A. TAKDIR
MUBRAM
Allah sudah
tahu apa yang akan terjadi di dunia ini dan di akhirat nanti, tidak ada sesuatu
pun yang tersembunyi bagi Allah, sekalipun hal itu belum terjadi.
Sebagai
ilustrasi, seorang insinyur yang pandai membuat sebuah gedung pencakar langit.
Maka insinyur itu sudah mengetahui betul jauh sebelum gedung itu selesai
dibangun, bagaimana bentuknya gedung itu, berapa banyak besi, semen, yang
dipakai, jumlah pintu, jendela, kamar, tangga dan lainnya.
Allah adalah
Dzat Maha Pencipta (Al-Khaliq), Maha Pembentuk (Al-Mushawwir), Maha Kuasa (Al-Qadir),
Maha Mengetahui (Al-Alim). Dia sudah tahu apa yang telah terjadi dan begitu pula
yang belum terjadi.
Si Fulan
umurnya akan sekian, rezekinya sekian, semua sudah diketahui Allah dalam alam
azali, karena Dia yang menciptakan semuanya itu.
Menurut para
ulama mutakallimin, ini namanya takdir dalam ilmu Allah. Dalam hal ini Allah
swt telah menyatakan dalam Al-Qur'an :
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Q.S. 2 Al Baqarah 29)
Perkataan
"segala sesuatu" itu adalah perkataan umum yang meliputi dunia dan
akhirat, langit dan bumi, yang dahulu dan yang sekarang serta yang akan datang.
Pendeknya semua sudah ada dalam ilmu Allah. Takdir yang dalam ilmu Allah ini
tidak akan berubah dan tidak akan dapat diubah oleh situasi dan kondisi
bagaimanapun juga kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah yang dinamakan takdir
mubram atau takdir yang sudah pasti. Allah telah berfirman :
مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah
dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Q.S. 50 Qaaf 29)
Seorang
mufassir kenamaan dari kalangan Tabi'in yang namanya Imam Mujahid, menerangkan
arti ayat ini adalah :
قَدْ قَضَيْتُ مَا اَنَا قَاضٍ
Aku telah
memutuskan apa yang Aku sudah putuskan (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Juz
IV,halaman 404)
B. TAKDIR
MU'ALLAQ
Sesungguhnya
takdir-takdir untuk makhluk ini telah dituliskan pada lauh mahfudz,
sebelum langit dan bumi dijadikan
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللهُ
مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ
بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
Dari Abdullah
bin Umar bin Ash, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Takdir-takdir
untuk makhluk ini telah ditetapkan oleh Allah, lima puluh ribu tahun sebelum
dijadikan langit dan bumi. (H. R. Muslim no. 6919)
Seorang shabat
yang terkenal ahli dalam bidang tafsir dan telah mendapat gelar "Turjumanul
Qur'an" yaitu Ibnu Abbas ra, telah menerangkan, sebagaimana telah
dikutib oleh Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' Li Ahkamil
Qur'an (Juz XVII, halaman 258), bahwa setelah Allah menjadikan qalam
(pena), maka Allah berfirman kepadanya : Tulislah. Maka pena itu pun menuliskan
apa yang akan terjadi sampai hari kiamat. Pena itu menulis di Lauhil Mahfudz.
Takdir yang
tertulis pada lauh mahfudz ini masih menerima perubahan jika Allah
menghendakinya. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman :
يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki
dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat ummul kitab
(lauh mahfudz). (Q.S. 13 Ar
Ra'd 39)
Imam Qurthubi
ketika menafsirkan ayat tersebut, beliau berkata : Semua takdir Allah yang
telah tertulis (di lauh mahfudz) itu bisa dihapus jika Dia
menghendakinya, atau Dia tetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. (kitab tafsir, Al-Jami'
Li Ahkamil Qur'an, Juz IX, halaman 329)
Penghapusan
atau penetapan itu sesuai dengan apa yang ada pada Ummul Kitab, yakni
ilmu Allah yang azali
Syaikh Ibrahim
Al-Bajuri dalam kitabnya Tuhfatul Murid Syarah Jauharatut Tauhid
menerangkan sebagai berikut :
أُمُّ الْكِتَابِ أَيْ أَصْلُ
اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ وَهُوَ عِلْمُهُ تَعَالَى الَّذِيْ لَامَحْوَ فِيْهِ
وَلَا إِثْبَاتَ، وَأَمَّا اللَّوْحُ الْمَحْفُوْظُ فَالْحَقُّ قَبُوْلُ مَا
فِيْهِ لِلْمَحْوِ وَاْلإِثْبَاتِ
Ummul kitab,
yaitu pokok atau pangkal dari lauh mahfudz, yakni ilmu Allah ta'ala yang tidak
menerima hapusan dan tidak menerima penetapan. Adapun Lauh mahfudz, menurut
pendapat yang benar, menerima hapusan dan penetapan Allah (Kitab Tuhfatul
Murid Syarah Jauharatut Tauhid, halaman 95)
Yang dapat
menghapus atau mengubah takdir yang telah tertulis pada lauh mahfudz, menurut
keterangan Rasulullah saw, antara lain adalah doa.
عَنْ
ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ وَلاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ
إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ
Dari Tsaubah,
ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang benar-benar
terhalang dari rezeki karena ia melakukan suatu dosa, dan tidak ada yang
menolak atau mengubah takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat memanjangkan
umur kecuali perbuatan baik . (H. R. Ahmad no. 23049, Ibnu Hibban no. 153)
Ulama
mutakallimin mengistilahkan takdir yang tertulis di lauh mahfudz, tetapi masih
menerima perubahan dengan istilah takdir mu'allaq, takdir yang belum
pasti
Masalah takdir
ini amatlah pelik dan sukar sekali untuk dibahas karena menyangkut masalah
gaib, sehingga ada ulama yang berpendapat : Tidak begitu perlu membahasnya,
yang penting kita meyakini dan mengimani adanya takdir Allah, sebagai rukun
iman yang keenam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar