Debat adalah Pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai
suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat
masing-masing. Debat semacam ini masih positif selama kedua belah pihak masih
bisa beragumentasi dengan baik. Dalam Al-Qur'an disebutkan :
وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. (Q.S. 16 An-Nahl 125).
Allah memerintahkan kita bila berdebat maka kita lakukan
dengan baik, meskipun itu dengan orang kafir, bahkan kepada musuh kita. Sebagaimana
nabi Musa dan nabi Harun diperintah untuk berkata yang lemah lembut kepada
Fir'aun.
وَلاَ تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلاَّ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلاَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
Dan janganlah kamu berdebat
dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan
orang-orang dzalim di antara mereka. (Q.S. 29 Al 'Ankabuut 46)
فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut". (Q.S. 20 Thaahaa 44)
Akan tetapi ketika keduanya sudah dikuasai dalam keadaan
emosi dan bahkan saling serang pribadi masing-masing, maka perdebatan semacam
ini bisa berkepanjangan dan berpotensi menimbulkan madharat. Maka lebih
baik kita hindari dan kita tinggalkan.
Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad dalam kitabnya menegaskan :
وَعَلَيْكَ بِالْحَذَرِ مِنَ الْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ فَإِنَّهُمَا
يُوْغِرَانِ الصُّدُوْرَ وَيُوْحِشَانِ الْقُلُوْبَ وَيُوْلِدَانِ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ.
فَإِنْ مَارَّكَ أَوْ جَادَلَكَ مُحِقٌّ فَعَلَيْكَ بِقَبُوْلِ مِنْهُ فَإِنَّ الْحَقَّ
أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَوْ مُبْطِلٌ فَعَلَيْكَ بِالْإِعْرَاضِ عَنْهُ لِأَنَّهُ
جَاهِلٌ وَاللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاَهِلِيْنَ
Dan kamu harus takut senang bersitegang
atau membantah (berdebat), karena keduanya akan menyulut api emosi dalam hati,
menjadikan hati bengis (galak), serta akan melahirkan permusuhan dan saling
membenci. Jika saja ada seseorang membantah sesuatu dari kamu atau dia
memperdebat kamu sebagai pihak yang benar, maka kamu harus menerima kebenaran
darinya, akan tetapi jika dia pada pihak yang salah, maka kamu harus berpaling
darinya, karena dia termasuk orang yang bodoh. Allah swt berfitman :
Berpalinglah kamu dari orang-orang yang bodoh. (Kitab Risalatul Mu'awanah,
halaman 147).
Mengalah dari debat kusir itu jauh lebih baik, karena kita tidak
akan bisa menang debat melawan orang yang bodoh dan tidak beradab. Sebagaimana
dalam sebuah ungkapan Imam Syafi'i :
قَالَ اَلْإِمَامُ الشَّافِعِي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
Berkata Imam Syafi'i : Setiap kali aku berdebat
dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat
dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya
Jika kita mau meninggalkan perdebatan itu, maka Allah akan memberi
balasan dengan balasan yang baik. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya menegaskan
sebuah hadits :
قَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَ سَلَّمَ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي
رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ
بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ. أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ
وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيْثٍ أَنَسِ مَعَ اِخْتِلَافِ قَالَ التِّرْمِذِيُّ حَسَنٌ
Beliau saw bersabda : Barang siapa yang
meninggalkan perdebatan sedangkan dia
dipihak yang salah, maka Allah akan membangunkan rumah di pinggir surga. Dan
barang siapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia dipihak yang benar, maka
Allah membangunkan rumah di surga yang paling tinggi. Hadits riwayat Tirmidzi
dan Ibnu Majah dari Anas, Tirmidzi mengatakan hadits hasan. (Kitab ihya' ulumuddin, Juz I, halaman 47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar