Binatang yang telah di kebiri (dipotong buah
pelirnya) tidaklah termasuk binatang cacat, oleh karena itu berkurban dan
beraqiqah dengan binatang tersebut hukumnya sah, sebagai mana menurut hadits di
bawah ini :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوْجَأَيْنِ
Dari Jabir bin Abdillah, ia telah berkata :
Pada hari raya kurban Nabi saw pernah berkurban dua ekor kibasy (domba jantan)
yang bertanduk, menarik (putih warnanya) dan telah dikebiri. (H. R. Abu Daud
no. 2797)
عَنْ عَائِشَةَ أَوْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ سَمِيْنَيْنِ عَظِيْمَيْنِ أَمْلَحَيْنِ
أَقْرَنَيْنِ مُوْجَأَيْنِ
Dari Aisyah atau Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah saw telah berkurban dengan dua ekor kibasy yang gemuk-gemuk,
besar-nesar, menarik (putih warnanya), bertanduk dan yang dikebiri. (H. R.
Ahmad no. 25788, Hakim no. 7654)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُضَحِّىَ اشْتَرَى كَبْشَيْنِ عَظِيْمَيْنِ
سَمِيْنَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مَوْجُوْءَيْنِ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw
apabila hendak berkurban, beliau membeli
dua ekor kibasy yang besar-besar, gemuk, bertanduk menarik (putih warnanya) dan
yang dikebiri (H. R. Ibnu Majah no. 3241)
Imam Nawawi dalam kitabnya berkata :
يُجْزِئُ الْمَوْجُوْءُ وَالْخَصِيُّ كَذَا قَطَعَ بِهِ الْاَصْحَابُ وَهُوَ الصَّوَابُ
Sah hukumnya (berkurban) dengan binatang yang
dikebiri. Demikian yang diputuskan oleh Ash-hab dan pendapat itu benar. (Kitab Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Juz VIII,
halaman 401)
Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya
berkata :
وَيُجْزِئُ الْخَصِيُّ اَيِ الْمَقْطُوْعُ الْخَصِيَّتَيْنِ اَيِ اْلبَيْضَتَيْنِ
لِاَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ مَوْجَأَيْنِ، رَوَاهُ الْاِمَامُ
اَحْمَدُ وَاَبُوْ دَاوُدَ وَغَيْرُهُمَا وَلِجَبْرِ مَا قُطِعَ مِنَ الْخَصِيِّ
زِيَادَةُ لَحْمِهِ طِيْبًا وَكَثْرَةً
Sah hukumnya (berkurban) dengan binatang yang dikebiri, yakni yang dipotong
buah pelirnya, karena Nabi saw telah berkurban dengan dua ekor kibasy yang
dikebiri (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan lainnya). Lagi pula binatang yang
dipotong buah pelirnya semakin bertambah baik dan banyak dagingnya. (Kitab
Qutul Habibil Gharib, halaman 270)
Sayyid
Sabiq dalam kitabnya berkata :
وَلَا بَأْسَ بِالْاُضْحِيَّةِ بِالْخَصِيِّ. رَوَى أَحْمَدُ عَنْ أَبِيْ
رَافِعٍ قَالَ: ضَحَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مَوْجُوْءَيْنِ خَصِيَّيْنِ، وَلِاَنَّ لَحْمَهُ
أَطْيَبُ وَأَلَذُّ
Dan tidak mengapa (sah) berkurban dengan binatang yang dikebiri. Imam Ahmad
telah meriwayatkan hadits dari Abi Rafi', ia berkata : Rasulullah saw telah
berkurban dua ekor kibasy yang menarik (putih warnanya) yang telah dikebiri,
karena dagingnya lebih baik dan lebih lezat. (Kitab Fiqhus Sunnah, Juz III,
halaman 321)
Kalau dalam kurban (udhhiyah) diperbolehkan menyembelih binatang yang
dikebiri, maka hukum beraqiqah pun sama, ini sesua dengan pendapat beberapa
ulama diantaranya :
Imam Nawawi dalam kitabnya berkata :
اَلْمُجْزِئُ فِي الْعَقِيْقَةِ هُوَ الْمُجْزِئُ فِي الْاُضْحِيَّةِ
Binatang yang sah untuk dijadikan aqiqah ialah
binatang yang sah untuk dijadikan kurban. (Kitab Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab,
Juz VIII, halaman 429)
Sayyid Sabiq dalam kitabnya berkata :
وَيَجْرِيْ فِيْهَا مَا يَجْرِيْ فِي اْلاُضْحِيَّةِ مِنَ اْلاَحْكَامِ،
إِلَّا أَنَّ الْعَقِيْقَةِ لَا تَجُوْزُ فِيْهَا الْمُشَارَكَةُ
Dan hukum-hukum yang berlaku dalam aqiqah itu sebagaimana yang berlaku
dalam udhhiyah (kurban), namun bedanya dalam aqiqah tidak dibolehkan bersekutu.
(Kitab Fiqhus Sunnah, Juz III,
halaman 327)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar