Sifat ujub, sombong
dan bangga dengan diri sendiri adalah satu penyakit hati yang sulit diobati.
Ujub adalah memandang mulia kepada diri sendiri dan memandang remeh orang lain.
Tanda ujub yang nampak pada lisan ialah kebiasaan berkata : Siapa saya dan
siapa kamu. Ucapan yang demikian itu sama dengan perkataan iblis, sebagaimana
diceritakan dalam Al-Qur'an :
أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ
نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
Saya lebih baik dari padanya:
Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
(Q.S. 7 Al A'raaf 12)
Sedangkan orang
yang sombong ialah orang yang tidak senang diberi nasehat, dan bersikap kasar
dan keras jika memberi nasehat. Barang siapa yang menganggap dirinya lebih baik
dari orang lain, maka orang itu bersikap sombong. Semestinya kita mengetahui, bakwa
orang yang baik ialah orang yang kehidupannya di akhirat nanti baik. Hal ini
tentu saja tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali Allah swt.
Seharusnya kita
tidak memandang kepada seseorang kecuali dengan penilaian, bahwa dia lebih baik
dan lebih mulya dari pada kita.
Jika kita melihat
anak kecil, maka hendaknya kita berkara dalam hati : Anak-anak ini belum pernah
berbuat maksiat kepada Allah, sedangkan saya sering melakukan kemaksiatan.
Tentu saja anak ini lebih baik dari pada saya.
Jika kita memandang
orang besar (tua) maka kita katakan dalam hati : orang itu telah banyak melakukan ibadah sebelum saya, tentu
saja dia lebih baik dari pada saya.
Jika kita memandang
orang pandai (alim), maka kita katakan dalam hati : Orang itu telah diberi
Allah ilmu yang belum diberikan kepada saya. Dia beribadah dengan ilmunya,
tentu saja dia lebih baik dari pada saya.
Jika kita memandang
orang bodoh, maka kita katakan dalam hati : Orang itu kalau berbuat maksiat
terhadap Allah karena kebodohannya, tetapi bila saya berbuat maksiat terhadap
Allah bukan berarti saya tidak mengerti, sehingga tuntutan Allah kepada saya
lebih berat, tentu saja dia lebih baik dari pada saya.
Jika kita memandang
orang kafir, maka kita katakan dalam hati : Saya belum tahu juga, mungkin dia
nanti masuk Islam dan di akhir hayatnya nanti selalu berbuat baik, sehingga
dosa-dosanya terhapus dengan masuknya ke agama Islam (seperti yang dialami sahabat
Umar bin Khaththab). Sedangkan saya (semoga Allah menyelamatkan saya) mungkin
berubah menjadi kafir, sehingga kehidupan saya di akhir su'ul khatimah, mati
tidak membawa iman (Seperti cerita kiyai Barseso). Dia yang semula kafir
menjadi orang yang dekat kepada Allah, dan saya yang semula beriman menjadi
orang yang bakal menerima siksa. sebab Allah adalah Dzat yang membolak-balikkan
hati manusia. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki dan
menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Oleh karena itu kita biasakan
membaca doa :
يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوْبْ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلىٰ دِيْنِكَ وَطَاعَتِكَ
Wahai Dzat
yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama dan ketaatan
kepada-Mu.
Semoha Allah
menjadikan kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar