Takbir itu
adalah membesarkan Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Maha Besar dari apa?
dari alam semesta ini, dari segalanya, termasuk dari berbagai problem yang kita
hadapi, dari segala ucapan yang menghina, dari segala pembangkangan makhluk.
Tiba-tiba
ucapan Takbir menjadi menakutkan. Dipakai untuk melibas yang berbeda, digunakan
untuk membenarkan tindakan apapun termasuk membully atau memfitnah pihak lain.
Takbir seolah mewakili kemurkaan Allah, padahal Allah gak ada urusannya dengan
kemarahan dan ketersinggungan kita.
Allah Maha
Besar itu tidak menakutkan. Allah Maha Besar itu mengayomi semuanya di dalam
kemahabesaran-Nya. Allah Maha Besar itu memberi hak hidup dan rejeki bahkan
kepada mereka yang menentang-Nya. Allah Maha Besar itu tidak terhina sedikitpun
jikalau semua penduduk dunia melecehkan-Nya. Tidak berkurang kadar keagungan-Nya
sedikitpun kalau tak satupun mau menyembah-Nya.
Maka siapapun
yang mengucap takbir, sejatinya dia akan merunduk dan merendahkan dirinya di
depan kemahabesaran Allah, akan merangkul semua makhluk ciptaan Allah, akan
mengakui bukan kita yang menentukan nasib sesama tapi hanya Allahlah yang
menentukan.
Mengenai takbir di hari raya Syaikh Mukammad bin Qasim Al-Ghazzi
menulis dalam kitabnya :
وَالتَّكْبِيْرُ
عَلَى قِسْمَيْنِ: مُرْسَلٌ وَهُوَ مَا لَا يَكُوْنُ عَقِبَ صَلَاةٍ. وَمُقَيَّدٌ
وَهُوَ مَا يَكُوْنُ عَقِبَهَا ... (وَيُكَبِّرُ) ... (مِنْ غُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ
لَيْلَةِ الْعِيْدِ) أَيْ عِيْدِ الْفِطْرِ. وَيَسْتَمْرُّ هَذَا التَّكْبِيْرِ (إِلَى
أَنْ يَدْخُلَ الْإِمَامَ فِي الصَّلَاةِ) ... ثُمَّ شَرَعَ فِي التَّكْبِيْرِ الْمُقَيَّدِ
فَقَالَ (وَ) يُكَبِّرُ (فِي) عِيْدِ (الْأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوْضَاتِ)
مِنْ مُؤَدَّاةٍ وَفَائِتَةٍ وَكَذَا خَلْفَ رَاتِبَةٍ، وَنَفْلِ مُطْلَقٍ وَصَلَاةِ
جَنَازَةٍ (مِنْ صُبْحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ)
Takbir (hari raya) ada dua
macam, yaitu takbir Mursal yaitu takbir yang tidak mengiringi shalat (fardhu),
dan kedua takbir muqayyad yaitu takbir yang mengiringi shalat ... Takbir Mursal
... dimulai sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya Idul Fithri, dan
mengulang-ngulang takbir ini sampai masuknya (mulainya) imam melakukan shalat
Idul Fithri... Kemudian juga disyariatkan takbir muqayyad, melakukan takbir pada
Idul Adlhaa mengiringi shalat-shalat fardlu (shalat yang dikerjakan tepat waktu
atau yang telah habis waktunya), demikian juga shalat sunnah rawatib, shalat
muthlaq dan shalat jenazah, dimulai sejak waktu shubuh pada hari Arafah (9
Dzulhijjah) sampai waktu Ashar pada akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).
(KItab Fathul Qarib,Juz I,halaman 47)
Disunnahkan membaca takbir
dari rumah sampai tempat shalat idul fitri atau idul adha,dalam hadits
disebutkan :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْرُجُ فِى
الْعِيْدَيْنِ مَعَ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ، وَعَبْدِ اللهِ، وَالْعَبَّاسِ، وَعَلِىٍّ، وَجَعْفَرٍ، وَالْحَسَنِ، وَالْحُسَيْنِ،
وَأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، وَزَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ، وَأَيْمَنَ ابْنِ أُمِّ
أَيْمَنَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ رَافِعًا
صَوْتَهُ بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ فَيَأْخُذُ طَرِيْقَ الْجَدَّادِيْنَ
حَتَّى يَأْتِىَ الْمُصَلَّى. وَإِذَا فَرَغَ رَجَعَ عَلَى الْحَذَّائِيْنَ حَتَّى
يَأْتِىَ مَنْزِلَهُ
Dari Abdullah bin Umar, bahwa
Rasulullah saw berangkat pada hari raya beserta Al-Fadll bin Abbas, Abdullah,
Abbas, Ali, Ja’far, Al-Hasan, Al-Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah,
Ayman Ibn Ummu Aiman rahm, mereka meninggikan suaranya (mengeraskan suara)
dengan membaca tahlil dan takbir, mengambil rute satu jalan hingga tiba di
mushalla (tempat shalat), dan ketika mereka selesai shalat, mereka pulang melewati
rute yang lainnya hingga tiba di kediamannya. (H. R. Baihaqi no. 6349)
Subhanallah (Maha Suci Allah).
BalasHapusAlhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah).
Allahu Akbar (Allah Maha Besar).