Membaca basmalah di awal surat At-Taubah (Baraa-ah) itu dilarang,
sedangkan membaca basmalah di pertengahannya, hukumnya diperbolehkan.
Syaikh Muhammad Ali Dawud mengatakan dalam
kitabnya :
وَاِذَا اَرَادَ اْلقَارِئُ اَنْ يَقْرَأَ سُوْرَةَ التَّوْبَةِ
فَإِذَا بَدَأَ مِنَ اَوَّلِهَا لَا يَصِحُّ اَنْ يَبْدَأَ بِالْبَسْمَلَةِ
لِأَنَّ بِدَايَتَهَا تُشِيْرُ اِلَى غَضَبِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
وَلَا يَسْتَوِى الْغَضَبُ وَالرَّحْمَةُ الَّتِيْ فِى الْبَسَمَلَةِ. اَمَّا
اِذَا كَانَ الْبَدَءُ فِى اْلقِرَاءَةِ مِنْ غَيْرِ اَوَّلِ التَّوْبَةِ
فَتَجُوْزُ اْلبَسْمَلَةُ بَعْدَ الْاِسْتِعَاذَةِ
Dan apabila seorang qari (pembaca
Al-Qur'an) hendak membaca surat At-Taubah (Baraa-ah), jika ia memulai dari
awalnya, maka ia tidak boleh membaca basmalah karena permulaannya itu
menunjukkan kemurkaan Allah Yang Maha Mulia dan Yang Maha Agung terhadap
orang-orang musyrik, dan kemurkaan tidak sesuai bila dipadukan dengan kasih
sayang yang terdapat dalam basmalah. Adapun jika ia memulai bacaannya bukan
dari awal surat
At-Taubah (Baraa-ah), maka boleh hukumnya membaca basmalah setelah membaca
isti'adzah (A'udzu billaahiminasy syaithaanir rajiim). (Kitaab Ulumul Qur'an
Wal Hadits, halaman 118)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar