Penghormatan
terhadap bendera itu bukan karena zat bendera itu sendiri, tetapi lebih pada
mengenang mereka yang berkorban untuk kedaulatan suatu tanah air. Jadi bentuk
penghormatan kepada bendera sama sekali berbeda dengan penghormatan dalam arti
penyembahan. Penghormatan bendera ini sama persis dengan kita menghormati orang
alim, orang saleh dan orang tua atau benda yang dianggap mulya.
Sebagaimana
dalam hadits nabi saw :
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَأُصِيْبَ، ثُمَّ أَخَذَهَا جَعْفَرٌ فَأُصِيْبَ،
ثُمَّ أَخَذَهَا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَأُصِيْبَ وَإِنَّ عَيْنَىْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَذْرِفَانِ ثُمَّ
أَخَذَهَا خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ مِنْ غَيْرِ إِمْرَةٍ فَفُتِحَ لَهُ
Dari Anas
bin Malik ra ia berkata, Nabi saw menerangkan (dari bagian perang Mu'tah) :
Bendera perang dipegang oleh Zaid lalu dia terbunuh, kemudian dipegang oleh
Ja'far lalu dia terbunuh, kemudian dipegang oleh Abdullah bin Rawahah namun
diapun terbunuh, dan nampak kedua mata Rasulullah saw berlinang. Akhirnya
bendera dipegang oleh Khalid bin Walid
tanpa menunggu perintah, namun akhirnya kemenangan diraihnya. (H. R. Bukhari
no. 1246).
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَبَّلَ الْحَجَرَ وَقَالَ لَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Dari Zaid bin Aslam dari
bapaknya berkata : Aku melihat Umar bin Khathtab ra mencium Hajar Aswad lalu
(Umar) berkata : Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah saw menciummu tentu
aku tidak akan menciummu. (H. R. Bukhari no. 1610)
Penghormatan
tidak selalu berdimensi syirik,
karena syirik itu adalah penghormatan atau pengultusan yang berdimensi pemujaan
atau menyembahan kepada selain Allah. Bagaimana disebut syirik kalau hanya
sekedar kalimat dan posisi hormat saja, sedang Allah yang amat tidak ridha
disekutukan saja menyuruh Malaikat dan Iblis bersujud kepada Adam. Banyak ayat
tentang ini, antara lain :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat :
Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Q.S. 2 Al
Baqarah 34)
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلٰى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهُ سُجَّدًا
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka
(semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. (Q.S. 12 Yusuf 100)
Kalau Allah saja menggunakan
kata sujud untuk sesama hamba, dan kalau Rasulullah saw saja mencium Hajar
Aswad dan diikuti oleh para sahabat dan umat Islam seluruh dunia, walaupun ada
komentar Sayidina Umar tersebut, maka mengapa kita mempersoalkan hormat pada
bendera, yang pasti tidak ada pengultusan, apalagi pemujaan atau penyembahan
terhadapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar