Menekan hidung bersamaan dengan dahi ketika sujud, bukanlah hal
yang wajib melainkan sunnah muakkad.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى
الْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ، وَالرُّكْبَتَيْنِ
وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ، وَلاَ نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Dari Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda: Aku diperintahkan untuk
melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud); atas dahi -beliau
lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan,
kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau
pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud). (H. R. Bukhari no. 812, Muslim
no. 1126)
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani ketika mengomentari hadits diatas
mengatakan :
قَالَ الْقُرْطُبِيّ : هَذَا يَدُلّ عَلَى أَنَّ الْجَبْهَة الْأَصْل
فِي السُّجُود وَالْأَنْف تَبَع
Imam Qurthubi telah berkata : Ini menunjukkan bahwa dahi itulah
yang pokok dalam bersujud, sedang hidung itu hanya mengikutinya (Kitab Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari,
Juz III, halaman 204)
Demikian pula Imam Nawawi mengatakan :
هَذِهِ الْأَحَادِيْثُ فِيْهَا فَوَائِدُ مِنْهَا أَنَّ أَعْضَاءَ
السُّجُوْدِ سَبْعَةٌ، وَأَنَّهُ يَنْبَغِيْ لِلسَّاجِدِ أَنْ يَسْجُدَ عَلَيْهَا
كُلِّهَا، وَأَنْ يَسْجُدَ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ جَمِيْعًا، فَأَمَّا
الْجَبْهَةُ فَيَجِبُ وَضْعُهَا مَكْشُوْفَةً عَلَى الْأَرْضِ وَيَكْفِيْ بَعْضُهَا،
وَالْأَنْفُ مُسْتَحَبٌّ ، فَلَوْ تَرَكَهُ جَازَ، وَلَوْ اِقْتَصَرَ عَلَيْهِ
وَتَرَكَ الْجَبْهَةَ لَمْ يَجُزْ، هَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ
رَحِمَهُمَا اللهُ تَعَالَى وَالْأَكْثَرِيْنَ
Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah di antaranya ialah
anggota sujud itu ada tujuh dan orang yang bersujud semestinya menggunakan
angota-anggota sujud itu, termasuk menggunakan dahi dan hidung secara
bersamaan. Dahi wajib diletakkan secara terbuka di atas tempat sujud, namun
dipandang cukup meletakkan sebagaiannya. Adapun meletakkan hidung ketika sujud
hukumnya sunnah. Jika seorang tidak meletakkannya hukumnya sah, namun jika
bersujud dengan hidungnya saja tanpa dahinya, maka hukumnya tidak sah, ini
adalah madzhab Syafi'i dan Maliki (semoga Allah merahmati keduanya) serta
merupakan pendapat mayoritas ulama. (Kitab Syarh Shahih Muslim, Juz II, halaman
240)
Juga Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i mengatakan :
وَإِنْ سَجَدَ عَلَى جَبْهَتِهِ دُوْنَ أَنْفِهِ كَرِهْتُ ذَلِكَ لَهُ
وَأَجْزَأَهُ لِأَنَّ الْجَبْهَةَ مَوْضِعُ السُّجُوْدِ
Dan jika seorang bersujud dengan dahinya tanpa hidungnya, saya
berpendapat yang demikian itu makruh, namun sujud orang itu sah karena dahi
itulah tempat (anggota) sujud. (Kitab Al-Umm, Juz I, halaman 136)
Dan Syaikh Nawawi Al-Bantani juga telah mengatakan :
وَيُسَنُّ
التَّرْتِيْبُ فِى اْلوَضْعِ بِأَنْ يَضَعَ الرُّكْبَتَيْنِ أّوَّلًا ثُمَّ الْكَفَّيْنِ
ثُمَّ الْجَبْهَةَ وَالْأَنْفَ مَعًا فَوَضْعُ الْأَنْفِ مَعَهَا سُنَّةٌ
مُؤَكَّدَةٌ وَلَا يَكْفِيْ وَضْعُهُ وَحْدَهُ لِأَنَّ الْمُعْتَبَرَ هُوَ
الْجَبْهَةُ
Dan disunnahkan tertib dalam meletakkan anggota-anggota sujud yaitu
meletakkan dulu dua lutut lalu dua telapak tangan kemudian dahi dan hidung
secara bersamaan. Hukum meletakkan hidung beserta dahi itu adalah sunnah
muakkad dan tidak cukup meletakkan hidung saja karena yang dipandang sah itu
adalah dahi. (Kitab Kasyifatus Saja, halaman 63)
Imam Abu Hanifah dan Imam Ibnul Qasim berpendapat bahwa seseorang
boleh memilih dahi atau hidung. Bagi kedua Imam itu seseorang boleh memilih dan
sah sujud dengan dahinya saja atau sujud dengan hidungnya saja.
Imam Ahmad, Imam Al-Auza'i, berpendapat bahwa wajib membarengkan
dahi dan hidung ketika sujud, sehingga orang yang sujud hanya dengan dahinya
saja atau dengan hidungnya saja, dipandang tidak sah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar