عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ
فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا
Dari Ummu Salamah bahwa Nabi saw bersabda : Jika
telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban,
maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun. (H. R.Muslim no.
5232)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ تَرْفَعُهُ قَالَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ
وَعِنْدَهُ أُضْحِيَّةٌ يُرِيْدُ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَأْخُذَنَّ شَعْرًا وَلاَ
يَقْلِمَنَّ ظُفُرًا
Dari Ummu Salamah dan dimarfu'kan kepada Nabi saw,
beliau bersabda : Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzul Hijjah), sedangkan
ia memiliki hewan kurban yang hendak dikurbankan, maka jangan sekali-kali ia
mencukur rambut atau memotong kuku. (H. R.Muslim no. 5233).
Mengenai hukum
memotong kuku dan rambut bagi orang yang akan berkurban para ulama masih
berselisih pendapat.
Imam Nawawi mengatakan dalam kitabnya :
وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاء فِيمَنْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ عَشْرُ ذِي
الْحِجَّة وَأَرَادَ أَنْ يُضَحِّيَ فَقَالَ سَعِيْدُ بْنُ الْمُسَيِّب وَرَبِيِعَةَ
وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ وَدَاوُدُ وَبَعْضُ أَصْحَابِ الشَّافِعِيّ : إِنَّهُ
يَحْرُم عَلَيْهِ أَخْذ شَيْء مِنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ حَتَّى يُضَحِّيَ فِي
وَقْتِ الْأُضْحِيَّةِ ، وَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُ : هُوَ مَكْرُوْهُ
كَرَاهَة تَنْزِيه وَلَيْسَ بِحَرَامٍ ، وَقَالَ أَبُوْ حَنِيْفَة : لَا يُكْرَه ،
وَقَالَ مَالِك فِي رِوَايَة : لَا يُكْرَه ، وَفِي رِوَايَة : يُكْرَه ، وَفِي
رِوَايَةٍ : يَحْرُمُ فِي التَّطَوُّعِ دُوْنَ الْوَاجِبِ . وَاحْتَجَّ مَنْ
حَرَّمَ بِهَذِهِ الْأَحَادِيْثِ . وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيّ وَالْآخَرُوْنَ
بِحَدِيْثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كُنْتُ أَفْتِل قَلَائِد
هَدْي رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ يُقَلِّدهُ ، وَيَبْعَث بِهِ وَلَا يَحْرُم عَلَيْهِ شَيْء
أَحَلَّهُ اللهُ حَتَّى يَنْحَر هَدْيه " رَوَاهُ الْبُخَارِيّ وَمُسْلِم .
قَالَ الشَّافِعِيُّ : الْبَعْث بِالْهَدْيِ أَكْثَر مِنْ إِرَادَة التَّضْحِيَة ،
فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَحْرُم ذَلِكَ وَحَمَلَ أَحَادِيث النَّهْي عَلَى
كَرَاهَة التَّنْزِيه . قَالَ أَصْحَابنَا : وَالْمُرَاد بِالنَّهْيِ عَنْ أَخْذ
الظُّفْر وَالشَّعْر النَّهْي عَنْ إِزَالَة الظُّفْر بِقَلَمٍ أَوْ كَسْر أَوْ
غَيْره ، وَالْمَنْع مِنْ إِزَالَة الشَّعْر بِحَلْقٍ أَوْ تَقْصِير أَوْ نَتْف
أَوْ إِحْرَاق أَوْ أَخْذه بِنَوْرَةٍ أَوْ غَيْر ذَلِكَ ، وَسَوَاء شَعْر
الْإِبْط وَالشَّارِب وَالْعَانَة وَالرَّأْس ، وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ شُعُور بَدَنه
، قَالَ إِبْرَاهِيم الْمَرْوَزِيُّ وَغَيْره مِنْ أَصْحَابنَا : حُكْم أَجْزَاء
الْبَدَن كُلّهَا حُكْم الشَّعْر وَالظُّفْر ، وَدَلِيله الرِّوَايَة السَّابِقَة
: ( فَلَا يَمَسّ مِنْ شَعْره وَبَشَره شَيْئًا ) قَالَ أَصْحَابنَا :
وَالْحِكْمَة فِي النَّهْي أَنْ يَبْقَى كَامِل الْأَجْزَاء لِيُعْتِق مِنْ النَّار
، وَقِيلَ : التَّشَبُّه بِالْمُحْرِمِ ، قَالَ أَصْحَابنَا : هَذَا غَلَط ؛
لِأَنَّهُ لَا يَعْتَزِل النِّسَاء وَلَا يَتْرُك الطِّيب وَاللِّبَاس وَغَيْر
ذَلِكَ مِمَّا يَتْرُكهُ الْمُحْرِم
Dalam hal ini, para Ulama berbeda pendapat
tentang orang yang memasuki tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan ingin berkurban.
Sa’id bin Musayyab , Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian kecil dari
sahabat-sahabat Imam Syafi’i berpendapat : Hukumnya Haram memotong sesuatu dari
rambut dan kukunya sehingga datang waktu berkurban. Imam Syafi'i sendiri dan
mayoritas Sahabat-sahabatnya berpendapat hal itu hukumnya dimakruhkan dengan
makruh tanjih tidak sampai pada batas hukum haram. Dan Imam Abu Hanifah
berpendapat tidak makruh. Imam Malik dalam salah satu riwayat berpendapat tidak
makruh. Tetapi dalam riwayat lain berpendapat makruh. Dan dalam salah satu
riwayat lain berpendapat haram namun dalam hal Qurban sunnah dan tidak haram
dalam qurban wajib. Imam Syafi'i dan yang lainnya berargumentasi dengan hadis
Aisyah rah beliau berkata : Aisyah rah berkata : Aku mengikatkan tali pada
hewan qurban Rasulullah saw kemudian beliau mengikatnya kembali dengan tangan beliau
lalu mengirimnya . Maka sejak itu tidak ada yang diharamkan lagi bagi beliau
dari apa-apa yang Allah halalkan hingga hewan qurban disembelih. diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim. Imam Syafi'i berkata : Mengirim hewan Qurban lebih
banyak dari pada ingin berqurban, maka ini menunjukan bahwa hal itu tidak
diharamkan dan hadis-hadis tentang larangan diatas itu membawa pengertian hukum
makruh tanzih. Sahabat-sahabat kami ( As-Syafi’i) berkata : Yang dikehendaki
dengan larangan mengambil kuku dan rambut yaitu larangan memotong kuku atau
membelah atau dengan cara lainya, dan larangan menghilangkan rambut adalah
menghilangkan rambut dengan cara cukur, memotong, mencabut, membakar,
mengambilnya dengan kapur atau dengan cara yang lainnya. Apakah itu rambut
ketiak, jenggot, rambut kemaluan, kepala dan rambut-rambut lain yang terdapat
di badan. Sahabat-sahabat kami, Ibrahim Al-Marjawi dan yang lainnya berkata : Hukum
seluruh angota badan adalah hukumnya rambut dan kuku, dan dalilnya adalah
riwayat diatas : Lalu hendaknya ia tidak menyentuhkan sesuatupun akan rambut
dan kulit. Sahabat-sahabat dari kalangan Madzhab Syafi'i berkata : Hikmah dalam
larangan itu adalah supaya semua anggota badan tetap dibebaskan dari neraka.
Dan ada yg mengatakan : Menyerupakan
dengan orang yang sedang ihram. Sahabat-sahabat dari kalangan madzhab Syafi'i
berkata : Tapi pendapat terakhir ini salah (karena orang yang berkurban) tidak
perlu menghindari istri, tidak perlu meninggalkan wewangian, pakaian dan yang
lainnya berupa larangan-larangan ihram. (Kitab Syarah Shahih Muslim,Juz VI,
halaman 472)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar