Kata-kata manaqib
itu adalah bentuk jamak dari mufrod
manqobah, Secara bahasa manaqib berarti meneliti, menggali.
Secara istilah di artikan sebagai
riwayat hidup seseorang yang berisikan tentang budi pekertinya yang
terpuji, akhlaknya yang mulya, karomahnya dan selain nya yang patut di jadikan
sebagai bahan pelajaran/suri tauladan.
Jadi membaca manaqib, artinya
membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh sebab itu
kata-kata manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik dan mulya, seperti manaqib
Umar bin Khottob, manaqib Ali bin Abi Tholib, manaqib Syaikh Abdul Qodir
Al-Jilani, manaqib Sunan Bonang dan lain sebagainya. Tidak boleh dan tidak benar kalau ada orang berkata manaqib Abu
Jahal, manaqib
Abu lahab.
Manaqib adalah
suatu metode/pengajaran yang disusun oleh Ulama/ Syaikh untuk membina dan
membimbing murid-murid dalam melaksanakan ajaran Thoriqoh dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah swt. Kita
telah dingatkan oleh Rosulullah supaya tidak membenci atau menyakiti
para ulama, dalam sebuah hadits disebutkan
:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ قَالَ مَنْ
عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Allah berfirman: Barang
siapa menyakitu wali-Ku, maka sungguh Aku menyatakan perang kepadanya
(H.R. Bukhari no. 6502)
Tujuan melaksanakan manaqib adalah untuk
meningkatkan amal ibadah kepada Alllah swt. dengan cara mencintai dan
memuliakan para orang sholeh (Auliya Allah) dengan maksud untuk meneladani/ mencontoh amal sholehnya. Kalau kita mencintai
seseorang maka kelak nanti akan bersamanya di akhirat, sesuai dengan
sabda Nabi :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Dari Abdillah dari
nabi saw, bahwasanya beliau bersabda: Seseorang itu bersama orang yang dicintai. (H . R. Bukhari no.
6168)
Kalau kita baca dalam manaqib Syaikh
Abdul Qodir Al-Jilani seakan-akan banyak hal yang tidak masuk akal, sebaiknya
jangan hanya berhenti sampai ceritanya Syeikh Abdul Qodir Al-Jilani saja,
tetapi teruskanlah. Misanya cerita tentang sahabat Umar bin Khottob berkirim
surat kepada sungai nil (karena sungai nil kering dan dengan surat itu Amr bin
Ash, gubernur mesir melemparkan surat tersebut ke sungai nil, dan ajaibnya dipagi harinya sungai nil penuh dengan air
lagi). Sahabat umar bin Khottob memberi komando dari Madinah kepada
prajurit-prajurit yang sedang bertempur di tempat yang jauh dari Madinah.
Cerita tentang tongkat Nabi Musa menjadi ular dan dapat membelah lautan, cerita
tentang Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati. Nabi Ibrahim tidak mati dibakar, nabi
Sulaiman yang dapat menundukkan angin, mengerti bahasa binatang. Dan
yang paling ajaib adalah cerita isro' mi'roj Nabi muhammad saw, sampai-sampai
banyak sahabat tidak percaya cerita isro' mi'roj Nabi kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dan masih banyak lagi yang semuanya itu sama sekali tidak masuk
akal.
1. Seseorang yang dapat memindahkan istana dengan waktu sekejab
قَالَ الَّذِيْ عِنْدَه۫
عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيْكَ بِه۪ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرّاً عِنْدَه۫ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ
لِيَبْلُوَنِيْ أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapan-nya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang
siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". (Q.S. 27 An Naml 40)
2. Binatang melata yang bisa bicara,
terdapat pada Al-Qur'an surat An-Naml ayat 82.
3. Nabi
Isa membuat burung dari tanah lalu di tiup maka hiduplah burung itu,
menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, tardapat pada surat Ali Imron
ayat 49.
4. Nabi Muhammad saw menenangkan pohon
kurma yang sedang merintih, cerita ini dapat
kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan nomor
hadits 3585
5. Bebatuan
yang memberi salam kepada Nabi Muhammad saw, sebelum beliau diutus jadi Rasul, cerita ini dapat kita
lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan nomor hadits 6078.
6. Tiga
bayi yang dapat bicara, yakni Nabi Isa, bayi yang menyelamatkan Juraij
dari fitnah seorang wanita, dan bayi yang sedang menyusu kepada ibunya lalu lewat
seorang pria yang berparas tampan yang mengendarai
onta. Cerita ini dapat kita lihat dalam hadits yang diriwayat kan oleh
Imam Muslim dengan nomor hadits 6673.
7. Kambing
panggang yang melapor kepada Nabi Muhammad saw bahwa ia diracuni, cerita
ini dapat kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan nomor
hadits 4512.
8. Masih anak-anak sudah hafal Al-Qur'an
30 Juz dan terjadi pada zaman sekarang, diantaranya adalah Muadz yang tunanetra
berusia 11 tahun dari Mesir, Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i berusia 5 tahun dari Iran disamping hafidz dia juga faham
tentang isi kandungan Al-Qur'an
sehingga dia mendapatkan gelar Doktor, Tabarak Labudi berusia 4,5 tahun dari Jeddah Arab Saudi, Rukkayatu Fatahu Umar, anak Perempuan yang berusia 3
tahun dari Nigeria, Farih Abdurrahman
berusia 3 Tahun dari Aljazair, Syarifuddin Khalifah, Anak Kecil Keluarga Katolik berusia 1,5 tahun dari Tanzania. Bahkan dari
Indonesia pun juga ada, yaitu Muhammad Gozy Basayev, berusia 8 tahun
dari Makassar, Musa berusia 5,5 tahun dari Bangka. Muhammad Luthfi usia 12
tahun dari Medan
9. Dan
masih banyak lagi kejadian-kejadian yang tidak masuk akal, baik itu yang
dilakukan para Nabi, wali-wali Allah, bahkan dapat terjadi pada orang biasa, semua itu dapat terjadi bila
atas idzin Allah swt.
Hal-hal yang menyimpang dari adat
itu kalau keluar dari Nabi Allah maka
namanya mukjizat, dan kalau timbul dari wali Allah namanya karomah dan
kalu keluar dari orang biasa adalah ma'unah, itu semua bisa terjadi bila
mendapat izin dan menurut kehendak Allah, dan hal itu sangatlah mudah bagi
Allah.
Kegiatan manaqib atau biasa dinamakan manaqiban bisa kita lihat
dari beberapa aspek, yaitu :
1. SILATURROHIM
يآ
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرْاً وَّنِسَاءً
وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِيْ تَسآءَلُوْنَ بِه۪
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah mencipta kan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(Q.S. 4 An Nisaa' 1)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan
kepada kami Al-Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan
dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung
tali silaturrahmi. (H. R. Bukhari no. 5987 dan Muslim no. 6688
2. BACAAN MANAQIB
Dengan membaca
riwayat hidup orang shaleh sangatlah ber manfaat untuk diteladani.
وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.(Q.S. 31 Luqman 15)
وَالسَّابِقُوْنَ الْأَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar. (Q.S. 9 At Taubah 100)
Dalam kitab Bughyat Al-Mustarsyidin, halaman 97
terdapat sebuah hadits :
وَقَدْ وَرَدَ فِى اْلأَثَرِ عَنْ سَيِّدِ اْلبَشَرِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ َ أَنَّهُ قَالَ : مَنْ وَرَّحَ مُؤْمِنًا فَكَأَنَّمَا أَحْيَاهُ
وَمَنْ قَرَأَ تَارِيْخَهُ فَكَأَنَّمَا زَارَهُ فَقَدِ اسْتَوْجَبَ رِضْوَانَ
اللهِ فِى حُزُوْرِ الْجَنَّةِ
Sungguh terdapat dalam atsar dari junjungan manusia saw,
bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama saja ia telah
menghidupkannya kembali. Dan barang siapa
membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya. Maka Allah akan menganugerahinya ridha-Nya dengan
memasukkannya di surga.”
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَرَّحَ مُؤْمِنًا
فَكَأَنَّمَا أَحْيَاهُ وَمَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَّمَا زَارَنِيْ وَمَنْ
زَارَنِيْ بَعْدَ وَفَاتِيْ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ
Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa membuat tarikh (biografi) seorang muslim, maka sama dengan menghidupkannya.
Dan barang siapa ziarah kepada orang alim,
maka sama dengan ziarah kepadaku. Dan
barang siapa berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka wajib baginya mendapat syafaatku esok di hari kiyamat. (H.
R. Abu Daud dan Tirmidzi).
ذِكْرُ الْأَنْبِيَاءِ مِنَ اْلعِبَادَةِ
وَذِكْرُ الصَّالِحِيْنَ كَفَّارَةٌ وَذِكْرُ الْمَوْتِ صَدَقَةٌ وَذِكْرُ
اْلقَبْرِ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
Mengingat para Nabi adalah ibadah,
mengingat orang-orang sholeh adalah kafarat/tebusan (bagi dosa), mengingat mati
adalah sedekah dan mengingat kubur
mendekatkan kalian kepada surga. (H. R. Ad-Dailami dari Mu'adz bin
Jabbal)
Dalam kitab Jala’ Adz-Dzulam ‘ala
‘Aqidat Al-‘Awam dijelaskan:
إِعْلَمْ يَنْبَغِيْ لِكُلِّ مُسْلِمٍ طَالِبُ اْلفَضْلِ
وَالْخَيْرَاتِ أَنْ يَلْتَمِسَ الْبَرَكَاتِ وَالنَّفَحَاتِ وَاسْتِجَابَةِ
الدُّعَاءِ وَنُزُوْلِ الرَّحْمَاتِ فِىْ حَضَرَاتِ الْأَوْلِيآءِ فِىْ
مَجَالِسِهِمْ وَجَمْعِهِمْ أَحْيآءً وَأَمْوَاتًا وَعْنِدَ قُبُوْرِهِمْ وَحَالَ
ذِكْرِهِمْ وَعِنْدَ كَثْرَةِ الْجُمُوْعِ فِىْ زِيَارَاتِهِمْ وَعِنْدَ
مَذَاكَرَاتِ فَضْلِهِمْ وَنَشْرِ مَنَاقِبِهِمْ.
Ketahuilah
seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia mencari berkah dan anugerah serta terkabulnya
doa dan turunnya rahmat di depan para wali, di majelis-majelis dan perkumpulan mereka, baik masih hidup ataupun sudah
mati, di kuburan mereka ketika
mengingat mereka, dan ketika orang banyak berkumpul dalam menziarahi
mereka, dan pembacaan riwayat hidup mereka (manaqiban).”
3. TAWASUL
Tawassul
memiliki arti dasar “mendekat”, sementara Wasilah adalah media perantara untuk mencapai tujuan. Tawassul
yang dimaksud disini adalah mendekatkan diri kepada Allah swt dengan
menggunakan perantara lain, baik nama-nama Allah (Asma'ul Husna), sifat-sifat
Allah, amal shaleh, atau melalui makhluk
Allah baik yang masih hidup atau telah wafat, baik dengan do'anya atau
kedudukannya yang mulya disisi Allah
يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ
وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيْلِه۪
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.(Q.S. 5 Al Maa-idah 35)
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ
اللهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيآءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
Janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Q.S. 3
Ali 'Imran 169)
Anak nabi Yaqub berperantara kepada ayahnya
untuk dimintakkan ampun kepada Allah :
قَالُواْ يَا أَبَانَا
اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِيْنَ _ قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ
رَبِّيْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Mereka berkata: "Wahai ayah kami,
mohonkanlah ampun bagi kami terhadap
dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Q.S. 12 Yusuf 97- 98)
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir juz 1 halaman 292, ada beberapa hadits yang menerangkan tentang adanya perantara, ketika beliau menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 251, diantaranya adalah :
Dari Ibnu Umar yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda :
إِنَّ اللهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ
الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ اْلبَلَاءَ
Sesungguhnya
Allah benar-benar menolak wabah (penyakit) melalui muslim yang shaleh terhadap seratus keluarga dari kalangan para tetangga.
kemudian Ibnu Umar membacakan firman Allah :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَـكِنَّ اللهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلمِيْنَ
Seandainya Allah
tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan
sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia
(yang dicurahkan) atas semesta alam.(Q.S. 2 Al Baqarah 251).
Dalam buku Membongkar kebohongan buku “mantan kiai NU
menggugat shalawat & dzikir
syirik”. Tim Bahtsul Masail PC NU Jember halaman 22 disebutkan sebuah hadits :
syirik”. Tim Bahtsul Masail PC NU Jember halaman 22 disebutkan sebuah hadits :
عَنْ أَنَسِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقٰى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا
فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا ،
قَالَ فَيُسْقَوْنَ
Dari
Anas bin Malik beliau berkata : Apabila terjadi kemarau, sahabat Umar bin
khoththob ra bertawasul dengan Abbas bin Abdul muththolib, kemudian berdoa “Ya
Allah, sesungguhnya dahulu aku berdoa kepada-Mu kami bertawasul dengan Nabi-Mu, Engkau pun menurunkan hujan kepada
kami. Dan sekarang kami berdoa kepada-Mu dengan bertawasul dengan paman
Nabi kami, maka berilah kami hujan.” (H.R. Bukhari no. 1010).
Dalam buku
risalah ziarah kubur yang diterbitkan oleh tim kreatif masjid An-Nur
Suko-Sukodono-Sidoarjo halaman 23 terdapat sebuah hadits :
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ خَدِرَتْ
رِجْلُهُ فَقِيْلَ لَهُ : أُذْكُرْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيْكَ، فَقَالَ : يَا
مُحَمَّدُ، فَكَأَنَّمَا نَشِطَ مِنْ عِقَالٍ
“Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar ra, bahwa suatu ketika kaki beliau terkena mati rasa,
maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada beliau : Sebutkanlah orang yang
paling anda cintai. Lalu Ibn Umar berkata : Ya Muhammad. Maka
seketika itu kaki beliau sembuh”. (H.R. Bukhari dalam Adab Al-Mufrad hal. 324,
dan disebutkan oleh Ibn Taimiyah dalam kitabnya Al-Kalam Al-Thayyib hal. 88)
Dari Abu Qilabah dari Abus Siman dari Tsaubah tentang sebuag hadits
marfu' yaitu :
لَايَزَالُ فِيْكُمْ سَبْعَةٌ بِهِمْ
تُنْصَرُوْنَ وَبِهِمْ تُطْمَرُوْنَ وَبِهِمْ تُرْزَقُوْنَ حَتّٰى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
Masih tetap berada di antara kamu tujuh
orang, berkat keberadaan mereka kalian mendapat pertolongan, berkat keberadaan
mereka kalian mendapat hujan, dan berkat
keberadaan mereka kalian diberi rizki hingga datang perintah Allah
(yakni hari kiamat).
Dari Qatadah dari Abu Qilabah dari Abul
Asyash As-San'ani dari Ubadah Ibnu Samit badwa Rasulullah saw telah bersabda :
اَلْأَبْدَالُ فِىْ أُمَّتِيْ ثَلَاثُوْنَ
بِهِمْ تُرْزَقُوْنَ وَبِهِمْ تُمْطَرُوْنَ وَبِهِمْ تُنْصَرُوْنَ
Wali Abdal di
kalangan umatku ada tiga puluh orang, berkat keberadaan mereka kalian di beri rizki, berkat keberadaan
mereka kalian diberi hujan dan berkat keberadaan mereka kalian mendapat
pertolongan.
Dalam kitab Mafahim Yajib An Tushahhah
karangan Syaikh Muhammad Al-Maliki
Al-Hasani halaman 107-108 terdapat beberapa hadits, diantara nya adalah
:
لَنْ تَخْلُوَ اْلأَرْضُ مِنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلاً مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمٰنِ، فَبِهِمْ
تُسْقَوْنَ وَبِهِمْ تُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللهُ
مَكَانَهُ آخَرَ
Bumi
tidak pernah kosong dari empat puluh orang yang seperti Khalil Al-Rahman
(sahabat Allah Yang Maha Pemurah, yaitu Nabi Ibrahim as), berkat keberadaan
mereka kalian di beri hujan, berkat keberadaan mereka kalian mendapat
pertolongan. Tidak mati seorang pun di antara mereka kecuali Allah menggantikan
posisinya dengan orang lain (H. R. Imam
Thabrani dalam Al-Ausath dan isnad, derajat haditsnya hasan)
إِنَّ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ خَلْقاً خُلِقَهُمْ لِحَوَائِجِ النَّاسِ يَفْزَعُ
إِلَيْهِمُ النَّاسُ فِىْ حَوَائِجِهِمْ أُولَئِكَ اْلآمِنُوْنَ مِنْ عَذَابِ اللهِ
تَعَالٰى
Sesungguhnya Allah swt mempunyai mahluk yang
diciptakan-Nya untuk (memenuhi) kebutuhan manusia. Banyak orang yang
pergi menemuinya untuk (memenuhi)
kebutuhannya. Mereka itulah orang-orang yang aman dari siksa Allah swt.
(H. R. Imam Thabrani, dalam Al-Kabir, dan
Abu Nu'aim serta Al-Qadha'i. Derajat haditsnya hasan)
4. DO'A
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. (Q.S. 40
Gafir/mu'min 60)
4. MEMBACA AL-QUR'AN
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ
اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُه۫ زَادَتْهُمْ إِيْمَاناً وَعَلٰى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُوْنَ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (Q.S. 8 Al Anfaal 2)
عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ rيَقُوْلُ
اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا
لِأَصْحَابِهِ
Dari
Abu Umamah Al-Bahily ra ia berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat
sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (H. R. Muslim no. 1910).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ
حَرْفٌ.
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu kebaikan
dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya
dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan
Miim satu huruf.” (H.R. Tirmidzi no. 3158)
5. BACA
SHALAWAT
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ
يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْماً
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S.
33 Al Ahzab 56)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
عَشْرًا.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah
saw bersabda : Barang siapa membaca shalawat kepadaku sekali, maka Allah akan memberinya
shalawat (rahmat) sepuluh kali” (H. R. Muslim no. 939)
6. MAJLIS ILMU
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كآفَّةً
فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِي
الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوْا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُوْنَ
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadany, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S. 9
At Taubah 122)
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ
وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. (Q.S. 58 Al Mujaadilah 11)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik
dia berkata, Rasulullah saw bersabda : Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap orang muslim. (H. R. Ibnu Majah, Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Adi)
7. BERSEDEKAH
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَنْ يَشآءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَه۫ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ
فَهُوَ يُخْلِفُه۫ وَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِيْنَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.(Q.S.
34 Saba' 39)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا
عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bersabda: "Sedekah itu tidak
akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain,
melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang
merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya." (H.R. Muslim no. 6757).
8.
MENGHORMATI / MEMULIAKAN TAMU
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِى صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bersabda : Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan
tamunya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka
hendaklah menyambung tali silaturrohim dan barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata baik atau diam (H. R .Bukhari no. 6138)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar