Wudhu berasal dari kata ‘Wudhu-un’ yang artinya bersih atau
indah. Sedangkan menurut istilah syariat Islam adalah membersihkan anggota
wudhu dengan air suci dan mensucikan berdasarkan syarat dan rukun tertentu
untuk menghilangkan hadats kecil.
Sebenarnya tidak terlalu sulit bagi kita untuk selalu menjaga wudhu
kita, seandainya kita benar-benar komitmen dengan hal tersebut. Langkah pertama
adalah kalau kita selesai mandi maka kita harus berwudhu, baik setelah mandi
itu kita mau melaksanakan shalat atau tidak, hal itu dilakukan terus menerus.
Dengan kata lain bahwa mandi tidak terlepas dari wudhu. Langkah kedua adalah
peningkatan dari langkah pertama, bila kita buang hajat ke kamar mandi, baik
buang air besar maupun buang air kecil
maka kita akhiri dengan berwudhu.
Dengan kata lain tidak keluar dari kamar mandi sebelum kita
berwudhu (kalau tempat wudhunya di dalam kamar mandi). Demikian juga kalau kita
buang angin, maka cepat-cepat berwudhu. Hal demikian juga kita lakukan pada
saat mau tidur. Dalam Haditsnya rasulullah saw. bersabda :
اَلنَّائِمُ الطَّاهِرُ كَالصَّائِمِ اْلقَائِمِ
Tidur orang yang suci (dari hadats) seperti orang puasa yang
shalat.” (Kitab lubabul hadits, halaman 15. Syaikh Jalaluddin As-Suyuti)
Wudhu adalah merupakan syarat untuk mendirikan shalat. Secara syar’i,
wudhu ditujukan untuk menghilangkan hadats kecil agar kita syah menjalankan
ibadah, khususnya shalat, dalam Al-Qur'an disubutkan :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا إِذَا
قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى
الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُؤُوْسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki. (Q.S. 5 Al Maa-idah 6)
Didalam sebuah hadits diterangkan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى
يَتَوَضَّأَ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw bersabda : Allah tidak menerima
shalat salah seorang diantara kamu jika ia berhadats, sampai ia berwudhu
terlebih dahulu.“ (H. R. Bukhari no. 6954, Abu Dawud no. 60 dan lainnya).
Meski demikian, kita dianjurkan untuk berwudhu
tidak hanya ketika kita hendak
mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan yang
baik, misalnya ketika kita hendak membaca Al-Qur'an, mengikuti pelajaran,
pengajian.
Dikisahkan dari Syaikhul Imam Syamsul A’immah Al-Khulwani
meriwayatkan : Sesungguhnya aku dapat memperoleh ilmu hanya dengan mengagungkan
ilmu, dan sekali-kali saya tidak memegang bendel kitab melainkan dalam keadaan
bersuci.” (Kitab Ta’lim Muta’allim. Syekh Al-Zarnuji).
Secara kesehatan wudhu sangat bermanfaat. Kalau diperhatikan,
anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu adalah anggota-anggota badan yang
sering terbuka. Anggota badan kita yang terbuka sangat rentan didatangi
kuman.
Ketika berwudhu, kita juga dianjurkan berkumur, bersiwak (gosok
gigi), membersihkan hidung, dalam sebuah hadits diterangkan :
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى
عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ،
فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِى الْوَضُوءِ، ثُمَّ
تَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا
وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثًا، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ
غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاَثًا، ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا وَقَالَ مَنْ تَوَضَّأَ
نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا
نَفْسَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan, bahwa ia melihat Utsman
bin Affan minta untuk diambilkan air wudlu. Ia lalu menuang bejana itu pada
kedua tangannya, lalu ia basuh kedua tangannya tersebut hingga tiga kali.
Kemudian ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlunya, kemudian
berkumur, memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya. Kemudian membasuh
mukanya tiga kali, membasuh kedua lengannya hingga siku tiga kali, mengusap
kepalanya lalu membasuh setiap kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata : Aku
telah melihat Nabi saw berwudlu seperti wudluku ini, beliau lalu bersabda :
Barangsiapa berwudlu seperti wudluku ini, kemudian dia shalat dua rakaat dan
tidak berbicara antara keduanya, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.
(H. R.Bukhari no. 164)
Kita tahu, mulut dan hidung kita sarang bakteri berbahaya. Bila
kita tidak rajin membersihkannya bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Bakteri-bakteri
tersebut semakin subur oleh bekas-bekas makanan di sela-sela gigi yang tidak
kita bersihkan. Penelitian pernah membuktikan bahwa 90% dari mereka yang
menderita kerusakan gigi, adalah karena keteledoran dalam membersihkan mulut.
Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri yang ada di mulut kita, tidak hanya
mengancam gigi dan gusi, tetapi jiga mengancam sistem pencernaan kita, ini
karena air liur yang kita telan berasal dari mulut.
Disamping untuk menjaga kesehatan, wudhu juga dapat menghapus beberapa dosa. Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ
الْمُسْلِمُ أَوِ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ
خَطِيْئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ
الْمَاءِ - فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيْئَةٍ كَانَ
بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - فَإِذَا
غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيْئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ -
أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوْبِ
Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah saw bersabda : Apabila seorang muslim atau mukmin berwudlu, lalu
membasuh wajahnya, maka setiap kesalahan yang dilihat oleh kedua matanya akan
keluar bersama dengan turunnya air wudlu, atau bersama akhir dari tetesan air.
Apabila dia membasuh kedua tangannya, maka seluruh kesalahan kedua tangannya
yang digunakan memukul akan keluar bersama dengan turunnya air wudlu, atau bersama
akhir dari tetesan air. Apabila dia membasuh kedua kakinya, maka setiap
kesalahan perjalanan kedua kakinya akan keluar bersama dengan turunnya air
wudlu, atau bersama akhir dari tetesan air, hingga dia keluar dalam keadaan
bersih dari dosa-doa.(H. R.Muslim no. 600)
Kita dianjurkan untuk
menyempurnakan wudhu, diantaranya adalah dengan membaca do’a setelah wudhu :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَشْهَدُ اَنَّ
لاَ إِلٰهَ اِلاَّ الله، وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابَ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ يَدْخُلُ مِنْ اَيُّهَا شَاءَ، أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ. وَالتِّرْمِذِيُّ
وَزَادَ اَلَّلهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِى مِنَ
الْمُتَطَهِّرِيْنَ.
Dari Umar ra ia berkata, Rasulullah bersabda : Tidak
seorangpun di antara kamu yang berwudhuBarang siapa sesudah berwudhu dan
menyempurnakan wudhunya,kemudian ia membaca ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah,
wahdahuu laa syariika lah. Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh.
(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Yang Maha Esa, tiada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu adalah hamba dan
utusan-Nya). Maka dibukakan baginya pintu surga yang delapan buah itu, sehingga
ia boleh memilih dari pintu mana yang hendak ia masuki.” (H. R. Muslim no.
576). Dan At-Turmudzi no.55 menambahkan : “Allahummaj’alnii minat tawwaa-biina
waj’alnii minal mutathah hiriin. (Ya Allah, jadikanlah aku tergolong
orang-orang yang tobat (kepada-Mu), dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang mensuci-kan diri-Mu).” (Kitab Bulughul Maram halaman 19. Syaikh Ibnu
Hajar Al-Asqolani)
Diantaranya juga untuk menyempurnakan wudhu adalah, shalat setelah wudhu.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِيْ
بِأَرْجٰى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي
الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ
قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجٰى عِنْدِيْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُوْرًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ
نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذٰلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُوْ عَبْدُ اللهِ دَفَّ
نَعْلَيْكَ يَعْنِيْ تَحْرِيْكَ
Dari Abu Hurairah ra bahwa
Nabi saw berkata, kepada Bilal ra ketika shalat Fajar (Shubuh) : Wahai Bilal,
ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam,
sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga. Bilal berkata ;
Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci
(berwudhu) pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu
shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib. Berkata, (Abu Abdullah):
Istilah Daffa na'laika maksudnya gerakan sandal. (H. R. Bukhari no. 1149).
Disamping itu juga
membiasakan wudhu dapat memelihara ilmu kita supaya tidak cepat hilang,
bermanfaat bagi diri dan orang lain.
مَنْ
أَرَادَ أَنْ يَحْفَظَ اْلعِلْمَ فَعَلَيْهِ أَنْ يُلَازِمَ خَمْسَ خِصَالٍ :
اَلْأُوْلَى صَلَاةُ الَّليْلِ وَلَوْ رَكْعَتَيْنِ، وَالثَّانِيَةُ دَوَامُ
الْوُضُوْءِ، وَالثَّالِثَةُ اَلتَّقْوَى فِى السِّرِّ وَاْلعَلَانِيَةِ،
وَالرَّابِعَةُ أَنْ يَأْكُلَ لِلتَّقْوَى لَالِلشَّهَوَاتِ، وَالْخاَمِسَةُ
اَلسِّوَاكُ
Barang siapa yang ingin
menjaga (menghafal) ilmu, maka ia harus membiasakan lima perkara : Pertama, shalat malam
(tahajud) walaupun hanya dua rakaat. Kedua, Membiasakan (terus-menerus punya)
wudhu. Ketiga, bertakwa (kepada Allah) baik di tempat sepi maupun tempat ramai.
Keempat, makan untuk meningkatkan ketakwaan, bukan untuk mengikuti hawa nafsu.
Kelima, membiasakan bersiwak. (kitab Durratun Nashihin, halaman 15. Syaikh Utsman bin Hasan bin Syakir )
Dan Wudhu juga dapat menjadi cahaya di hari kiamat, dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ
سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ هِلَالٍ عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيْتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَلىٰظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ
الْوُضُوْءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
Dari Sa'id bin Abu Hilal
dari Nu'aim bin Al-Mujmir berkata, Aku mendaki masjid bersama Abu Hurairah,
lalu dia berwudhu dan berkata, Aku mendengar Nabi saw bersabda : Sesungguhnya
umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena sisa
air wudlu, barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah
ia lakukan. (H. R. Bukhari no. 136)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar