Rasulullah saw menganjurkan
untuk menghidupkan malam lailatul Qadar dengan banyak ibadah karena Allah,
dalam hadits diterangkan
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah ra, dari
Nabi saw bersabda : Barang siapa yang melakukan ibadah di malam Lailatul Qadar
karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. Dan barang siapa yang melakukan ibadah di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (H. R.Bukhari
no. 1901, Baihaqi no. 8786)
Salah satu amalan yang dilakukan
Rasulullah saw adalah i'tikaf di dalam masjid
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى
تَوَفَّاهُ اللهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Dari Aisyah rah istri Nabi
saw, bahwasanya Nabi saw beri'tikaf pada sepuluh hari yang terahir dari bula
Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri'tikaf
sepeninggalnya. (H. R. Bukhari no. 2026, Muslim no. 2841)
Untuk memdapatkan
Lailatul Qadar hendaknya beri'tikaf di masjid jami'
عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتِ السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لاَ يَعُوْدَ
مَرِيْضًا وَلاَ يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلاَ يَمَسَّ امْرَأَةً وَلاَ يُبَاشِرَهَا
وَلاَ يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلاَّ لِمَا لاَ بُدَّ مِنْهُ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ
بِصَوْمٍ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِى مَسْجِدٍ جَامِعٍ.
Dari Aisyah bahwasanya ia
berkata : Disunnahkan bagi orang yang beri'tikaf untuk tidak menjenguk orang
sakit, tidak melawat jenazah, tidak menyentuh perempuan dan tidak keluar masjid
kecuali untuk hajat yang tidak dapat ditinggalkan. Tidak boileh i'tikaf kecuali
dengan berpuasa dan tidak boleh i'tikaf kecuali di dalam masjid jami' (H. R.
Abu Daud no. 2475, Baihaqi no. 8856)
Dalam
terminologi fiqh, masjid adalah tempat waqaf yang digunakan oleh umat Islam
(masyarakat) untuk shalat lima
waktu berjamaah. Adapun masjid yang juga digunakan untuk shalat Jum‘at selain
shalat lima
waktu berjamaah disebut masjid Jami‘.
Selain memperbanyak shalat malam
dan membaca Al-Qur'an, maka juga dianjurkan memperbanyak membaca doa seperti
yang pernah diajarkan Rasulullah saw kepada Aisyah
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا
قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّى
Dari Aisyah ia berkata, aku
bertanya kepada Rasulullah saw : Bagaimana seandainya aku tahu terjadinya malam
Lailatul Qadar, apa yang aku baca pada malam itu? Beliau bersabda : Bacalah :
ALLOHUMMA INNAKA 'AFUWWUN KARIIM TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNII (Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pengampun lagi Mulya, Engkau menyukai
ampunan, maka ampunilah aku). (H. R. Tirmidzi no. 3855, Ibnu Majah no. 3982 dan
lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar