Menurut
pendapat madzhab Maliki, Hanafi dan Hanbali tidak sah orang yang shalat fardhu
bermakmum kepada orang yang shalat sunnah, tapi menurut madzhab Syafi'i boleh
dan sah shalatnya serta tetap mendapatkan fadhilah jamaah, cuma hukumnya
dipandang makruh.
Shaikh
Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya menegaskan :
ومن شروط الإمامة أن لا يكون الإمام أدنى حالا من المأموم فلا يصح
اقتداء مفترض بمتنفل إلا عند الشافعية فانظر مذهبهم تحت الخط ( الشافعية قالوا :
يصح اقتداء المفترض بالمتنفل مع الكراهة )
Dan diantara syarat-syarat imamah, hendaknya
imam itu tidak lebih rendah dari makmumnya. Maka seorang yang melaksanakan
shalat fardhu tidak sah bermakmum kepada orang yang shalat sunnah, kecuali
menurut pendapat syafi'iyah (madzhab syafi'i). Perhatikanlah madzhab mereka di
bawah ini : (Syafi'iyah berpendapat : Seorang yang melaksanakan shalat fardhu
sah bermakmum kepada orang yang shalat sunnah, akan tetapi hukumnya makruh.
(Kitab Al-Fiqhu 'Alal
Madzahibil Arba'ah, Juz I, halaman 665)
والشافعية قالوا : يشترط اتحاد صلاة المأموم وصلاة الإمام في الهيئة
والنظام فلا يصح صلاة ظهر مثلا خلف صلاة جنازة لاختلاف الهيئة ولا صلاة صبح مثلا
خلف صلاة كسوف لأن صلاة الكسوف ذات قيامين وركوعين
(madzhab Syafi'i berpendapat : Bahwa shalat makmum itu disyariatkan sama
dengan shalat imam dalam segi bentuk dan aturannya, maka shalat dhuhur,
misalnya, tidak sah dilaksanakan di belakang orang yang shalat jenazah, karena
bentuknya tidak sama. Demikian juga shalat subuh dibelakang shalat gerhana,
karena dalam shalat gerhana, berdiri dan rukuknya dua kali. (Kitab Al-Fiqhu 'Alal Madzahibil Arba'ah, Juz I,
halaman 672)
Imam
Nawawi dalam kitabnya menegaskan :
وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْمُفْتَرِضُ
بِالْمُتَنَفِّلِ وَالْمُفْتَرِضُ بِمُفْتَرِضٍ فِي صَلَاةٍ أُخْرَى
Orang
yang melaksanakan shalat fardhu boleh bermakmum pada orang yang shalat sunnah,
begitu juga orang yang shalat fardhu bermakmum dengan orang yang shalat fardhu
yang lain. (Kitab Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Juz IV, halaman 269)
Syaikh Abdullah bin Hijazi bin Ibrahim
Asy-Syarqawi dalam kitabnya
menegaskan :
ولا يضر اختلاف نية الامام
والمآموم لعدم فخش المخالفة فيهما. فيصح اقتداء المفترض بالمتنفل والمؤدى بالقاضى
وفي طاويلة بقصيرة كظهربصبح وبالعكوس لكنه مكروه ومع ذلك تحصل فضيلة الجماعة قال :
السويقى والكراهة لاتنقى الفضيلة
Dan tidak bahaya perbedaan niatnya imam dan makmum dalam shalat
berjamaah karena tidak adanya kenistaan ketidaksamaan di dalamnya, karenanya
sah makmumnya orang shalat fardhu pada imam yang shalat sunnah, makmum shalat
ada’ (tunai) pada imam shalat qadha dan makmum shalat panjang pada imam shalat
pendek seperti shalat dzuhur dengan shalat shubuh dan sebaliknya hanya saja
hukumnya makruh namun masih didapatkan fadhilah berjamaah. As-Suwayqy berkata :
Kemakruhan tersebut tidak dapat menafikan fadhilah jamaah. (KItab Asy-Syarqawi, Juz I, halaman 322
Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar
Al-Bujairami dalam kitabnya
menegaskan :
وَمَعَ الْكَرَاهَةِ تَحْصُلُ فَضِيلَةُ الْجَمَاعَةِ كَفَرْضٍ خَلْفَ
نَفْلٍ وَعَكْسِهِ، وَمُؤَدَّاةٍ خَلْفَ مَقْضِيَّةٍ وَعَكْسِهِ
Dan beserta hukum makruh diperoleh fadhilah jamaah, seperti shalat
fardhu (berjamaah) di belakang orang yang shalat sunnah dan sebaliknya (shalat
sunnah di belakang shalat fardhu). Dan orang yang shlat ada' (tunai) di
belakang orang yang meng-qadha shalat dan sebaliknya. (Kitab Hasyiyah
Al-Bujairami 'Alal Khathib, Juz V, halaman 64)
BACA JUGA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar