وَعَنْ
بَعْضُ
الْحُكَمَاءُ: أَرْبَعَةٌ قَبِيْحَةٌ وَ لَكِنْ أَرْبَعَةً مِنْهَا أَقْبَحُ:
اَلذَّنْبُ
مِنَ
الشَّابِ قَبِيْحٌ
وَمِنَ
الشَّيْخِ
أَقْبَحُ،
وَاْلإِشْتِغَالُ
بِالدُّنْيَا
مِنَ
الْجَاهِلِ
قَبِيْحٌ
وَمِنَ
الْعَالِمِ
أَقْبَحُ، وَالتَّكَسُلُ
فِى
الطَّاعَةِ
مِنْ
جَمِيْع
النَاسِ
قَبِيْحٌ
وَمِنَ
اْلعُلَمَاءِ
وَالطَّلَبَةِ
أَقْبَحُ،
وَالتَّكَبُّرُ مِنَ
اْلأَغْنِيَاءِ
قَبِيْحٌ
وَمِنَ
الْفُقَرَاءِ
أَقْبَحُ.
Dari sebagian hukama : Empat perkara berikut adalah jelek, namun
yang empat lainnya lebih jelek dari padanya. Dosa itu jelek pada diri pemuda,
namun lebih jelek pada diri orang tua. Kesibukan duniawi pada diri orang bodoh
itu jelek, namun lebih jelek pada diri orang alim. Malas beribadah itu jelek
pada diri setiap orang, namun lebih jelek pada diri ulama dan para penuntut
ilmu. Sombong itu jelek pada diri orang kaya, namun lebih jelek pada diri orang
fakir. (kitab nashoihul ibad halaman 34)
Maksud kata jelek di atas adalah suatu tingkat kualitas, di mana
tercela di dunia dan mendapat siksa di akhirat. Adanya kesibukan dunia itu
lebih jelek pada diri orang alim, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Sayyina Ali.
مَنْ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ فِى الدُّنْيَا زُهْدًا لَمْ يَزْدَدْ
مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
Barang siapa bertambah ilmunya tapi tidak bertambah zuhudnya, maka
hanya bertambah jauh dari Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar