Seyogyanya kita harus bersyukur kepada
Allah swt. atas dijadikannya kita sebagai umat Muhammad saw. meskipun postur
tubuhnya kecil-kecil, badannya lemah, dan usianya pendek, tapi kita diberi
keistimewaan dan beberapa kemulyaan oleh Allah swt. dibanding dengan umat-umat
nabi sebelumnya, yang pada umumnya postur tubuhnya besar dan tinggi, badannya
kuat dan usianya panjang. Ini semua tidak lain karena sifat Rahman dan Rahim
Allah swt. yang telah diberikan kepada umat Muhammad saw.
Beberapa keistimewaan dan kemul-yaan yang diberikan Allah swt. kepada
umat Muhammad saw. adalah :
Abu Laits Samarqandy meriwayatkan dari Muqatil Sulaiman bahwa Nabi Musa
pernah bermunajat kepada Allah swt. “Ya Tuhan, di dalam Al Wah dimuat adanya
suatu umat yang dapat memberi syafa’at dan diterima syafaatnya, jadikanlah
mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan disebut
pula umat yang tebusan dosanya cukup shalat 5 waktu, jadikanlah mereka umatku.
Jawab-Nya : Mereka itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan disebut pula umat yang
akan memberantas kebatilan, hingga Dajjal dibunuhnya, jadikanlah mereka umatku.
Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan disebut pula umat yang
bersucinya dengan air dan debu, jadikanlah mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka
itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan disebut pula umat yang boleh menerima
sedekah dan meni’mati (memakan)nya, padahal umat terdahulu harus membakarnya
dengan api, jadikanlah mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat
Muhammad.’ Ya Tuhan disebut pula jika sudah berniat dalam kebaikan, tetapi
belum dilaksanakan, tetap dicatat satu kebaikan, bahkan 10 kebaikan jika
dilakukan kebaikan itu, dan digandakan hingga 700 lebih, dan jika niat berbuat
jahat tidak dianggap berdosa jika tidak dilaksanakan, dan ditulis hanya satu
kejahatan jika telah berbuat, jadikanlah mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka itu
adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan
disebutkan pula adanya umat yang dimasukkan surga tanpa hisab sebanyak 70.000
orang, jadikanlah mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat Muhammad.’
Riwayat Ma’mar Qatadah menam-bahkan : Ya Rabbi, disebut pula mereka
sebaik-baik umat, karena amar ma’ruf nahi mungkar, jadikanlah mereka umatku.
Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan mereka akhir masanya,
tetapi di hari Qiyamat terdahulu, jadikanlah mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka
itu adalah umat Muhammad.’ Ya Tuhan kitab-Mu di dada mereka (mereka hafal di
luar kepala), tetapi mereka membacanya dengan melihat (binnadhor), jadikan-lah
mereka umatku. Jawab-Nya : ‘Mereka itu adalah umat Muhammad.’ Bahkan Nabi Musa menginginkan dijadikan umat
Muhammad. Jawab-Nya (Allah berfirman): ‘Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih
(melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur. (Q.S. Al-A’raaf : 144). Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang
memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka
menjalankan keadilan. (Q.S. Al-A’raaf : 159). Maka dengan jawaban Tuhan ini,
Musa merasa lega dan puas (ridla).
Diceritakan, satu saat Saidina Umar bin Khattab memberi pinjaman pada
orang Yahudi, dan ia sewaktu bertemu di tengah jalan berkata : “Demi Allah yang
memilih Abul Qasim (Muham-mad) atas semua manusia, kini kamu tidak akan
kulepaskan sebelum membayar hakku.” Jawab Yahudi : “Tidak, Allah tidak memilih
Abul Qasim atas semua manusia.” Lalu Yahudi itu dipukul pipinya. Kemudian
keduanya pergi menghadap kepada Nabi saw. Yahudi itu berkata : “Allah telah
memilihmu di atas semua makhluk benarkah kata Umar itu?” Jawabku (kata orang
Yahudi) : “Allah tidak memilihmu atas semua manusia. Lalu Umar memukulku.”
Kemudian beliau bersabda : “Hai Umar, mintalah maaf kepadanya atas pukulanmu
itu.” Dan sabdanya pula “Benar hai Yahudi, bahwa Adam adalah Shafi’ullah, dan
Ibrahim Khalilullah, Musa Nabiyullah, ‘Isa Ruhullah dan aku Habibullah, dan
memang betul ada dua sebutan (asma’)
bagi Allah, pegangan umatku, yaitu :
1. Allah
disebut dengan AS-SALAAM sedangkan
umatku disebut dengan MUSLIMIN.
2. Allah
disebut dengan AL-MUKMIN sedangkan umatku disebut dengan MUKMININ.
Dan memang betul, ada suatu hari yang disimpan Allah untuk kami, yaitu
hari JUM’AH, maka hari ini untuk kami, besok untuk kamu, dan lusa untuk orang
Nasrani. Memang betul kau datang dahulu dan kami akhir, tetapi kami kelak di
hari Kiamat bahkan terdahulu. Hai Yahudi, surga haram bagi semua Nabi, sebelum
aku memasukinya (terlebih dahulu), dan diharamkan pula surga bagi semua umat
manusia, sebelum umatku memasukinya (terlebih dahulu).”
Diantara juga Allah swt. memberi kemulyaan kepada umat Muhammad saw.
dengan 5 kemulyaan, yaitu :
1. Dijadikan lemah, agar tidak sombong
2. Dibuat
kecil-kecil, agar tidak terlalu berat menanggung beban : ‘Makan, minum, pakaian
dan lain-lain sarana untuk beribadah kepada-Nya.’
3.
Diperpendek masa hidup (umur)nya, agar tidak terlalu banyak kesempatan berbuat
maksiat (dosa).
4.
Dijadikan fakir miskin, agar tidak terlalu berat tanggungan hisabnya kelak di
akhirat.
5.
Dijadikan umat terakhir, agar tidak terlalu lama menunggu di alam kubur (karena
pekerjaan paling berat adalah menunggu/menanti).
Diceritakan bahwa Nabi Adam berkata : “Sesungguhnya Allah swt. memberi 4
macam kemulyaan kepada umat Muhammad saw. yang tidak diberikan kepadaku, yaitu
:
1. Penerimaan tobatku di Mekkah, sedangkan umat Muhammad bisa tobat di mana saja.
2. Aku
berpakaian ketika melakukan dosa, kemudian Allah menjadikanku telanjang bulat.
Sedangkan umat Muhammad tetap diberi pakaian, meskipun ia melakukan dosa dalam
keadaan telanjang.
3. Ketika
aku berbuat dosa, Allah memisahkan aku dari istriku (Adam di daerah India, Hawa
di daerah Jeddah) sedangkan umat
Muhammad yang berbuat dosa tidak dipisahkan dengan istrinya.
4. Aku
berbuat dosa di surga lalu Allah mengusirku dari surga, sedangkan umat Muhammad
berbuat dosa di luar surga, tapi Allah tetap memasukkan mereka ke dalam surga
apabila mereka mau bertobat.
“Diharamkan
pula
surga bagi
semua
umat manusia,
sebelum
umatku
memasukinya
(terlebih
dahulu).”
Diantara kemulyaan umat Muham-mad saw. lainnya adalah menjadi saksi bagi umat-umat terdahulu, hal
ini telah diceritakan dalam sebuah hadits. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Nabi saw. bersabda : “Manusia pertama yang dipanggil kelak di hari Kiamat
adalah Nabi Nuh as. dan umatnya, ditanya : ‘Apakah kau telah menyampaikan
wahyuku?’ Jawabnya : ‘Ya benar Tuhan.’ Lalu umatnya ditanya ‘Apakah benar Nuh
menyampaikan wahyu (risalah) Allah kepada kalian?’ Jawab mereka ‘Demi Allah
tidak benar, seandainya Tuhan mengutus seorang Rasul kepada kami, pasti kami
akan mengikuti ayat-ayat-Mu, dan beriman (menjadi orang mukmin), maka ia tidak
menyampaikan risalah-Mu kepada kami.’ Lalu Nabi Nuh as. diberitahu bahwa kaum
(masyarakat)nya mem-bantah : ‘Kamu tidak pernah menyampaikan risalah-Ku kepada
mereka, apakah kamu punya saksi untuk mereka (menyangga bantahannya)?’ Jawab
Nabi Nuh as. ‘Ya, punya saksi’ Lalu siapa saksi itu? Jawab Nabi Nuh ‘Umat
Muhammad saw.’ Kemudian umat Muhammad dipanggil, dan ditanya. Jawab mereka :
‘Ya benar, Nabi Nuh as. telah menyampaikan risalah-Mu kepada umatnya.’
Selanjutnya mereka (kaum Nabi Nuh) bartanya : ‘Apakah dasar kalian tentang
persaksian ini, padahal kami adalah umat terdahulu, sedangkan kalian hidup
kemudian (terakhir)?’ Umat Muhammad menjawab : ‘Kami ber-saksi bahwa Allah
telah mengutus seorang Rasul kepada kami, dan Allah menurunkan kepadanya kitab
(Al-Qur’an) yang didalamnya juga
(setengahnya) menuturkan sejarah keadaan kalian (umat terdahulu). Firman
Allah : “Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Q.S.
Al-Baqarah : 143)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar