Berhias
Disunahkan berhias pada
hari Jum’ah, yaitu meliputi pakaian, kebersihan dan bau wangi.
Adapun kebersihan
adalah dengan bersuci, mencukur
rambut, memotong kuku,
menggunting kumis dan sebagainya. Ibnu Mas’ud ra. berkata : “Barang siapa
yang memotong kukunya pada hari Jum’ah maka Allah swt. mengeluarkan satu
penyakit dari padanya dan Allah swt. memasukkan obat padanya.”
Adapun bau wangi,
adalah dengan mengenakan minyak yang paling wangi/ harum yang dimilikinya.
Dalam sebuah kesempatan Imam Syafi’i pernah berkata “Barang siapa yang bersih pakaiannya maka
sedikit sedihnya, dan barang siapa yang harum baunya maka akalnya bertambah.”
Rasulullah saw. pernah bersabda : “Sebaik-baik minyak wangi orang laki-laki
adalah sesuatu yang jelas baunya dan samar warnanya, sedang minyak wangi wanita
itu adalah sesuatu yang jelas warnanya dan samar baunya.” (H.R. Abu Daud,
At Tirmidzi dan An Nasa’i).
Adapun pakaian adalah
pakaian yang berwarna putih. Dalam sebuah hadits disebutkan : Dari Ibnu Abbas
ra. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda : “Pakailah pakaian berwarna
putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaianmu, dan kafanilah orang yang
meninggal dunia di antara kamu dengan kain putih.”(H.R. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Mandi
Sebelum menghadiri
shalat Jum’ah kita disunahkan mandi
seperti mandi jinabat dengan niat untuk menghadiri shalat Jum’ah. “Mandi
hari Jum’ah adalah wajib atas setiap orang yang telah mimpi (baligh).”
(H.R. Bukhari).
Bersegera
pergi ke masjid
Kita berusaha untuk
berangkat ke masjid sedini mungkin karena keuta-maannya sangat besar. Dalam
sebuah hadits disebutkan : “Tiga (saat) seandainya manusia mengetahui apa
yang ada padanya niscaya mereka lari seperti larinya onta dalam menuntutnya,
yaitu adzan, shaf pertama dan berpagi-pagi kepada Jum’ah.” (H.R.
Abusy Syaikh dari hadits Laith Abu Hurairah).
Fadlilah lainnya
adalah seolah-olah kita berkorban berbagai binatang, hanya dengan menghadiri
shalat Jum’ah “Dari Abu Hurairah ra. Beliau berkata, bahwa Rasulullah saw.
bersabda : “ Siapa yang mandi hari jum’at seperti mandi jinabat, kemudian dia
pergi ke jum’atan (sebagai orang yang pertama-tama datang), sama halnya seperti
orang yang berkurban seekor unta, dan siapa yang datang pada saat yang kedua,
sama halnya seperti orang yang berkurban seekor sapi, dan siapa yang datang
pada saat yang ketiga, sama halnya seperti orang yang berkurban seekor biri-biri
yang bertanduk, dan siapa yang datang pada saat keempat, sama halnya seperti
orang yang berkurban seekor ayam, dan siapa yang datang pada saat yang kelima,
sama halnya seperti orang yang berkurban sebutir telur. Apabila imam telah naik
mimbar, maka malaikat yang hadir ikut pula mendengarkan khutbah. (H.R. Bukhari).
Masuk Masjid
Seyogyanya agar kita
tidak melangkahi tengkuk manusia dengan memisahkan dua orang, apabila kita
telah masuk Masjid, maka tidak duduk dulu sebelum shalat Tahiyyatul Masjid
sebanyak dua raka’at. Kita usahakan shalat tidak di belakang pintu masuk,
sehingga tidak mengganggu orang yang mau masuk Masjid. Setelah itu kita duduk
dengan berniat iktikaf.
“Diriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah, ia berkata : Seorang laki-laki masuk pada hari Jum’ah, dan
nabi saw. sedang membaca khutbah. Nabi saw. bertanya kepadanya ‘apakah engkau
sudah shalat?’ Lali-laki itu menjawab, ‘Belum.’ Nabi saw. ber-sabda
‘Kerjakanlah shalat sebanyak dua rakaat’.” (H.R. Bukhari).
Tidak lewat di depan orang shalat
Agar tidak lewat
dihadapan (muka) orang yang sedang shalat, hal ini pernah disabdakan Nabi saw. “Sungguh
berhenti selama empat puluh tahun itu lebih baik baginya dari pada ia lewat di
depan orang yang sedang shalat.” (H.R. Bukhari, Muslim).
Mencari shaf pertama
Kalau bisa kita
mencari shaf pertama karena keutamaannya, lebih-lebih dekat dengan khotib yang
sedang berkhotbah. “Barang siapa yang mandi dan berpagi-pabi serta mendengar
awal khutbah dan dekat kepada imam, dan ia mendengarkan, maka hal ini menjadi
penebus baginya terhadap apa yang diantara dua Jum’ah dan tambah satu
hari.” (H.R. Al-Hakim).
Mendengarkan khutbah
Kalau khotib telah
berkhutbah hendaknya kita dengarkan dengan baik, hal yang demikian akan
menambah ilmu dan pengetahuan kita, yang selanjutnya akan membuat ibadah kita
semakin berkualitas disamping akan menambah kuantitas kita dalam beribadah.
Dalam hal ini Saidina
Ali dan Utsman ra. Meriwayatkan : “Barang siapa yang mendengarkan dan
membaikkan pendengaran maka ia mendapat dua pahala. Barang siapa yang mendengar
dan tidak membaikkan pendengaran maka ia mendapat satu pahala. Barang siapa
yang mendengar dan berkata-kata maka atasnya mendapat dua dosa. Dan barang
siapa yang tidak mendengarkan dan omong-omong maka atasnya satu dosa.”
Lebih jauh Rasulullah
saw. mengi-ngatkan dalam sebuah haditsnya: Abu Hurairah ra. Memberitakan
bahwa Rasulullah saw bersabda : “Apabila kamu berkata kepada temanmu di hari
Jum’ah ‘diamlah’ padahal imam sedang berkhutbah, maka sesungguhnya kamu-pun
salah (Jum’ahnya percuma karena tidak memperoleh pahala).” (H.R. Bukhari).
Ini menunjukkan bahwa
menyuruh orang untuk diam itu seyogyanya dengan isyarat bukan dengan ucapan.
Dalam suatu riwayat dijelaskan : “Ketika Abu Dzarr bertanya kepada Ubay
padahal Nabi saw. sedang berkhutbah, ia bertanya ‘Kapankah surat ini
diturun-kan?’ Lalu ia berisyarat kepadanya untuk diam. Ketika Rasulullah saw.
turun, Ubay berkata kepadanya: ‘Pergilah, kamu tidak mendapatkan Jum’at’. Abu Dzarr
mengadukan kepada Nabi saw. maka beliau bersabda: ‘Benarlah Ubay’.” (H.R.
Baihaqi)
Berdo’a
Di setiap sa’at dan
dalam keadaan apapun, hendaknya kita tidak melupakan berdo’a, karena do’a
adalah suatu ibadah kepada Allah swt. apalagi di hari Jum’ah, dalam sebuah
hadits Rasulullah saw. telah menjelaskan : “Pada Hari Jum’ah ada satu sa’at,
apabila seorang muslim bertepatan shalat pada sa’at itu, dan memohon sesuatu
kepada Allah swt. niscaya Allah akan mengabulkan permo-honannya. Nabi saw.
memberi isyarat dengan tangannya, yang berarti bahwa sa’at itu amat singkat.”
(H.R. Bukhari).
Berdzikir
Sesudah shalat Jum’ah
hendaknya kita tidak langsung meninggalkan masjid, kita dapat berdzikir sejenak
dengan membaca kalimah-kalimah thoyyibah atau ayat-ayat Al-Qur’an, dalam sebuah
hadits disebutkan : “Barang siapa membaca, ketika imam shalat Jum’ah salam,
sebelum berubah kakinya, surat Al-Fatihah, Al-Ihlash, Al-Falaq dan An-Nas
masing-masing tujuh kali, maka dosa-dosa yang telah lampau dan yang akan datang
diampuni oleh Allah swt. dan dia akan diberi pahala oleh Allah sebanyak
bilangan orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.” (H.R. Al-Hafidz
Al-Mundziri dari Anas ra).
Shalat sesudah shalat Jum’ah
Setelah shalat Jum’ah
hendaklah kita shalat ba’diyah sebanyak dua atau empat atau enam rakaat,
semuanya ada riwayatnya. “Ibnu Umar ra.
meriwa-yatkan bahwasanya Nabi saw. selalu shalat dua rakaat setelah
shalat jum’ah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Mencari karunia Allah
Setelah rangkaian
shalat Jum’ah telah selesai maka kita dapat kembali mencari karunia/rizki dari
Allah swt. Dalam Al-Quran disebutkan : “Apabila telah ditunaikan sembahyang,
maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Tidaklah
seseorang meninggalkan
shalat Jum’ah selama tiga kali
karena meremehkan, kecuali
Allah telah menutup
hatinya.
(H.R. Abu Daud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar