Sebaiknya
bahkan dipandang sunnah dan lebih utama (afdhal) seorang imam ketika memimpin
doa tetap menghadap ke arah makmum, atau menjadikan kiblat di arah kirinya dan
makmum di arah kanannya. Hal ini berdasarkan beberapa fatwa para ulama, di
antaranya adalah :
1.
Imam Nawawi dalam kitabnya :
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُقْبِلَ عَلَي النَّاسِ فَيَدْعُوَ
Dan
disunnahkan (bagi imam) agar menghadap ke arah makmum, lalu berdoa (Kitab
Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Juz III, halaman 488)
2.
Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya :
وَاسْتِقْبَالُ
الْقِبْلَةِ إِنْ كَانَ مُنْفَرِدًا أَوْ مَأْمُوْمًا أَمَّا اْلإِماَمُ فَيَسْتَقْبِلُ
اْلمَأْمُوْمِيْنَ بِوَجْهِهِ فِى الدُّعَاءِ
Dan
menghadap ke arah kiblat jika ia shalat sendirian atau makmum. Sedangkan imam
tetap menghadap ke arah makmum dengan wajahnya saat berdoa. (Kitab Irsyadul
'Ibad, halaman 21)
فَالْأَفْضَلُ جَعْلُ يَمِيْنِهِ إِلَى الْمَأْمُوْمِيْنَ وَيَسَارِهِ
إِلَى اْلقِبْلَةِ. قَالَ شَيْخَنَا: وَلَوْ فِي الدُّعَاءِ.
Utamanya
(imam itu) menjadikan sebelah kanannya ke arah makmum dan sebelah kirinya ke
arah kiblat. Guru kami (Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami), telah mengatakan bahwa
sekalipun yang demikian itu saat berdoa. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 24)
3.
DR. Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya :
وَيَسْتَقْبِلُ
الدَاعِيْ غَيْرَ اْلإِمَامِ اْلقِبْلَةَ لِأَنَّ خَيْرَ الْمَجَالِسِ مَا اسْتَقْبَلَ
الْقِبْلَةَ وَيُكْرَهُ لِلْإِمَامِ اسْتِقْبَالُ اْلقِبْلَةِ، بَلْ يَسْتَقْبِلُ
الْإِمَامُ الْمَأْمُوْمِيْنَ لِلْحَدِيْثِ السَّابِقِ : أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْحَرِفُ إِلَيْهِمْ
إِذَا سَلَّمَ
Dan
selain imam hendaknya berdoa menghadap ke arah kiblat, karena tempat yang
terbaik adalah tempat yang menghadap ke arah kiblat. Namun imam dimakruhkan
menghadap kiblat, oleh karena itu imam harus tetap menghadap kepada para
makmum, berdasarkan hadits yang telah lalu yakni beliau (Nabi) saw berpaling
kepada mereka (para makmum) setelah beliau memberi salam. (Kitab Al-Fiqhul
Islami wa Adillatuh, Juz I, halaman 805)
Fatwa
para ulama tersebut berdasarkan hadits nabi, di antaranya adalah :
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
Dari
Samurah bin Jundub, ia berkata : Adalah Nabi saw jika telah selesai dari
shalatnya beliau menghadap kepada kami (para makmum) dengan wajahnya. (H. R.
Bukhari no. 845)
عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُوْنَ عَنْ يَمِيْنِهِ يُقْبِلُ عَلَيْنَا
بِوَجْهِهِ
Dari
Al-Barra` katanya; Jika kami shalat di belakang Rasulullah saw, maka kami
menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami
dengan wajahnya. (H. R. Muslim no. 1676)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar