits Nabi saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar