Tabayyun
secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas
benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi
berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum,
kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya. Dengan kata lain
kalau kita menerima berita dari satu fihak, maka janganlah tergesa-gesa
memutuskan mana yang salah dan mana yang benar, perlu adanya penjelasan dari
fihak lainnya, sehingga tidak menimbulkan dosa dan penyesalan akibat
keputusannya yang tidak adil atau merugikan pihak lain.
Tabayyun diperintahkan dalam agama Islam,
dalam Al-Qur'an disebutkan :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا إِذَا
ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلاَ تَقُوْلُوْا لِمَنْ أَلْقَى
إِلَيْكُمُ السَّلاَمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ
فَمَنَّ اللهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْا إِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
خَبِيْرًا
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah (tabayyunlah) dan janganlah
kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu:
"Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud
mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang
banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan
nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah (tabayyunlah). Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 4 An Nisaa' 94)
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا إِنْ
جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
(tabayyunlah), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
(Q.S. 49 Al Hujuraat 6)
Pengertian tabayyun dalam ayat tersebut
merupakan fiil amr (perintah)
untuk jamak, dari kata kerja tabayyana, masdarnya at-tabayyun, yang artinya adalah
mencari kejelasan hakekat sesuatu atau kebenaran suatu fakta dengan teliti,
seksama dan hati-hati.
Syaikh
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menegaskan :
يأمر تعالى بالتثبت في خبر الفاسق ليُحتَاطَ له، لئلا يحكم بقوله
فيكون -في نفس الأمر-كاذبًا أو مخطئًا، فيكون الحاكم بقوله قد اقتفى وراءه، وقد
نهى الله عن اتباع سبيل المفسدين
Allah swt
memerintahkan (kaum mukmin) untuk memeriksa dengan teliti berita dari orang
fasik, dan hendahlah mereka bersikap hati-hati dalam menerimanya dan jangan
menerimanya dengan begitu saja, yang akibatnya akan membalikkan kenyataan.
Orang yang menerima dengan begitu saja berita darinya, berarti sama dengan
mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah swt telah melarang kaum mukmin mengikuti
jalan orang-orang yang rusak. (Kitab Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, Juz IV, halaman 190)
Larangan mengikuti berita yang belum
tentu kebenarannya karena kita belum menelitinya dengan seksama disebutkan
dalam Al-Qur'an :
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. 17 Al Israa'
36)
Jangan
sampai kita berburuk sangka pada seseorang atau suatu kaum, karena kita hanya
menerima berita dari satu fihak saja, dalam Al-Qur'aan disebutkan :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang. (Q.S. 49 Al Hujuraat 12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar