1. Tidak boleh dipinang.
Perempuan yang dalam masa iddah tidak boleh dipinang kecuali bagi
perempuan yang ditinggal mati suaminya, boleh dipinang dengan sindiran. Hal ini
didasarkan pada makna firman Allah :
وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاء أَوْ أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ
Dan tidak ada dosa bagi kamu
meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan
mengawini mereka) dalam hatimu. (Q.S. 2 Al Baqarah 235)
2. Tidak boleh keluar rumah kecuali keadaan darurat
Ini pemahaman madzhab Syafi'i, berdasarkan pada firman Allah :
لاَ تُخْرِجُوْهُنَّ مِنْ بُيُوْتِهِنَّ وَلاَ يَخْرُجْنَ إِلاَّ أَنْ يَأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ
Janganlah kamu keluarkan
mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau
mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.. (Q.S. 65 Ath Thalaaq 1)
Ulama yang lain berpendapat bahwa mereka boleh keluar rumah asal
aman dan memang ada keperluan yang mendesak, berdasarkan hadits nabi :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ طُلِّقَتْ خَالَتِى ثَلاَثًا فَخَرَجَتْ تَجُدُّ
نَخْلاً لَهَا فَلَقِيَهَا رَجُلٌ فَنَهَاهَا فَأَتَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ لَهَا
اُخْرُجِى فَجُدِّى نَخْلَكِ لَعَلَّكِ أَنْ تَصَدَّقِى مِنْهُ أَوْ
تَفْعَلِى خَيْرًا
Dari Jabir, ia berkata; bibiku dicerai, kemudian ia keluar untuk
memetik buah kurmanya. Kemudian seorang laki-laki bertemu dengannya dan
melarangnya. Lalu ia mendatangi Nabi saw dan menyebutkan hal tersebut
kepadanya. Beliau berkata kepadanya; keluarlah dan petiklah buah kurmamu,
semoga engkau dapat mensedekahkan sebagian darinya, atau melakukan kebaikan.
(H. R. Abu Daud no. 2299)
Khusus bagi perempuan yang menjalani masa iddah karena ditinggal
mati suaminya, maka disamping dua hal di atas ia juga diharuskan melakukan ichdaad (halangan), yaitu larangan
berhias, memakai wewangian, bercelak. Hal ini sesuai hadits nabi :
قَالَ يَزِيْدُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لاَ تُحِدُّ الْمَرْأَةُ فَوْقَ ثَلاَثٍ إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ
عَلَيْهِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلاَ تَلْبَسُ ثَوْباً مَصْبُوغًا إِلاَّ
عَصْبًا وَلاَ تَكْتَحِلُ وَلاَ تَمَسُّ طِيبًا إِلاَّ عِنْدَ طُهْرِهَا
Yazid mengatakan; dari Nabi saw, beliau bersabda: Janganlah seorang
wanita berkabung melebihi tiga hari, kecuali karena kematian suaminya, maka dia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari, jangan memakai pakaian yang berwarna
warni kecuali pakaian beludru (pakaian kasar), jangan bercelak dan jangan pula
memakai wewangian kecuali setelah suci. (H. R. Ahmad no. 21339 dan Abu Daud no.
2304)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar