Orang dianggap bersumpah apabila menggunakan huruf-huruf qasam
(sumpah). Setiap lafadz yang terletak sesudahnya harus di jar kan
(di kasrah), tidak boleh di rafa' kan (di
dhammah) atau di nashab kan
(di fathah). Huruf-huruh qasam yaitu waw, ba, dan ta.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitabnya menjelaskan :
وَحُرُوْفُ اْلقَسَمِ وَهِيَ مِنْ جُمْلَةِ حُرُوْفِ الْخَفْضِ
وَاسْتُعْمِلَتْ فِى الْقَسَمِ وَهِيَ الْوَاوُ وَاْليَاءُ وَالتَّاءُ نَحْوُ :
وَاللهِ وَبِاللهِ وَتَاللهِ
Dan huruf-huruf
qasam itu termasuk huruf-huruf jar dan digunakan dalam bersumpah, yaitu waw,
ba, dan ta. Contohnya : Wallahi, Billahi, dan Tallahi (yang semuanya itu
berarti Demi Allah). (Kitab Syarh Mukhtashar Jiddan, halaman 5).
Dalam Al-Qur'an
disebutkan :
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِي
أَيْمَانِكُمْ وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ اْلأَيْمَانَ
فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِيْنَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ
أَهْلِيْكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ
فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ
وَاحْفَظُوْا أَيْمَانَكُمْ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُوْنَ
Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang
biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian,
maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya). (Q.S. 5 Al Maa-idah 89)
Syaikh
Zainuddin Al-Malibari menjelaskan dalam kitabnya :
فَرْعٌ : يَتَخَيَّرُ فِي كَفَّارَةِ الْيَمِيْنِ بَيْنَ عِتْقِ
رَقبَةٍ كَامِلَةٍ مُؤْمِنَةٍ بِلَا عَيْبٍ يُخِلُّ بِالْعَمَلِ أَوِ الْكَسْبِ وَلَوْ
نَحْوَ غَائِبٍ عُلِمِتْ حَيَاتُهُ. أَوْ إِطْعَامِ عَشْرَةِ مَسَاكِيْنَ كُلُّ مِسْكِيْنٍ
مُدُّ حَبٍّ مِنْ غَالِبِ قُوْتِ الْبَلَدِ. أَوْ كِسْوَتِهِمْ بِمَا يُسَمَّى كِسْوَةً
كَقَمِيْصٍ أَوْ إِزَارٍ أَوْ مِقْنَعَةٍ أَوْ مِنْدِيْلٍ يُحْمَلُ فِي الْيَدِ أَوِ
الْكُمِّ لَا خُفٍّ فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الثَّلَاثَةِ لَزِمَهُ صَوْمُ ثَلَاثَةِ
أَيَّامٍ وَلَا يَجِبُ تَتَابُعَهَا خِلَافًا لِكَثِيْرِيْنَ.
Cabang : Diperbolehkan memilih kafarat sumpah diantara (tiga
hal) memerdekakan budak seutuhnya (sempurna kebudakannya), yang mukminah,
tanpa cacat yang dapat mengganggu ia berbuat atau bekerja, walaupun budak
tersebut tidak ada ditempat namun diyakini masih hidup, atau memberi makan
sepuluh orang miskin, masing masing satu mud biji-bijian umumnya makanan pokok
daerah setempat, atau memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin, boleh
itu berupa baju kurung, kain sarung, atau kain besar yang biasa ditaruh di
tangan ataupun lengan, asal bukan sepatu. Apabila tidak
mampu memenuhi salah satu dari ketiganya maka wajib baginya puasa
tiga hari, namun tidak harus berturut turut, pendapat ini berbeda dengan
pendapat kebanyakan ulama yang menyatakan bahwa wajib mengikuti urut urutan
diatas. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 243)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar