Banyak cara dalam upaya
memuliakan dan memberi penghormatan pada orang lain misalnya panggilan gus
atau mas bagi putra kyai,
raden ageng atau pangeran
bagi keluarga kerajaan. Begitu pula dengan panggilan sayyid artinya penghulu, tuan
besar, pemimpin. Sering lafadz sayyidina diucapkan tatkala menyebut nama
Nabi dan para sahabatnya
Penyebutan sayyidina pada Nabi
Muhammad bertujuan memberikan penghormatan, dan lebih bersopan santun kepada
Nabi Muhammad saw dan hukumnya
boleh, bahkan dianjurkan. Banyak hadits yang menyebutkan hal ini, di
antaranya adalah :
أَبُوْ
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ
وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ
وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Abu Hurairah berkata,
Rasulullah saw bersabda : Aku adalah sayyid (penghulu/pemimpin) anak cucu Adam
di hari kiamat, dan akulah orang yang pertama kali bangkit dari kubur, dan
akulah yang pertama kali memberi syafaat dan akulah yang pertama kali diberi
izin untuk memberi syafaat. (H. R. Muslim no. 6079, Abu Daud no. 4675 dan
lainnya)
عَنْ
أَبِى سَعِيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا
سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ وَبِيَدِى لِوَاءُ الْحَمْدِ
وَلاَ فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِىٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ
لِوَائِى وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ
Dari Abi Said ia berkata,
Rasulullah saw bersabda : Aku adalah sayyid (penghulu/pemimpin) anak cucu Adam
di hari kiamat dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Dan panji pujian
di tanganku, dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Para Nabi disaat
itu, baik Adam maupun yang lainnya, semuanya berada di bawah panjiku. Dan
akulah orang yang pertama kali bangkit dari bumi (kubur), dan (kuucapkan ini)
bukan sebagai kebanggaan. (H. R. Turmudzi no. 3975)
Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi
dalam kitabnya mengatakan :
وَقَوْلُهُ
: وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ اْلأَوْلَى ذِكْرُ السِّيَادَةِ، ِلاَنَّ اْلاَفْضَلَ
سُلُوْكُ اْلاَدَبِ.
Perkataannya : Setiap kali
menyebut nama Muhammad Rasulullah, yang lebih utama adalah menambah dengan
sayyidina, karena lebih utama dengan jalan/cara sopan santun. (Kitab I'anatuth Thalibin, Juz. I, halaman
198)
Abu Muhammad Al-Husain
bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ Al-Baghawi,
dalam kitab tafsirnya mengatakan :
وَقاَلَ
مُجَاهِدٌ وَقَتاَدَةُ: لاَ تَدْعُوْهُ بِاسْمِهِ كَمَا يَدْعُوْ بَعْضَكُمْ
بَعْضًا: ياَ مُحَمَّدُ، ياَ عَبْدَ اللهِ، وَلَكِنْ فَخَّمُوْهُ وَشَرِّفُوْهُ،
فَقُوْلُوْا: ياَ نَبِيَّ اللهِ، ياَ رَسُوْلَ اللهِ، فِيْ لَيِّنٍ وَتَوَاضُعٍ
Imam Mujahid dan Imam Qotadah berkata: Janganlah kamu sekalian memanggil
nama Nabi dengan namanya secara langsung
sebagaimana kamu memanggil sebagian yang lain : wahai Muhammad, wahai
Abdullah tetapi panggillah dengan nama keagungan dan kebesarannya : Ya
Nabiyallah, ya Rasulallah, dalam lemah lembut dan tawadhuk. (Kitab Tafsir
Al-Baghawi, Juz VI, halaman 67)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar