Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari
Arafah (tanggal 9 bulan Dzulhijjah atau bulan Haji), kecuali orang yang sedang
mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak disunnahkan atasnya. Sesuai
hadits Nabi saw :
عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ
فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ
Dari Ikrimah ia berkata : Aku menemui Abu Hurairah di rumahnya, lalu
aku bertanya padanya tentang berpuasa pada hari Arafah di padang Arafah, maka
Abu Hurairah menjawab : Rasulullah saw melarang berpuasa pada hari Arafah di padang Arafah. (H. Ibnu
Majah no. 1804, Ahmad no. 8252 dan
lainnya)
Kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wuquf di
Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9
Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia atau di tempat lain tidak
sama dengan di Saudi Arabia yang berlainan
waktu sekitar 4 jam.
Hasil
keputusan muktamar Nahdhatul Ulama ke 30 di Lirboyo Kediri pada tanggal 21-27 Nopember 1999 (lihat buku
ahkamul fuqaha' - solusi problematika aktual hukum Islam, keputusan muktamar, munas, dan konbes Nahdhatul Ulama, hal. 542).
Dalam fasal yang
ke 422 ada pertanyaan : Puasa sunnah Arafah bagi kaum muslimin yang tidak
sedang melakukan ibadah haji, apakah karena peristiwa wuquf ataukah karena
kalender hari Arafah? Jawabnya : Puasa yang dilakukan adalah karena yaumu
Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat
yang berdasarkan rukyat.
Rukyatul
hilal adalah observasi bulan sabit yang dilakukan untuk menentukan awal bulan
Qamariyah atau Hijriyah berlaku secara nasional, yakni rukyat yang
diselenggarakan di dalam negeri masing-masing dan berlaku satu wilayah hukum
Syaikh
Zainuddin Al-Malibari mengatakan dalam kitabnya :
(وَيُسَنُّ) مُتَأَكَّدًا (صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ)
لِغَيْرِ حَاجِّ، لِاَنَّهُ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الَّتِيْ هُوَ فِيْهَا وَالَّتِيْ
بَعْدَهَا - كَمَا فِي خَبَرِ مُسْلِمٍ - وَهُوَ تَاسِعُ ذِي الْحِجَّةِ
Disunnahkan dengan sunnah muakkad berpuasa pada hari Arafah selain
jamaah haji, karena puasa tersebut dapat menghapus dosa setahun di mana ia
sedang menjalaninya dan waktu setahun lagi sesudahnya.Hal ini sesuai dengan
hadits riwayat Muslim. Hari Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah. (Kitab Fathul
Mu'in, halaman 94)
Adapun hadits riwayat imam Muslim yang
dimaksud adalah :
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ وَسُئِلَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ
يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Dari Abu
Qatadah Am-Anshari ra, berkata : Rasulullah saw, ditanya tentang puasa hari
Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), Maka beliau menjawab : Ia dapat menghapus dosa
satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (H. R. Muslim no. 2804)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar